KUPANG, KOMPAS.com - Tim dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menggelar edukasi gerakan makan telur dan pemanfaatan pekarangan sebagai dapur hidup di Desa Oelomin, Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang, untuk mencegah stunting.
Tim itu terdiri dari Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Luh Putu Ruliati, Diana Meliani Sabat, Ni Made Paramita Setyani, serta mahasiswa Fransina Ndaong, Epsin Yulfoni Nomeni, dan Helang Fransiska Djaha.
Anggota Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyakarat Undana Kupang Luh Putu Ruliati, mengatakan, kegiatan itu sebagai bagian dari salah satu kewajiban pemenuhan Tri-Darma Perguruan Tinggi.
Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat, Universitas Nusa Cendana bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) dengan skema pemberdayaan berbasis masyarakat.
Baca juga: Kurang dari Seperempat Desa Bebas Stunting, Target 100 Persen Akhir Tahun
"Kami juga melaksanakan kegiatan pemberdayaan kelompok pendamping sosial dalam pengembangan desa sadar stunting melalui edukasi gerakan makan telur dan pemanfaatan pekarangan sebagai dapur hidup di Desa Oelomin, Kabupaten Kupang," kata Ruliati, kepada Kompas.com, Jumat (18/10/2024).
Kegiatan ini berlangsung di Kantor Desa Oelomin pada tanggal 11 dan 12 Oktober 2024 dan mendapat sambutan hangat dari warga sekitar.
Dia menjelaskan, stunting sebagai masalah gizi kronis pada anak balita, menjadi perhatian serius di Desa Oelomin sehingga prevalensi stunting yang cukup tinggi, menjadi fokus kegiatan pengabdian masyarakat ini.
Melalui pemberdayaan kelompok pendamping sosial dan edukasi mengenai gerakan makan telur serta pemanfaatan pekarangan sebagai dapur hidup, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang dan mendorong perubahan perilaku menuju pola hidup sehat.
Kegiatan pengabdian ini meliputi edukasi, ceramah, praktik yang diberikan kepada kelompok pendamping sosial sehingga dampaknya terhadap peningkatan status gizi balita di Desa Oelomin dapat dirasakan.
"Stunting merupakan permasalahan yang dihadapi masyarakat di Desa Oelomin di mana angka kasus stunting di Desa Oelomin cukup tinggi. Potensi masyarakat Desa Oelomin banyak memelihara ternak antara lain babi, sapi dan ayam kampung. Hampir setiap rumah tangga di Desa Oelomin memelihara ayam," tutur Ruliati.
Baca juga: Stunting dan TBC Punya Kaitan, Perlu Perhatian
Telur dapat dimanfaatkan sebagai upaya pencegahan stunting bila dikonsumsi setiap hari bagi balita melalui gerakan makan telur setiap hari.
Namun, edukasi terkait mengonsumsi telur dapat mencegah terjadinya stunting pada balita belum dipahami oleh masyarakat Desa Oelomin.
Di samping itu, hampir sebagian besar masyarakat Desa Oelomin memiliki pekarangan di sekitar rumah yang cukup luas.
Sehingga, bila pekarangan ini dimanfaatkan untuk dapur hidup maka dapat juga memberikan manfaat dalam ketahanan pangan rumah tangga.
Pada kehidupan rumah tangga masyarakat Desa Oelomin biasa membuang sampah dengan cara dibakar yang dapat menimbulkan kebakaran dan polusi udara.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya