Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hidayatullah Rabbani
Peneliti BRIN

Peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Ekspansi Sawit: Ancaman Petani Swadaya, Masyarakat Adat, dan Lingkungan

Kompas.com - 03/01/2025, 08:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Indonesia sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia harus memanfaatkan potensi ini secara bijak.

Kebijakan yang hanya mengutamakan ekspansi tanpa mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial hanya akan memperburuk ketimpangan dan merusak alam.

Salah satu langkah yang dapat diambil adalah peremajaan sawit untuk meningkatkan produktivitas tanpa perluasan lahan baru.

Teknologi yang ramah lingkungan, seperti penggunaan bibit unggul dan teknik budidaya yang efisien, bisa meningkatkan hasil sawit per hektare hingga 25-30 ton per tahun. Dengan demikian, tekanan terhadap lingkungan dapat dikurangi tanpa perlu membuka lahan baru.

Selain itu, redistribusi lahan kepada petani dan masyarakat adat/lokal menjadi langkah strategis untuk mengurangi ketimpangan agraria.

Memberikan petani swadaya kontrol lebih besar atas tanah mereka akan memungkinkan mereka untuk meningkatkan produktivitas secara mandiri dan lebih adil, tanpa ketergantungan pada korporasi besar.

Pemerintah harus memastikan bahwa perusahaan-perusahaan sawit yang beroperasi di Indonesia mematuhi standar lingkungan dan sosial yang ketat.

Penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar—misalnya dengan membuka lahan di kawasan hutan atau gambut—harus diperkuat.

Pengawasan yang lebih ketat terhadap izin pembukaan lahan akan mencegah eksploitasi yang merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat.

Pemerintah juga perlu memberikan akses lebih besar kepada petani swadaya untuk pasar, teknologi, dan pelatihan, sehingga mereka bisa meningkatkan produktivitas secara efisien dan mandiri.

Dengan dukungan yang tepat, petani swadaya tidak hanya bisa mengurangi ketergantungan pada fluktuatif harga sawit, tetapi juga memperoleh harga yang lebih stabil dan menguntungkan.

Indonesia harus menyadari bahwa sumber daya alam, termasuk kelapa sawit, harus dikelola secara berkelanjutan dan inklusif.

Kebijakan ekspansi sawit yang mengabaikan dampak sosial dan lingkungan hanya akan memperburuk ketimpangan dan merusak alam yang semakin rentan.

Kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan dan keadilan sosial merupakan kunci untuk menciptakan sektor sawit yang tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi juga memberikan manfaat lebih luas bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan kebijakan yang bijak, Indonesia bisa menjadi contoh negara yang memanfaatkan sumber daya alamnya secara seimbang, menjaga kemajuan ekonomi, kesejahteraan petani swadaya, dan kelestarian lingkungan.

Semua itu dimulai dengan kebijakan yang tidak hanya melihat angka pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau