KOMPAS.com - KTT Iklim kembali digelar tahun ini. Azerbaijan, negara penghasil minyak dan gas, menjadi tuan rumah COP29.
Ribuan perwakilan dari seluruh dunia berkumpul di negara Kaukasus Selatan tersebut selama dua minggu untuk berunding mengenai cara mengatasi krisis iklim.
Dilansir dari Al Jazeera, berikut serba-serbi COP29, mulai dari tempat perhelatan, waktu, hingga agenda utamanya.
Baca juga: COP29: Presiden Azerbaijan Sebut Barat Munafik karena Beli Minyak dan Gas
COP29 berlangsung di ibu kota Azerbaijan, Baku. KTT Iklim ini sedianya akan berlangsung selama sepekan lebih, mulau dari 11 sampai 22 November.
COP sendiri adalah singkatan dari Conference of the Parties, para pihak yang ikut menyepakati United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
UNFCCC merupakan pakta multilateral yang diadopsi pada 1992 dan mulai berlaku pada 1994.
UNFCCC menjadi dasar bagi perjanjian-perjanjian penting seperti Protokol Kyoto tahun 1997 dan Perjanjian Paris tahun 2015.
Perjan-perjanjian tersebut bertujuan untuk membatasi melawan perubahan iklim dan membatasi kenaikan suhu Bumi.
KTT Iklim COP pertama diadakan di ibu kota Jerman, Berlin, pada 1995.
Lebih dari 32.000 orang telah mendaftar untuk menghadiri COP29 tahun ini. Mereka terdiri aras perwakilan dari seluruh 198 negara yang telah meratifikasi UNFCCC.
Baca juga: COP29: Sekjen PBB Desak Dunia Tebus Dosa Perubahan Iklim
Agenda utama dalam COP29 bakal membahas pendanaan. Oleh karena ini, COP29 diberi label KTT keuangan.
Pasalnya, pembicaraan mengenai keuangan berupaya untuk meningkatkan pendanaan guna mendukung negara-negara berpenghasilan rendah dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
Sebuah laporan yang didukung PBB telah menyatakan, negara-negara berkembang, membutuhkan investasi lebih dari 2 triliun dollar AS per tahun pada 2030 jika dunia ingin menghentikan pemanasan global.
Siapa saja yang harus menyalurkan dana sebesar itu? Sebuah analisis yang ditugaskan oleh Inggris dan Mesir menemukan, anggaram 1 triliun dollar AS seharusnya berasal dari negara-negara kaya, investor, dan bank pembangunan multilateral.
Laporan tersebut juga menambahkan bahwa sisanya harus berasal dari dalam negeri seperti sumber-sumber swasta dan publik.
Baca juga: Aruki: Agenda Indonesia dalam COP29 Jauh dari Keadilan Iklim
Pada 2009, negara-negara kaya sudah berjanji untuk menyediakan 100 miliar dollar AS setiap tahunnya dalam bentuk pembiayaan iklim bagi negara-negara berkembang.
Negara-negara miskin di dunia kini menyerukan tujuan baru setidaknya 1 triliun dollar AS per tahun.
Di sisi lain, negara-negara kaya saat ini juga mendesak negara lain seperti China dan Uni Emirat Arab (UEA) yang masih tergolong negara berkembang untuk berkontribusi pada dana tersebut.
Selain membahas pendanaan, COP29 juga memiliki agenda pembahasan ambisi iklim nasional yang tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NNDC) masing-masing negara.
NDC adalah rencana aksi iklim nasional suatu negara yang menetapkan target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris.
Baca juga: Hari Pertama COP29, Negara-negara Sepakati Aturan Bursa Karbon Internasional
Salah satu kesepakatan utama yang dihasilkan dari COP28 di Dubai, UEA, tahun lalu adalah dunia sepakat untuk bertransisi dari bahan bakar fosil.
Itu adalah tonggak penting karena menjadi teks COP pertama yang secara terbuka menyerukan negara-negara untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil.
Selain itu, COP28 juga menyepakati dua target lain yakni melipatgandakan kapasitas energi terbarukan global dan menggandakan peningkatan efisiensi energi global pada 2030.
Pada April, Badan Energi Internasional (IEA) membuat pelacak untuk mengukur tujuan yang ditetapkan pada COP28.
Baca juga: Hadiri COP29, Delegasi Indonesia Promosikan Nuklir hingga Penangkap Karbon
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya