Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2024 Jadi Tahun Bencana akibat Krisis Iklim, Banjir Bandang hingga Kebakaran Hutan

Kompas.com - 30/12/2024, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sepanjang 2024, berbagai wilayah di belahan dunia diterpa bencana alam yang memiliki kaitan dengan dampak perubahan iklim.

Dari negara kecil hingga besar, negara kaya hingga miskin, tidak ada yang luput dari dampak bencana iklim yang dahsyat pada 2024.

Layanan pemantau perubahan ikim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S), bahkan memprediksi 2024 bakal menjadi tahun terpanas sepanjang catatan sejarah.

World Weather Attribution (WWA) juga menyebutkan, hampir setiap bencana yang mereka analisis selama 12 bulan terakhir diperparah oleh perubahan iklim.

"Dampak pemanasan bahan bakar fosil tidak pernah lebih jelas atau lebih dahsyat daripada tahun 2024. Kita hidup di era baru yang berbahaya," kata ilmuwan iklim Friederike Otto dari WWA.

Dilansir dari AFP, Jumat (27/12/2024), berikut berbagai bencana akibat krisis iklim yang melanda berbagai wilayah dunia sepanjang 2024.

Baca juga: Perubahan Iklim Rugikan Asuransi Hingga 600 Miliar Dollar AS

Panas ekstrem

Ilustrasi panas suhu Bumi.SHUTTERSTOCK/Berke Ilustrasi panas suhu Bumi.

Panas ekstrem menyengat selama ibadah Haji 2024 pada Juni dilaporkan menewaskan lebih dari 1.300 jiwa. Suhu panas ekstrem di sana sempat mencapai 51,8 derajat celsius

Di Meksiko, panas yang sangat ekstrem membuat banyak monyet howler mati berjatuhan dari pohon.

Di Pakistan, jutaan anak-anak diharuskan berada di rumah saat suhu udara naik di atas 50 derajat celsius.

Yunani mencatat gelombang panas paling awal yang pernah terjadi. Kondisi tersebut memicu kebakaran hutan yang mengerikan, di awal musim panas terpanas di Eropa.

Panas ekstrem yang mematikan juga menerjang sejumlah negara seperti Thailand, India, dan Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Krisis Iklim, Indonesia Alami Tambahan 122 Hari Suhu Panas pada 2024

Banjir

Mobil-mobil terendam banjir di jalanan Dubai setelah Uni Emirat Arab (UEA) diguyur hujan deras pada Rabu (17/4/2024).AFP/GIUSEPPE CACACE Mobil-mobil terendam banjir di jalanan Dubai setelah Uni Emirat Arab (UEA) diguyur hujan deras pada Rabu (17/4/2024).

Perubahan iklim bukan hanya berkaitan dengan suhu yang sangat panas.

Lautan yang lebih panas membuat penguapan yang lebih tinggi, dan udara yang lebih hangat menyerap lebih banyak uap air. Kondisi tersebut menjadi "resep" hujan yang sangat lebat.

Pada April, Uni Emirat Arab (UEA) menerima hujan yang lebat. Curah hujan setara akumulasi dua tahun jatuh hanya dalam satu hari.

Hujan yang sangat lebat tersebut membuat banjir bandang yang menyita perhatian internasional dan melumpuhkan bandara internasional Dubai.

Kenya juga mengalami banjir terburuk dalam beberapa dekade, mendatangkan bencana berturut-turut bagi negara Afrika Timur itu.

4 juta orang membutuhkan bantuan setelah banjir bersejarah menewaskan lebih dari 1.500 orang di Afrika Barat dan Tengah. 

Eropa, terutama Spanyol, juga mengalami hujan lebat yang menyebabkan banjir bandang yang mematikan.

Afghanistan, Rusia, Brasil, China, Nepal, Uganda, India, Somalia, Pakistan, Burundi, dan AS termasuk di antara negara-negara lain yang mengalami banjir pada tahun 2024.

Baca juga: Natal 2024: PGI Ajak Umat Kristen Lebih Peduli Isu Perubahan Iklim

Siklon tropis 

BMKG mendeteksi keberadaan siklon tropis Yinxing, Senin (4/11/2024). Dampak siklon tropis Yinxing bagi Indonesia.BMKG BMKG mendeteksi keberadaan siklon tropis Yinxing, Senin (4/11/2024). Dampak siklon tropis Yinxing bagi Indonesia.

Permukaan laut yang lebih hangat menghasilkan energi bagi siklon tropis alias badai berkekuatan besar saat bergerak menuju daratan.

Badai besar dengan kekuatan di atas rata-rata sempat menghantam AS dan Karibia, terutama Milton, Beryl, dan Helene.

Filipina mengalami enam badai besar pada November saja, hanya dua bulan setelah mengalami Topan Yagi.

Pada Desember, para ilmuwan mengatakan pemanasan global berkontribusi dalam mengintensifkan Siklon Chino menjadi badai Kategori 4.

Baca juga: Apa Itu Kecemasan Iklim dan Bagaimana Mengatasinya?

Kekeringan dan kebakaran hutan

Ilustrasi kebakaran hutan dan lahan.iStock/Pgiam Ilustrasi kebakaran hutan dan lahan.

Beberapa wilayah mungkin lebih basah karena perubahan iklim mengubah pola curah hujan. Tetapi yang lain menjadi lebih kering dan lebih rentan terhadap kekeringan.

Benua Amerika mengalami kekeringan parah pada 2024 dan kebakaran hutan membakar jutaan hektar di AS bagian barat, Kanada, dan lembah Amazon.

Antara Januari hingga September, lebih dari 400.000 kebakaran tercatat di seluruh Amerika Selatan.

Program Pangan Dunia atau World Food Programme (WFP) pada Desember mengatakan, 26 juta orang di seluruh Afrika bagian selatan berisiko kelaparan karena kekeringan selama berbulan-bulan melanda wilayah miskin itu.

Baca juga: Pengetahuan Perubahan Iklim: Siapa yang Disebut Migran Iklim?

Kerugian ekonomi

Cuaca ekstrem menelan ribuan korban ribuan pada 2024 dan menyebabkan banyak orang lainnya hidup dalam kemiskinan yang parah. Kerugian yang ditimbulkan bencana tersebut tidak dapat dihitung.

Dalam hal kerugian ekonomi, raksasa reasuransi Swiss Re yang berkantor pusat di Zurich memperkirakan kerugian global mencapai 310 miliar dollar AS.

Banjir di Eropa, khususnya di provinsi Valencia di Spanyol, dan badai Helene dan Milton meningkatkan kerugian, kata perusahaan tersebut.

Hingga 1 November, AS telah mengalami 24 bencana terkait cuaca dengan kerugian masing-masing melebihi 1 miliar dollar AS, menurut data pemerintah.

Kekeringan di Brasil merugikan sektor pertaniannya sebesar 2,7 miliar dollar AS antara bulan Juni hingga Agustus.

Baca juga: Apakah Perubahan Iklim Sebabkan Gempa Jadi Lebih Sering?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Masih Ada Warga Jakarta Buang Air Besar Sembarangan, Butuh Edukasi dan Kolaborasi

Masih Ada Warga Jakarta Buang Air Besar Sembarangan, Butuh Edukasi dan Kolaborasi

Pemerintah
Segudang Manfaat Bambu untuk Solusi Perubahan Iklim: Serap Emisi hingga Pengganti Baja

Segudang Manfaat Bambu untuk Solusi Perubahan Iklim: Serap Emisi hingga Pengganti Baja

Pemerintah
Demi Lingkungan Sehat, Warga Terdampak TPA Liar di Depok Mengadu ke Komnas HAM

Demi Lingkungan Sehat, Warga Terdampak TPA Liar di Depok Mengadu ke Komnas HAM

Pemerintah
10 Klub Sepak Bola Paling Berkelanjutan 2024, Dortmund Nomor Wahid

10 Klub Sepak Bola Paling Berkelanjutan 2024, Dortmund Nomor Wahid

Pemerintah
Masih Tahap Transisi, Implementasi B40 Berlaku Penuh Februari

Masih Tahap Transisi, Implementasi B40 Berlaku Penuh Februari

Pemerintah
Setelah B40 Tahun Ini, B50 Disiapkan untuk 2026

Setelah B40 Tahun Ini, B50 Disiapkan untuk 2026

Pemerintah
'Food Rescue Warrior' Salurkan Ribuan Paket Makanan ke 53.000 Masyarakat Rentan

"Food Rescue Warrior" Salurkan Ribuan Paket Makanan ke 53.000 Masyarakat Rentan

Swasta
Komitmen pada CSR Tingkatkan Penjualan Daring Perusahaan

Komitmen pada CSR Tingkatkan Penjualan Daring Perusahaan

Pemerintah
85 Persen Eksekutif Berkomitmen Laporkan Pengungkapan Iklim

85 Persen Eksekutif Berkomitmen Laporkan Pengungkapan Iklim

Swasta
Mikroplastik Masuk Rantai Makanan, Ditemukan di Darah hingga Sumsum

Mikroplastik Masuk Rantai Makanan, Ditemukan di Darah hingga Sumsum

Pemerintah
Inggris Disebut Jadi Negara dengan Energi Listrik Terbersih di Dunia

Inggris Disebut Jadi Negara dengan Energi Listrik Terbersih di Dunia

Pemerintah
Hampir Seluruh Penjualan Mobil di Norwegia adalah Kendaraan Listrik, Ini Resepnya

Hampir Seluruh Penjualan Mobil di Norwegia adalah Kendaraan Listrik, Ini Resepnya

Pemerintah
Hutan Hujan Amazon Alami Kebakaran, Kekeringan, hingga Deforestasi

Hutan Hujan Amazon Alami Kebakaran, Kekeringan, hingga Deforestasi

LSM/Figur
Walhi: Kebun Sawit Bukan Hutan, Picu Kerusakan 3,2 Juta Hektare Lahan

Walhi: Kebun Sawit Bukan Hutan, Picu Kerusakan 3,2 Juta Hektare Lahan

LSM/Figur
PLN Jakarta Genjot Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik untuk Tekan Emisi Karbon

PLN Jakarta Genjot Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik untuk Tekan Emisi Karbon

BUMN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau