Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Degradasi Lahan Ancam Stabilitas Ekonomi Global, Arab Saudi Siapkan Langkah Strategis di COP16

Kompas.com, 17 Desember 2024, 17:59 WIB
ADW,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Degradasi lahan merupakan salah satu tantangan lingkungan terbesar di dunia saat ini. Dampaknya tidak hanya mengancam ekosistem dan keanekaragaman hayati, tetapi juga stabilitas ekonomi dan kehidupan 8,2 miliar penduduk dunia saat ini.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Air, dan Pertanian Arab Saudi Dr Osama Ibrahim Faqeeha mengungkapkan, sekitar 40 persen dari lahan di dunia, termasuk hutan, padang rumput, lahan pertanian, dan jenis lahan lainnya, mengalami degradasi dalam berbagai tingkatan.

"Degradasi lahan memiliki dampak signifikan terhadap keamanan air dan pangan karena sumber air tawar yang dapat diakses berada di daratan, serta lebih dari 95 persen pangan kita berasal dari lahan," ujar Dr Osama dalam wawancara eksklusif dengan Kompas.com, Senin (3/12/2024).

Selain itu, ungkapnya, dampak degradasi lahan terhadap ekonomi juga besar. Menurut United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD), sekitar 44 triliun dollar AS dari output ekonomi, atau lebih dari setengah produk domestik bruto (PDB) tahunan global, bergantung secara moderat atau tinggi pada sumber daya alam (SDA).

Baca juga: Aktivitas Manusia Harus Berkelanjutan untuk Lawan Degradasi Lahan

Namun, dunia kehilangan lahan setara dengan empat lapangan sepak bola setiap detik atau berjumlah 100 juta hektare (ha) setiap tahun.

"Skala krisis ini sangat mengkhawatirkan. Laporan UNCCD menyebutkan bahwa sekitar sepertiga umat manusia (3,2 miliar orang) terdampak langsung oleh degradasi lahan. Hal ini memicu kurangnya akses yang memadai terhadap pangan yang cukup dan bergizi. Kita harus bertindak sekarang untuk menghentikan dan mengembalikan tren yang merusak ini," jelasnya.

Dampak yang luas dan saling terkait

Dr Osama menambahkan, dampak degradasi lahan sangat luas dan saling terkait. UNCCD mencatat, degradasi lahan telah menyebabkan hilangnya 20 persen lahan pertanian secara global. Hal ini diperkirakan menghasilkan penurunan 12 persen dari komoditas pangan global pada 2040.

"Kita juga menyaksikan hilangnya lebih dari 50 persen keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh penurunan habitat terkait degradasi lahan," ungkapnya.

Di Timur Tengah dan seluruh dunia, dunia tengah menghadapi kelangkaan air yang semakin meningkat dan desertifikasi.

Baca juga: Pertanian Tak Berkelanjutan Sebabkan Degradasi Lahan, Arab Saudi Luncurkan Agenda Aksi Riyadh

Berdasarkan laporan UNCCD, sebanyak 1,84 miliar orang terdampak kekeringan. Biaya ekonomi dari masalah ini pun cukup besar, dan degradasi lahan diproyeksikan menyebabkan penurunan 4,7 persen PDB global pada 2050.

“Dampak-dampak ini menunjukkan mengapa penanganan degradasi lahan harus menjadi prioritas global,” ungkapnya.

Akar masalah yang menuntut aksi bersama 

Dr Osama menekankan, faktor utama yang menyebabkan degradasi lahan meliputi praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, deforestasi, penggembalaan berlebih, dan pengelolaan lahan yang buruk.

"Sekitar 24 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh kegiatan pertanian dan penggunaan lahan lain. Angka ini jauh lebih besar jika dibandingkan sektor transportasi yang menyumbang 14 persen," jelasnya.

Kolaborasi internasional, menurutnya, sangat penting untuk mengatasi tantangan itu. Lebih dari 130 negara telah berpartisipasi dalam Program Penetapan Target Netralitas Degradasi Lahan (Land Degradation Neutrality Target Setting Programme).

"Pada COP16 di Riyadh, kami mendorong penguatan kemitraan ini dan menciptakan kerangka kerja baru untuk kolaborasi dalam praktik pengelolaan lahan berkelanjutan, ketahanan terhadap kekeringan, dan upaya restorasi," ujarnya.

Baca juga: Konferensi Melawan Penggurunan COP16: Tempat, Waktu, dan Agenda Utama

Untuk diketahui, pada Desember 2024, Arab Saudi menjadi tuan rumah Conference of the Parties ke-16 (COP16) dari UNCCD. Konferensi ini diharapkan menjadi momen penting untuk mendorong aksi global nyata dalam restorasi lahan dan pembangunan berkelanjutan.

Dr Osama sendiri memainkan peran penting dalam mempersiapkan agenda Presidensi COP16.

Inisiatif ambisius Arab Saudi

Sebagai negara dengan kondisi geografis unik, Arab Saudi telah mengambil langkah signifikan untuk mengatasi tantangan ini melalui inisiatif ambisius, seperti Saudi Green Initiative (SGI).

Inisiatif yang diluncurkan pada 2021 itu mencakup target besar, seperti penanaman 10 miliar pohon, rehabilitasi 40 juta ha lahan, dan komitmen menuju emisi nol bersih pada 2060.

"Melalui Saudi Green Initiative, kami telah menanam lebih dari 100 juta pohon dan merehabilitasi lebih dari 243.000 Ha lahan yang terdegradasi. Ini adalah bagian dari komitmen kami untuk merestorasi 40 juta ha melalui penanaman pohon dan solusi berbasis alam lainnya," papar Dr Osama.

Dr Osama menjelaskan, saat ini mereka berada dalam fase implementasi yang krusial, berupaya mempercepat kemajuan melalui koordinasi antara lembaga pemerintah, mitra sektor swasta, dan komunitas lokal.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Masyarakat Adat Jaga Ekosistem, tapi Hanya Terima 2,9 Persen Pendanaan Iklim
Masyarakat Adat Jaga Ekosistem, tapi Hanya Terima 2,9 Persen Pendanaan Iklim
LSM/Figur
Laporan Mengejutkan: Cuma 19 Persen Perusahaan Sawit di Kalteng Lolos Administrasi
Laporan Mengejutkan: Cuma 19 Persen Perusahaan Sawit di Kalteng Lolos Administrasi
LSM/Figur
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Pemerintah
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Pemerintah
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
LSM/Figur
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Swasta
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
LSM/Figur
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan
Pemerintah
Inisiatif Food Waste Breakthrough: Target Potong Setengah Sampah Makanan Kota
Inisiatif Food Waste Breakthrough: Target Potong Setengah Sampah Makanan Kota
Swasta
Telkom University–Cyberport Hong Kong Resmi Bersinergi Dorong Inovasi Digital Global
Telkom University–Cyberport Hong Kong Resmi Bersinergi Dorong Inovasi Digital Global
Swasta
Perlu 1 Miliar Hektar untuk Penuhi Janji Iklim
Perlu 1 Miliar Hektar untuk Penuhi Janji Iklim
LSM/Figur
CDP: Bisnis Proyeksikan Kerugian 420 Miliar Dolar AS Akibat Risiko Cuaca Ekstrem
CDP: Bisnis Proyeksikan Kerugian 420 Miliar Dolar AS Akibat Risiko Cuaca Ekstrem
Swasta
Muhammadiyah Luncurkan Pesantren Eco-Saintek, yang Integrasi Pendidikan dan Lingkungan
Muhammadiyah Luncurkan Pesantren Eco-Saintek, yang Integrasi Pendidikan dan Lingkungan
LSM/Figur
Krisis Nutrisi akibat Iklim: Tanaman Makin Berkalori, Kita Makin Rentan
Krisis Nutrisi akibat Iklim: Tanaman Makin Berkalori, Kita Makin Rentan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau