Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DNV Proyeksikan Emisi Karbon di 2050 Turun

Kompas.com - 17/10/2024, 09:00 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Energy Transition Outlook 2024 yang dikeluarkan oleh DNV mengungkapkan emisi karbon global diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun ini dan menurun mulai tahun 2025.

Kendati diproyeksikan menurun, jalan menuju pencapaian nol emisi pada tahun 2050 masih penuh dengan tantangan.

Mengutip Sustainability-news, Rabu (16/10/2024) setelah mencapai puncaknya, laporan dari perusahaan manajemen risiko global ini menyebut emisi diperkirakan akan menurun mulai tahun depan dan seterusnya untuk pertama kalinya sejak Revolusi Industri.

Selain itu DNV juga memproyeksikan bahwa emisi tahun 2050 akan berkurang setengahnya dari tingkat saat ini.

Baca juga: Energi Terbarukan Bakal Pasok Separuh Pembangkit Listrik Dunia

Penurunan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan pesat sumber energi terbarukan khususnya tenaga surya dan angin yang dibarengi dengan meningkatnya adopsi kendaraan listrik.

Solar panel telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Pada tahun 2023 saja, pemasangan panel tenaga surya baru melonjak hingga 80 persen mencapai 400 GW secara global.

Menurut DNV, pasar kendaraan listrik (EV) adalah titik terang lainnya. Penjualan kendaraan listrik meningkat sebesar 50 persen tahun lalu.

Pergeseran ini telah memengaruhi permintaan minyak bumi, khususnya di Tiongkok, di mana penjualan kendaraan listrik mulai memengaruhi konsumsi minyak.

Baca juga: Surya Nippon Nusantara Donasikan Solar Panel untuk Sekolah Jepang di Cikarang

Tantangan Transisi

Namun laporan tersebut juga menyoroti tantangan transisi energi untuk mengatasi perubahan iklim.

Meski trennya positif, laju transisi perlu mengejar untuk memenuhi target Perjanjian Paris. Pasalnya, DNV memperkirakan planet ini akan menghangat sebesar 2,2 derajat Celsius pada akhir abad, jauh di atas target yang ditetapkan sebesar 1,5 derajat Celsius.

Energi terbarukan memang diperkirakan akan tumbuh 2,2 kali lipat dari sekarang hingga tahun 2030. Meski mengesankan, itu masih jauh dari target untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan.

Selain itu, transisi ini menghadapi rintangan di sektor-sektor yang sulit diatasi. Teknologi seperti penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) dan produksi hidrogen kesulitan untuk mendapatkan daya tarik.

Laporan memprediksi hanya 2 persen emisi global yang akan ditangkap oleh teknologi tersebut pada tahun 2040 dan meningkat menjadi 6 persen pada 2050.

Baca juga: Sederet Manfaat Energi Terbarukan bagi Manusia

Faktor geopolitik juga berperan dalam membentuk transisi energi. Meskipun menjadi penghasil emisi CO2 terbesar di dunia, Tiongkok memimpin dalam penerapan teknologi bersih.

Tahun lalu, Tiongkok menyumbang 58 persen dari pemasangan panel surya global dan 63 persen dari pembelian kendaraan listrik baru.

Berbagai peristiwa global juga memengaruhi transisi. Banyak negara mengalihkan anggaran untuk belanja militer, sehingga mengurangi dana yang tersedia untuk inisiatif energi bersih.

Biaya pinjaman yang tinggi dan krisis biaya hidup yang sedang berlangsung di banyak rumah tangga juga memperlambat kemajuan.

“2024 adalah tahun dimulainya transisi energi global; tahun ini juga merupakan tahun di mana emisi kemungkinan akan mencapai puncaknya,” ungkap Remi Eriksen, Presiden dan CEO Grup DNV.

Baca juga: Kisah Palet Hitam hingga Panel Surya, Jejak Bisnis Keberlanjutan FKS Group di Jawa Timur

Namun, ia menekankan meski emisi global menurun jelas masih banyak yang perlu dilakukan.

Mempercepat penerapan energi terbarukan, mengatasi tantangan di sektor yang sulit dikurangi, dan membina kerja sama internasional akan menjadi hal penting di tahun-tahun mendatang.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau