Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

Kompas.com, 11 Oktober 2024, 16:30 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

SUBANG, KOMPAS.com - Tanaman mangrove memiliki banyak sekali manfaat, termasuk menahan abrasi di pesisir pantai. Jika dikelola dengan baik, tanaman yang dikenal dengan nama bakau ini juga turut membantu perputaran ekonomi masyarakat. 

Manfaat mangrove sudah terbukti dan dirasakan di berbagai daerah pesisir, salah satunya di Desa Mayangan, yang berlokasi di Kecamatan Legon Kulon, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. 

Dulunya, Desa Mayangan melakukan budidaya tambak dan mangrove. Namun, sejak 2004 desa ini diterjang oleh banjir rob dan abrasi yang menyebabkan daratan tenggelam.

Baca juga:

Namun perlahan, desa ini mulai mengintensifkan penanaman mangrove untuk dijadikan pelindung utama bagi desa. 

"Mangrove itu ibarat benteng desa kami. Saat rob menabrak mangrove, dampaknya langsung berkurang dan tidak sampai ke pemukiman warga," ujar Kepala Desa Mayangan, Darto, saat ditemui di lokasi, Kamis (10/10/2024). 

Sejak 2006 hingga 2009, kata Darto, garis pantai di area pesisir Subang yang mundur akibat abrasi bisa mencapai hingga 1,5 kilometer. Angka itu berdasarkan data yang disampaikan oleh Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung atau Wanadri. 

"Dari tahun 1978, tiap kami lewat sini, kami rasakan makin lama makin ke sini kondisi hutan mangrove yang kami lewati itu kelihatannya semakin rusak. Kemudian abrasinya semakin banyak, dan ada banjir rob yang masuk ke rumah-rumah penduduk," ujar Ketua Divisi Lingkungan Yayasan Wanadri, Feby Nugraha. 

Tahan abrasi dan perputaran ekonomi

Ketua Divisi Lingkungan Yayasan Wanadri, Feby Nugraha saat sambutannya dalam acara penanaman 5.000 mangrove oleh Kompas.com di DEsa Mayangan, Subang, Kamis (10/10/2024). KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Ketua Divisi Lingkungan Yayasan Wanadri, Feby Nugraha saat sambutannya dalam acara penanaman 5.000 mangrove oleh Kompas.com di DEsa Mayangan, Subang, Kamis (10/10/2024).

Feby mengungkapkan, penanaman mangrove yang dilakukan pihaknya sejak 2015 di Desa Mayangan, diharapkan bisa menahan laju abrasi.

"Mangrove ini banyak manfaatnya. Selain jadi untuk ekosistem pesisir, menahan abrasi, dan tempat berkembang biaknya biota laut mulai dari ikan, kepiting bertelur di sana," tambah dia.

Tak hanya itu, mangrove juga berperan membantu perputaran ekonomi di Desa Mayangan. Darto menjelaskan, dari adanya penanaman mangrove yang dikelola menjadi tempat wisata sekaligus edukasi, warga setempat ikut memperoleh keuntungan. 

Baca juga:

"Sejak dikelola Bumdes pada 2022, ada tiket masuk Rp 5.000, lalu perahu pulang-pergi Rp 15.000 oer orang. Rencana ke depannya, meski belum jalan, kami juga membuat program bagi pengunjung yang mau tanam mangrove. Ini perputaran ekonomi karena bibitnya dari warga," ujar Darto. 

Saat ini, pengunjung yang ingin sekedar menanam mangrove, bisa membeli bibit seharga Rp 2.500 per buah. Namun, untuk mengikuti program pemeliharaan "Wali Asuh Mangrove" yang akan diaktifkan ke depan, ada biaya Rp 25.000 per orang.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Pemerintah
KLH Segel Kebun Sawit di Tapanuli Tengah Imbas Banjir Sumatera Utara
KLH Segel Kebun Sawit di Tapanuli Tengah Imbas Banjir Sumatera Utara
Pemerintah
Air di Jakarta Tercemar Bakteri Koli Tinja, Ini Penyebabnya
Air di Jakarta Tercemar Bakteri Koli Tinja, Ini Penyebabnya
Pemerintah
Pemerintah dan KI Bentuk Tim Pelaksana Budi Daya Udang Berkelanjutan di Banyuwangi
Pemerintah dan KI Bentuk Tim Pelaksana Budi Daya Udang Berkelanjutan di Banyuwangi
Pemerintah
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Pemerintah
Nestapa Gajah Sumatera
Nestapa Gajah Sumatera
Pemerintah
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Pemerintah
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Swasta
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
LSM/Figur
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Pemerintah
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
LSM/Figur
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
LSM/Figur
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Pemerintah
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
LSM/Figur
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau