Dampak perubahan iklim pada perempuan dan kelompok rentan tidak hanya terasa lebih berat, tetapi juga memperburuk ketimpangan yang sudah ada.
Dia mengatakan, dalam berbagai situasi bencana, perempuan sering kali berada di garis depan sebagai pengasuh, pencari air, dan penyedia kebutuhan rumah tangga.
Akan tetapi, akses mereka terhadap sumber daya, pendidikan, dan pengambilan keputusan tetap sangat terbatas.
Baca juga: Trump Tunjuk Pembantah Perubahan Iklim Jadi Menteri Energi AS
"Kita tidak dapat memungkiri bahwa krisis iklim memperbesar kerentanan ini," kata Mariana .
Lebih lanjut, menurut dia, perempuan menghadapi tantangan yang lebih kompleks mulai dari ancaman kelangsungan hidup, termasuk risiko kekerasan berbasis gender sebagai efek domino dari sulitnya sumber penghidupan, hingga kesulitan mengakses layanan kesehatan reproduksi yang sangat esensial.
Komnas Perempuan sendiri telah merilis hasil pemetaan situasi perempuan dalam konteks krisis iklim.
Pemetaan ini tidak hanya memberikan gambaran nyata tentang tantangan yang dihadapi perempuan, tetapi juga menggali potensi dan solusi yang dapat ditingkatkan melalui kebijakan, program, dan kolaborasi yang lebih inklusif.
"Hasil dari pemetaan ini diharapkan menjadi pijakan penting untuk mengembangkan langkah strategis, baik di tingkat nasional maupun daerah, yang responsif terhadap kebutuhan perempuan dan kelompok rentan dalam menghadapi krisis iklim," jelas Mariana.
Baca juga: Perubahan Iklim Timbulkan Berbagai Risiko Bagi Bank
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya