Untuk mengatasi masalah ini, tim dari Undana memberikan solusi berupa pemberdayaan kelompok pendamping sosial dalam pengembangan desa sadar stunting melalui edukasi gerakan makan telur, pemanfaatan sampah rumah tangga sebagai kompos dan pemanfaatan pekarangan sebagai dapur hidup.
Menurut Ruliati, kegiatan ini menunjang dari 17 indikator tujuan pembangunan berkelanjutan yang meliputi tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan serta kehidupan sehat dan sejahtera.
Baca juga: Sukses Turunkan Stunting, 130 Pemda Dapat Insentif dari Pusat
Masyarakat sangat antusias dan memperhatikan dengan seksama penyuluhan tentang stunting, edukasi gerakan makan telur dan cara membuat telur pindang, ceramah dan demonstrasi pembuatan kompos dari sampah rumah tangga, serta ceramah dan demonstrasi pemanfaatan pekarangan rumah tangga sebagai dapur hidup.
Pada akhir kegiatan tersebut juga diserahkan alat dan bahan untuk menunjang kegiatan berupa alat teknologi tepat guna dan bahan baku produksi yang meliputi wadah atau gas kompos, garpu atau skop pengaduk, terpal atau plastik penutup, hidrometer atau alat ukur kelembaban, cangkul, linggis, sabit, parang, bahan pengurai, obat-obatan, bibit sayur, dan plastik bedeng.
Ruliati berharap, melalui kegiatan ini kelompok pendamping sosial di Desa Oelomin dapat menerapkan hal ini di rumah tangga maupun di masyarakat untuk selalu memberi edukasi berupa gerakan makan telur bagi anak Balita dan membuat dapur hidup di setiap pekarangan rumah tangga.
Hal itu sebagai pemenuhan gizi keluarga dengan keuntungan menghemat pengeluaran biaya dan memberikan dampak mencegah kejadian stunting dan meningkatkan kesehatan masyarakat di Desa Oelomin.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya