Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Sebut 8 dari 10 Orang di Dunia Terdampak Perubahan Iklim

Kompas.com - 16/10/2024, 17:11 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Edie

KOMPAS.com - Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh AXA mengungkapkan sebagian besar orang telah terdampak perubahan iklim.

Dalam Laporan Risiko Masa Depan ke-11 tahun 2024, AXA melakukan survei terhadap 3000 ahli dan 20.000 masyarakat di seluruh dunia untuk menyusun laporan tersebut.

Hasilnya, seperti dikutip dari Edie, Rabu (16/10/2024) sebanyak 77 persen orang merasa rentan terhadap perubahan iklim dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Baca juga:

Survei juga menyebut risiko terkait iklim sebagai risiko darurat terbesar yang dirasakan oleh masyarakat umum dan ahli.

Di antara para ahli dan masyarakat umum, lebih dari sembilan dari sepuluh orang setuju bahwa krisis dalam beberapa tahun terakhir telah memberikan dampak yang semakin negatif pada kehidupan masyarakat.

Mereka sebagian besar juga tidak membayangkan adanya perbaikan berarti terhadap situasi keseluruhan pada tahun berikutnya.

Lebih lanjut, iklim telah menduduki puncak daftar risiko yang dirasakan selama enam dari tujuh tahun terakhir, hanya dikalahkan oleh Covid-19 pada tahun 2020. Risiko terkait iklim ini ditempatkan di lima teratas oleh 63 persen ahli dan 45 persen masyarakat umum.

Tahun ini, lima risiko teratas adalah iklim, ketidakstabilan geopolitik, keamanan siber, dan risiko yang

berkaitan dengan kecerdasan buatan (AI) dan big data.

Survei juga menemukan bahwa kekhawatiran iklim meningkat di seluruh dunia dan ada perbedaan yang mencolok dalam seberapa cepat kesadaran dan pemahaman menyebar.

Contohnya saja, orang Eropa menempatkan perubahan iklim sebagai risiko baru yang jauh lebih mendesak dari tahun ke tahun dengan 67 persen pakar dan 49 persen publik menempatkan risiko tersebut dalam lima risiko teratas mereka.

Baca juga:

Begitu juga yang terjadi di Amerika Serikat. Iklim masih menduduki peringkat sebagai risiko masa depan teratas di AS bagi para ahli dan masyarakat umum.

Laporan menyoroti pula bagaimana misinformasi dan disinformasi akan membuat penanganan risiko saat ini dan yang baru menjadi lebih sulit. Kondisi ini didorong oleh peningkatan AI dan media sosial.

Hanya seperlima pakar di Eropa dan Amerika yang yakin bahwa publik dapat membedakan antara informasi yang benar dan yang salah.

Jajak pendapat pakar risiko global dari World Economic Forum pada awal tahun ini pula menunjukkan misinformasi dan disinformasi menduduki peringkat sebagai masalah yang paling mendesak, dalam hal kemungkinan dan tingkat keparahan dampaknya, selama dua tahun ke depan.

sumber https://www.edie.net/climate-risks-almost-8-in-10-globally-say-theyre-already-personally-affected/

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Salurkan Green Financing, BCA Incar Sektor Renewable Energy dan Sawit Berkelanjutan

Salurkan Green Financing, BCA Incar Sektor Renewable Energy dan Sawit Berkelanjutan

Swasta
Risiko Kesehatan dan Iklim Tumpang Tindih di Asia Tenggara

Risiko Kesehatan dan Iklim Tumpang Tindih di Asia Tenggara

Pemerintah
Kementerian LHK Bangun Pusat Plasma Nutfah Nasional, Ini Alasannya

Kementerian LHK Bangun Pusat Plasma Nutfah Nasional, Ini Alasannya

Pemerintah
Studi Sebut 8 dari 10 Orang di Dunia Terdampak Perubahan Iklim

Studi Sebut 8 dari 10 Orang di Dunia Terdampak Perubahan Iklim

Pemerintah
Bakti BCA di Labuan Bajo Jangkau 550 Pasien Mata dan Beri Edukasi ke Siswa Setempat

Bakti BCA di Labuan Bajo Jangkau 550 Pasien Mata dan Beri Edukasi ke Siswa Setempat

Swasta
 Uni Eropa Beri Dana 1 Juta Euro untuk Susun Indeks Pengungsian Akibat Iklim di Indonesia

Uni Eropa Beri Dana 1 Juta Euro untuk Susun Indeks Pengungsian Akibat Iklim di Indonesia

Pemerintah
Mamberamo Foja di Papua Ditetapkan Jadi Taman Nasional

Mamberamo Foja di Papua Ditetapkan Jadi Taman Nasional

Pemerintah
Indeks Risiko Perpindahan akibat Iklim Diluncurkan di Indonesia

Indeks Risiko Perpindahan akibat Iklim Diluncurkan di Indonesia

Pemerintah
Mayoritas Negara Belum Ajukan Rencana Pelestarian Jelang KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Mayoritas Negara Belum Ajukan Rencana Pelestarian Jelang KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Pemerintah
Forward7 dan Sistema.bio Hadirkan Teknologi Biogas Modern bagi Pemilik Peternakan Kecil di Nepal dan Indonesia

Forward7 dan Sistema.bio Hadirkan Teknologi Biogas Modern bagi Pemilik Peternakan Kecil di Nepal dan Indonesia

Swasta
Pemerintah Lakukan Perencanaan Ruang Laut untuk Pengelolaan Lestari

Pemerintah Lakukan Perencanaan Ruang Laut untuk Pengelolaan Lestari

Pemerintah
Pertumbuhan Energi Surya Indonesia Lambat, Pemerintah Perlu Ambisius

Pertumbuhan Energi Surya Indonesia Lambat, Pemerintah Perlu Ambisius

LSM/Figur
Begini Contoh Praktik Baik Masjid Ramah Lingkungan Menurut BRIN

Begini Contoh Praktik Baik Masjid Ramah Lingkungan Menurut BRIN

LSM/Figur
Emisi Gas Rumah Kaca Dunia 420 ppm, Lampaui Batas Kesepakatan

Emisi Gas Rumah Kaca Dunia 420 ppm, Lampaui Batas Kesepakatan

Pemerintah
Industri Nikel Nasional Diminta untuk Sukarela Diaudit Tata Kelolanya

Industri Nikel Nasional Diminta untuk Sukarela Diaudit Tata Kelolanya

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau