Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbagai Cara Pelestarian Mangrove, Rehabilitasi sampai Libatkan Masyarakat

Kompas.com - 14/10/2024, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Mangrove merupakan ekosistem hutan di daerah pesisir tropis dan substropis yang mampu beradaptasi khusus untuk tumbuh di tanah berlumpur dan air yang asin.

Kehadiran ekosistem mangrove sangatlah penting bagi habitat hewan dan bahkan manusia di sekitarnya.

Bahkan lebih jauh lagi, kelestarian mangrove sangat penting untuk mengatasi perubahan iklim yang semakin parah.

Baca juga: Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

Akan tetapi, saat ini mangrove di Indonesia menghadapi ancaman kerusakan yang disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia.

Oleh karena itu, kehadiran mangrove harus tetap dilestarikan agar terus memberikan dampak positif bagi semuanya.

Dilansir dari artikel berjudul Ancaman Terhadap Hutan Mangrove dan Langkah Strategis Pencegahannya yang terbit dalam Bulletin PSL Universitas Surabaya edisi 25 tahun 2011, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk pelestarian mangrove.

Baca juga: Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Pemantauan berkala dan evaluasi

Pemantauan berkala dan evaluasi dibutuhkan untuk mencegah kerusakan mangrove.

Selain dilakukan secara manual, pemantauan mangrove juga bisa dilakukan dengan metode pengindraan jarak jauh melalui citra satelit.

Data pemantauan dari satelit bisa dikombinasikan dengan data di lapangan.

Hasil evaluasi dari pemantauan bisa menjadi rekomendasi bagi pengambil keputusan dalam mengelola wilayah pesisir dan ekosistem mangrove secara berkelanjutan.

Baca juga: Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Pengelolaan berkelanjutan

Mangrove perlu dikelola secara berkelanjutan untuk menopang berbagai kebutuhan manusia.

Dalam pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan, pertimbangan ekologi dan ekonomi harus seimbang.

Oleh karena itu, pemanfaatan berbagai jenis produk dapat dicapai dengan tetap mempertahankan kelestarian ekosistem mangrove dan lingkungannya.

Dengan demikian, ekosistem mangrove diharapkan dapat memberikan manfaat maksimal secara terus menerus.

Baca juga: Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

Rehabilitasi dan konservasi

Bibit-bibit mangrove yang sudah ditanam di Pulau Burung, Desa Mayangan, Subang, pada Kamis (10/10/2024). KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Bibit-bibit mangrove yang sudah ditanam di Pulau Burung, Desa Mayangan, Subang, pada Kamis (10/10/2024).

Secara umum, ekosistem mangrove cukup tahan terhadap berbagai gangguan dan tekanan lingkungan.

Akan tetapi, ekosistem mangrove terancam oleh pengendapan atau sedimentasi, ketinggian rata-rata permukaan laut, pencemaran perairan itu sendiri, pembalakan liar, hingga alih fungsi lahan.

Berbagai hal tersebut dapat menyebabkan ekosistem mangrove menjadi rusak.

Apabila kondisinya semakin rusak, ekosistem mangrove perlu dipulihkan atau direhabilitasi agar mangrove dapat hijau dan lestari kembali.

Upaya rehabilitasi tersebut bisa meliputi penanaman kembali, pemantauan berkala, perawatan, tambal sulam, dan evaluasi.

Sedangkan program konservasi ditujukan untuk menjaga ekosistem mangrove yang masih ada.

Melalui konservasi, upaya tersebut sekaligus melindungi flora atau fauna yang ada di dalamnya untuk menjaga keseimbangan alam.

Baca juga: Emisi Karbon Naik 50.000 persen Akhir Abad Ini Akibat Hutan Mangrove Rusak

Melibatkan masyarakat

Upaya menjaga kelestarian mangrove juga perlu melibatkan masyarakat setempat agar lebih tepat sasaran.

Dengan mengajak sekaligus memberdayakan masyarakat, mereka juga merasa bertanggung jawab atas kehadiran mangrove.

Artinya masyarakat merasa ikut memiliki hutan mangrove yang ada atau sedang dalam tahap rehabilitasi tersebut.

Seandainya ekosistem mangrove hasil rehabilitasi menjadi besar dan kuat, masyarakat juga tergerak untuk mengawasinya.

Baca juga: Komitmen Netral Karbon, Kompas.com akan Tanam 5.000 Mangrove di Subang

Penelitian

Sebanyak 50 relawan Kompas.com yang tergabung dalam program “Wali Asuh Mangrove” menanam 5.000 mangrove di pesisir Desa Mayangan, Legonkulon, Kabupaten Subang, Jawa Barat, pada Kamis (10/10/2024).KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Sebanyak 50 relawan Kompas.com yang tergabung dalam program “Wali Asuh Mangrove” menanam 5.000 mangrove di pesisir Desa Mayangan, Legonkulon, Kabupaten Subang, Jawa Barat, pada Kamis (10/10/2024).

Penelitian dan kajian-kajian ilmiah tentang mangrove di Indonesia masih sangat diperlukan

Database segala aspek tentang mangrove di Indonesia juga dinilai belum ada secara lengkap dan terintegrasi.

Kehadiran data-data ilmiah dari penelitian dan kajian ilmiah dapat membuat pengelolaan, rehabilitasi, dan konservasi kawasan mangrove menjadi semakin valid.

Data tersebut juga sangat bermanfaat dan berguna sekali bagi penentuan langkah dan sikap ke depan terhadap keberadaan kawasan mangrove.

Baca juga: Komitmen Netral Karbon, Kompas.com akan Tanam 5.000 Mangrove di Subang

Pemanfaatan secara lestari

Keberadaan mangrove memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Mulai dari pemanfaatan bahan dasar mangrove sampai peranan mangrove dalam memperbaiki atau mempertahankan lingkungan di sekitarnya yang berimbas bagi kehidupan manusia.

Oleh karena itu, memanfatkan mangrove secara lestari
tanpa merusak kawasan merupakan sebuah keharusan.

Beberapa contoh pemanfaatan mangrove secara lestari adalah tambak tumoangsari, hutan rakyat, pemanfaatan selain kayu, silvofishery, dan kombinasi pemanfaatan mangrove yang simultan.

Baca juga: Sederet Manfaat Mangrove: Untungkan Manusia hingga Atasi Perubahan Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

LSM/Figur
Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Pemerintah
Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Pemerintah
China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau