Kawasan Arboretum Busang di Kelurahan Loa Ipuh Darat, Kecamatan Tenggarong, Kota Samarinda, Kaltim telah menjadi kawasan alam multifungsi sejak 2018. (Dok MHU)
Program lainnya adalah pembangunan sarana air bersih (Water Treatment Plant) berbasis green energy, dan pengembangan Desa Budaya Lung Anai yang berhasil terangkat potensi ekonominya memanfaatkan olahan kakao menjadi cokelat siap makan sebagai wujud pemberdayaan masyarakat Dayak Kenyah di area penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN).
Lalu, pada sektor pendidikan terdapat program beasiswa S1, program pendidikan kesetaraan paket A,B, dan C, serta kemandirian ekonomi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Payang Sejahtera Desa Sungai Payang yang membidik warga di area lingkar operasional.
Baca juga: Solusi Air Bersih di Desa Sungai Payang, Begini Upaya MMSGI Dorong Kesejahteraan Warga
Program lainnya adalah Pangan untuk Penghijauan, Pemberdayaan BUMDes Sumber Purnama Desa Loh Sumber, Pengembangan Industri Pertukangan Berbahan Kayu Lokal, dan penanganan stunting.
Wijayono menyebut, setidaknya pihaknya memprioritaskan 11 dari 17 poin pada pilar Sustainable Development Goals (SDGs) yang ada.
Poin-poin tersebut adalah SDG 1 (Tanpa Kemiskinan), SDG 2 (Tanpa Kelaparan), SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 5 (Kesejahteraan Gender), SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak), SDG 7 ( Energi Bersih dan Terjangkau), dan SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi).
Baca juga: Lewat Upaya Sinergi, MMSGI Sukses Optimalkan Potensi Desa Budaya dan Produk Kakao di Lung Anai
Lalu, SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), SDG 10 (Berkurangnya Kesenjangan), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).
“Dengan mengedepankan program pemberdayaan masyarakat, kami berkomitmen terhadap program yang kami prioritaskan di area ring 1,2, dan 3 pada wilayah operasional,” terangnya.
Tak hanya itu, perusahaan yang dinaunginya itu juga membeli unit karbon pada perdagangan perdana IDX Carbon pada September 2023 untuk offset emisi kantor MHU pada site.
Sejak awal menjalani komitmennya untuk menjalankan prinsip ESG, MMSGI memang tak main-main. Segala program yang telah dijalankan pun terukur secara detail bagaimana dampak sosial dan lingkungannya.
Untuk kebutuhan tersebut, MMSGI menggunakan metodologi Social Return on Investment (SROI).
Baca juga: Lewat Upaya Sinergi, MMSGI Sukses Optimalkan Potensi Desa Budaya dan Produk Kakao di Lung Anai
Kemudian, ada pula implementasi metode Sustainable Livelihood Approach (SLA) untuk mengukur dampak program terhadap kualitas hidup masyarakat sekitar tambang.
Adapun SROI digunakan MMSGI untuk menilai manfaat sosial dalam satuan moneter, memberikan gambaran jelas tentang dampak investasi sosial. Sementara itu, SLA membantu memastikan aspek keberlanjutan—ekonomi, sosial, dan lingkungan—dapat diukur secara holistik.
“Kedua metode ini efektif dalam menilai keberhasilan program, mengidentifikasi ruang perbaikan, dan memastikan keberlanjutan jangka panjang,” ujarnya.
Untuk diketahui, seluruh upaya terkait ESG oleh MMSGI dilaporkan secara berkala dan sukarela serta dinilai (ESG Score) oleh lembaga rating kelas dunia, S&P Global.
Penilaian tersebut diupayakan MMSGI terhitung dalam tiga tahun terakhir sebagai komitmen perusahaan dalam menerapkan prinsip keberlanjutan dalam seluruh bisnisnya untuk mewujudkan Good Corporate Citizen.
Baca juga: Wujudkan Komitmen terhadap Pelestarian Lingkungan, MHU-MMSGI Raih Proper Hijau 2023
Pada publikasi yang dibuat pada April 2024, MMSGI menyebut bahwa dukungan untuk BUMDes Payang Sejahtera mendapat nilai 4,27 menggunakan metode SROI.
Lalu, untuk kelompok pertukangan kayu Koetai Harapan Utama mendapat nilai SROI 5,23, dan untuk kelompok Ternak Lestari menghasilkan nilai SROI 5,03.
Nilai SROI tersebut dapat dimaknai bahwa setiap Rp 1 yang dikeluarkan perusahaan memiliki tingkat pengembalian sosial sebesar Rp 4-5. Hal ini menunjukkan bahwa program yang dijalankan tergolong sangat baik dan bermanfaat secara ekonomi. Hal ini juga merupakan indikator keberlanjutan dari kegiatan corporate social responsibility (CSR) tersebut secara mandiri.
“Nilai SROI hingga lima kali lipat melalui program pemberdayaan masyarakat, seperti pendidikan, pelatihan kerja, dan pembangunan infrastruktur lokal, membuktikan upaya baik kami berdampak,” tambah Wijay.
Bagi pihaknya, menciptakan pendapatan berkelanjutan (sustainable income) atau mata pencaharian yang lestari (sustainable livelihood) adalah salah satu fondasi penting dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Baca juga: Komitmen Dorong Kemandirian Ekonomi, PPM MHU Sabet Tamasya Award 2024
Momen pembebasan lahan sering kali memberikan keuntungan yang sifatnya instan atau sementara, kata dia. Sementara tantangannya adalah bagaimana manfaat tersebut dapat dimaksimalkan untuk menciptakan dampak jangka panjang yang berkelanjutan bagi masyarakat.
“Nah (di sinilah) pendekatan berbasis SROI memainkan peran penting dalam mengukur nilai perubahan yang dihasilkan oleh program atau intervensi tertentu. SROI tidak hanya menghitung keuntungan finansial, tetapi juga dampak sosial dan lingkungan yang lebih luas,” jelasnya.
Dengan demikian, program yang dirancang dengan prinsip SROI memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan, memastikan bahwa manfaat yang dirasakan masyarakat tidak hanya bersifat sementara, tetapi mampu menjadi sumber daya yang terus menggerakkan perekonomian lokal.
“Yang terpenting dalam seluruh proses ini adalah memastikan bahwa setiap upaya peningkatan pendapatan atau mata pencaharian benar-benar fokus pada keberlanjutan. (Jadi), bukan sekadar memberikan keuntungan sesaat, tetapi juga menciptakan ekosistem yang mendukung masyarakat untuk berkembang secara mandiri di masa depan,” ujarnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya