Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Celios: Mayoritas Dukung Pelibatan UMKM untuk Makan Bergizi Gratis

Kompas.com - 30/12/2024, 12:18 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Studi terbaru dari Center of Economic and Law Studies (Celios) menemukan, mayoritas masyarakat mendukung kebijakan berbasis ketahanan pangan lokal untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Dalam studi terkait mitigasi risiko program Makan Bergizi Gratis, Celios menyebutkan bahwa 59 persen responden menolak bahan pangan impor dan menekankan pentingnya pemanfaatan produk lokal. 85 persen bahan baku Makan Bergizi Gratis berasal dari produk lokal dan UMKM.

Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira mengungkapkan, program tersebut harus berpihak pada peternak, petani lokal, maupun vendor UMKM yang berdekatan dengan lokasi sekolah.

“MBG jangan sampai menjadi celah masuknya berbagai pangan impor termasuk impor susu yang merugikan peternak lokal, berdampak ke berkurangnya serapan kerja, hingga mengancam stabilitas nilai tukar rupiah,” ujar Bhima dalam keterangan tertulis, Senin (30/12/2024).

Baca juga: CELIOS: Ekonomi Restoratif Bantu Dukung Program Makan Bergizi Gratis  

Bhima meminta pemerintah menetapkan regulasi terkait batas minimum pihak lokal dalam pengadaan bahan baku. Adapun pemerintah menganggarkan Rp 71 triliun untuk program Makan Bergizi Gratis pada 2025.

Studi ini juga menunjukkan harapan masyarakat agar program MBG dipisahkan dari politik. Dalam studinya, peneliti mencatat sebanyak 46 persen masyarakat menyoroti risiko inefisiensi penyaluran. Sementara, empat dari 10 responden khawatir dengan risiko korupsi.

Studi juga memperkirakan potensi kerugian hingga Rp 8,5 triliun pada 2025 apabila MBG tetap berjalan dengan skema sentralistik yang diusulkan saat ini.

“Risiko inefisiensi anggaran juga harus diwaspadai, terutama terkait distribusi rantai pasok yang terlalu panjang, yang bisa memperburuk ketepatan sasaran dan menghambat keberlanjutan program ini,” kata Direktur Keadilan Fiskal Celios Media Wahyudi Askar.

Baca juga: Pemerintah Akan Beri Literasi Digital ke Pemasok Makan Bergizi Gratis 

Studi Celios juga menemukan bahwa 79 persen masyarakat menolak opsi pembiayaan melalui utang luar negeri, mendesak pemerintah mencari solusi pembiayaan yang berkelanjutan. Sebanyak 56 persen responden menyarankan MBG dimulai secara bertahap untuk mengurangi risiko kebocoran dana dan inefisiensi.

Rentan Dikorupsi

Peneliti Celios Bakhrul Fikri menilai, dana program MBG rentan dikorupsi. Risiko korupsi, kata dia, terdapat pada skema penyaluran dengan birokrasi yang panjang.

“Melihat track record korupsi pengadaan barang dan jasa selama ini, maka tingkat korupsinya bisa signifikan. Selain itu, belum ada prosedur dalam antisipasi pemalsuan data dan pengawasan pengelolaan dana,” ucap Bakhrul.

“Terakhir, daripada menyalurkan MBG melalui unit baru yang sentralistik, sebaiknya disalurkan langsung ke sekolah” imbuh dia.

Celios pun menekankan agar uji coba program MBG dimanfaatkan untuk merumuskan dengan matang teknis pelaksanaannya.

Baca juga: Aruna dan KKP Dukung Program Makan Bergizi Gratis lewat Tata Kelola Perikanan Berkelanjutan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Masih Ada Warga Jakarta Buang Air Besar Sembarangan, Butuh Edukasi dan Kolaborasi

Masih Ada Warga Jakarta Buang Air Besar Sembarangan, Butuh Edukasi dan Kolaborasi

Pemerintah
Segudang Manfaat Bambu untuk Solusi Perubahan Iklim: Serap Emisi hingga Pengganti Baja

Segudang Manfaat Bambu untuk Solusi Perubahan Iklim: Serap Emisi hingga Pengganti Baja

Pemerintah
Demi Lingkungan Sehat, Warga Terdampak TPA Liar di Depok Mengadu ke Komnas HAM

Demi Lingkungan Sehat, Warga Terdampak TPA Liar di Depok Mengadu ke Komnas HAM

Pemerintah
10 Klub Sepak Bola Paling Berkelanjutan 2024, Dortmund Nomor Wahid

10 Klub Sepak Bola Paling Berkelanjutan 2024, Dortmund Nomor Wahid

Pemerintah
Masih Tahap Transisi, Implementasi B40 Berlaku Penuh Februari

Masih Tahap Transisi, Implementasi B40 Berlaku Penuh Februari

Pemerintah
Setelah B40 Tahun Ini, B50 Disiapkan untuk 2026

Setelah B40 Tahun Ini, B50 Disiapkan untuk 2026

Pemerintah
'Food Rescue Warrior' Salurkan Ribuan Paket Makanan ke 53.000 Masyarakat Rentan

"Food Rescue Warrior" Salurkan Ribuan Paket Makanan ke 53.000 Masyarakat Rentan

Swasta
Komitmen pada CSR Tingkatkan Penjualan Daring Perusahaan

Komitmen pada CSR Tingkatkan Penjualan Daring Perusahaan

Pemerintah
85 Persen Eksekutif Berkomitmen Laporkan Pengungkapan Iklim

85 Persen Eksekutif Berkomitmen Laporkan Pengungkapan Iklim

Swasta
Mikroplastik Masuk Rantai Makanan, Ditemukan di Darah hingga Sumsum

Mikroplastik Masuk Rantai Makanan, Ditemukan di Darah hingga Sumsum

Pemerintah
Inggris Disebut Jadi Negara dengan Energi Listrik Terbersih di Dunia

Inggris Disebut Jadi Negara dengan Energi Listrik Terbersih di Dunia

Pemerintah
Hampir Seluruh Penjualan Mobil di Norwegia adalah Kendaraan Listrik, Ini Resepnya

Hampir Seluruh Penjualan Mobil di Norwegia adalah Kendaraan Listrik, Ini Resepnya

Pemerintah
Hutan Hujan Amazon Alami Kebakaran, Kekeringan, hingga Deforestasi

Hutan Hujan Amazon Alami Kebakaran, Kekeringan, hingga Deforestasi

LSM/Figur
Walhi: Kebun Sawit Bukan Hutan, Picu Kerusakan 3,2 Juta Hektare Lahan

Walhi: Kebun Sawit Bukan Hutan, Picu Kerusakan 3,2 Juta Hektare Lahan

LSM/Figur
PLN Jakarta Genjot Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik untuk Tekan Emisi Karbon

PLN Jakarta Genjot Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik untuk Tekan Emisi Karbon

BUMN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau