KOMPAS.com - Penelitian baru Sustainability Acceleration Challenge mengungkap bahwa upaya untuk melakukan dekarbonisasi perjalanan bisnis oleh korporasi masih kurang meski komitmen iklim tingkat dari berbagi bisnis terus meningkat.
Studi tersebut menilai upaya keberlanjutan di 241 perusahaan yang secara kolektif menghabiskan lebih dari 14 miliar dollar AS untuk perjalanan bisnis setiap tahunnya.
Perusahaan-perusahaan tersebut kemudian dievaluasi pada skala 0 hingga 5, dengan 0 menunjukkan tidak ada tindakan iklim dan 5 menunjukkan praktik-praktik terbaik.
Mengutip Edie, Kamis (7/11/2024) menurut studi, skor keberlanjutan global secara keseluruhan di semua sektor industri berada di angka 1,3 dari 5.
Baca juga:
Hasil tersebut menunjukkan kesenjangan yang mencolok antara ambisi keberlanjutan dan praktik aktual.
Laporan juga menyoroti beberapa area penting lain di mana upaya keberlanjutan perusahaan masih belum berjalan dengan baik.
Misalnya, hanya 12 persen organisasi yang saat ini membeli sertifikat Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF) untuk mengimbangi emisi, dengan pengeluaran rata-rata $400.000 per tahun.
Demikian pula, hanya 7 persen perusahaan yang telah menerapkan biaya karbon internal, sementara 14 persen telah menetapkan anggaran karbon untuk perjalanan.
Perusahaan juga menetapkan harga rata-rata karbon internal 50 dollar AS per ton CO2, jauh di bawah $75 per ton yang direkomendasikan oleh para ahli industri untuk memenuhi tujuan iklim 2030.
Selain itu, keterlibatan perusahaan dalam memilih pemasok yang sadar lingkungan masih lambat.
Hanya sepertiga organisasi yang saat ini mempertimbangkan kriteria iklim seperti target atau sertifikasi keberlanjutan saat memilih pemasok.
"Upaya serius sedang dilakukan untuk mengelola emisi perjalanan bisnis, tetapi tolok ukur global kami menunjukkan kebutuhan mendesak untuk percepatan signifikan dalam aksi iklim," ungkap Wakil presiden senior advokasi dan keberlanjutan Global Business Travel Association (GBTA), Delphine Millot.
Penelitian ini juga mencatat kesenjangan yang signifikan antara wilayah dan industri.
Program perjalanan Eropa dan global mendapat skor lebih tinggi dengan skor masing-masing 1,7 dan 1,6.
Sebaliknya, perusahaan Amerika Utara tertinggal di angka 1,0, sementara perusahaan Asia-Pasifik berada di posisi paling bawah dengan skor 0,7.
Ketika dipecah berdasarkan sektor, perusahaan keuangan, konsultasi, dan teknologi memimpin dengan skor masing-masing 2,0, 1,7, dan 1,5.
Di sisi lain, layanan manufaktur dan transportasi sedang berjuang, dengan skor 0,8 dan 1,2.
Ukuran perusahaan juga berperan. Organisasi yang lebih kecil dengan anggaran perjalanan tahunan kurang dari 5 juta dollar AS memperoleh skor rata-rata 0,8, sedangkan perusahaan yang lebih besar dengan pengeluaran perjalanan lebih dari 100 juta dollar AS memperoleh skor rata-rata 2,5.
Baca juga: Eropa Catat Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 8,3 Persen pada 2023
Meskipun skor keseluruhannya rendah, beberapa area menunjukkan harapan. Konsep "perjalanan yang bertujuan" mulai populer, dengan 79 persen perusahaan meninjau kebutuhan perjalanan sebelum memesan.
Tren ini kemungkinan dipengaruhi oleh penghematan biaya dan ketersediaan opsi pertemuan virtual.
Harapan lain juga diperlihatkan karena perusahaan juga mulai melakukan pelacakan emisi di mana sebanyak 62 persen perusahaan memantau emisi perjalanan mereka, dan 14 persen tambahan berencana untuk memulai dalam tahun depan.
Lebih jauh lagi, pengungkapan emisi kepada publik, khususnya emisi rantai nilai Cakupan 3, menjadi lebih umum, dengan 49 persen perusahaan telah melaporkan dan 14 persen lainnya berencana untuk melakukannya.
Ada juga minat yang meningkat untuk membuat pilihan perjalanan yang berkelanjutan lebih mudah diakses.
Hampir 70 persen perusahaan telah mengintegrasikan pula fitur ke dalam platform pemesanan mereka yang mendorong opsi rendah emisi, seperti perjalanan kereta api dan kalkulator karbon.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya