Secara umum, ekosistem mangrove cukup tahan terhadap berbagai gangguan dan tekanan lingkungan.
Akan tetapi, ekosistem mangrove terancam oleh pengendapan atau sedimentasi, ketinggian rata-rata permukaan laut, pencemaran perairan itu sendiri, pembalakan liar, hingga alih fungsi lahan.
Berbagai hal tersebut dapat menyebabkan ekosistem mangrove menjadi rusak.
Apabila kondisinya semakin rusak, ekosistem mangrove perlu dipulihkan atau direhabilitasi agar mangrove dapat hijau dan lestari kembali.
Upaya rehabilitasi tersebut bisa meliputi penanaman kembali, pemantauan berkala, perawatan, tambal sulam, dan evaluasi.
Sedangkan program konservasi ditujukan untuk menjaga ekosistem mangrove yang masih ada.
Melalui konservasi, upaya tersebut sekaligus melindungi flora atau fauna yang ada di dalamnya untuk menjaga keseimbangan alam.
Baca juga: Emisi Karbon Naik 50.000 persen Akhir Abad Ini Akibat Hutan Mangrove Rusak
Upaya menjaga kelestarian mangrove juga perlu melibatkan masyarakat setempat agar lebih tepat sasaran.
Dengan mengajak sekaligus memberdayakan masyarakat, mereka juga merasa bertanggung jawab atas kehadiran mangrove.
Artinya masyarakat merasa ikut memiliki hutan mangrove yang ada atau sedang dalam tahap rehabilitasi tersebut.
Seandainya ekosistem mangrove hasil rehabilitasi menjadi besar dan kuat, masyarakat juga tergerak untuk mengawasinya.
Baca juga: Komitmen Netral Karbon, Kompas.com akan Tanam 5.000 Mangrove di Subang
Penelitian dan kajian-kajian ilmiah tentang mangrove di Indonesia masih sangat diperlukan
Database segala aspek tentang mangrove di Indonesia juga dinilai belum ada secara lengkap dan terintegrasi.
Kehadiran data-data ilmiah dari penelitian dan kajian ilmiah dapat membuat pengelolaan, rehabilitasi, dan konservasi kawasan mangrove menjadi semakin valid.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya