Di sisi lain, AS dan Uni Eropa menginginkan agar negara-negara berkembang yang kaya seperti China dan negara-negara Teluk yang kaya minyak juga ikut ambil bagian memberikan pendanaan.
Pada akhirnya, COP29 ditutup dengan komitmen pendanaan negara kaya sebesar 300 juta dollar AS per tahun.
Kesepakatan tersebut juga dinilai gagal menetapkan langkah-langkah terperinci tentang bagaimana negara-negara akan bertindak sesuai janji KTT iklim PBB tahun lalu untuk bertransisi dari bahan bakar fosil dan melipatgandakan kapasitas energi terbarukan pada dekade ini.
Baca juga: COP29 Molor, Negara Berkembang Muak dengan Negara Maju
Menteri Iklim Sierra Leone Jiwoh Abdulai mengatakan, kesepatakan dalam COP29 menunjukkan kurangnya niat baik dari negara-negara kaya untuk mendukung negara-negara termiskin di dunia melawan krisis iklim
Utusan Nigeria Nkiruka Maduekwe bahkan mengatakan nilai dalam kesepakatan tersebut merupakan penghinaan, sebagaimana dilansir AFP.
Beberapa negosiasi negara bahkan menuduh Azerbaijan sebagai tuan rumah COP29 tidak memiliki keinginan yang kuat.
Utusan iklim Kepulauan Marshall Tina Stege mengatakan dia pulang hanya dengan hasil kecil dari apa yang diperjuangkannya, tetapi tidak dengan tangan kosong.
"Itu tidak cukup, tetapi ini adalah awal," kata Stege.
Baca juga: RI Tunda Luncurkan Second NDC di COP29, Ini Respons Masyarakat Sipil
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya