KOMPAS.com - Laporan terbaru yang dirilis Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa kendaraan menjadi salah satu penyumbang emisi terbesar yang menyebabkan polusi udara.
Laporan ini menyajikan informasi mengenai kontribusi emisi sektor transportasi dan distribusi polutan seperti partikulat (PM10, PM2.5, dan karbon hitam), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), dan senyawa organik volatil non-metana (NMVOC).
Hasil studi menunjukkan bahwa kendaraan berat, terutama truk, adalah penyumbang terbesar emisi partikulat (PM10, PM 2.5, dan karbon hitam), NOx, dan SO2. Sedangkan sepeda motor lebih banyak menyumbang emisi CO dan NMVOC.
Baca juga: Polusi Ozon Berpotensi Kurangi Pertumbuhan Hutan Tropis
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menegaskan bahwa langkah-langkah konkret telah dirancang untuk mengurangi polusi di Jakarta.
"Kami sudah menambah jumlah stasiun pemantau kualitas udara yang dapat diakses masyarakat secara real-time melalui udara.jakarta.go.id, serta memperluas uji emisi kendaraan secara berkala," ujar Asep dalam pernyataannya, Minggu (13/10/2024).
Selain itu, kata dia, pihaknya juga meningkatkan pengawasan terhadap industri yang berpotensi mencemari lingkungan.
"Kami juga sedang mempersiapkan rencana memperluas kawasan rendah emisi (low emission zone) guna mengurangi tingkat polusi udara secara signifikan," tambah Asep.
Baca juga: BBM Rendah Sulfur dan Polusi Udara Jakarta
Studi ini juga menganalisis dampak dari berbagai skenario langkah pengendalian di Provinsi Jakarta yang mencakup lima wilayah administrasi.
Skenario langkah pengendalian termasuk penerapan standar bahan bakar Euro IV, adopsi kendaraan listrik, dan penggunaan filter partikel diesel (DPF).
"Hasilnya, penerapan standar bahan bakar Euro IV diproyeksikan mampu menurunkan emisi polutan seperti PM10 dan PM2.5 hingga 70 persen pada tahun 2030," ujar dia.
Penurunan ini akan memberikan kontribusi bagi perbaikan kesehatan masyarakat, khususnya dalam menekan angka penyakit pernapasan dan penyakit kardiovaskular yang seringkali lebih tinggi di kawasan perkotaan.
Dalam hasil studi, juga dirilis hasil pemetaan sumber emisi di sektor transportasi Jakarta sebagai bagian dari upaya strategis untuk mengatasi polusi udara.
Baca juga: Polusi Udara Tinggi, Sensor Udara Perlu Ditingkatkan
Laporan ini didukung dan diserahkan oleh inisiatif Clean Air Catalyst (CAC) Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), yang dilaksanakan oleh WRI Indonesia. Serta bekerja sama dengan Prof. Puji Lestari dari Institut Teknologi Bandung (ITB) selaku Co-Principal Investigator USAID CAC.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya