Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mikroplastik Masuk Rantai Makanan, Ditemukan di Darah hingga Sumsum

Kompas.com, 3 Januari 2025, 16:23 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Mikro atau nanoplastik (MNP) merupakan polutan lingkungan baru yang muncul dan tersebar luas di berbagai ekosistem di seluruh dunia.

Partikel plastik dan serat dengan ukuran mulai dari 1 nanometer hingga 5 mikrometer ini tidak hanya merusak ekosistem laut tetapi juga menjadi masalah baru bagi ekosistem darat.

Sayangnya, penelitian tentang MNP darat tertinggal dari penelitian kelautan.

Peneliti dari Xishuangbanna Tropical Botanical Garden of the Chinese Academy of Sciences bersama kolaborator pun mencoba mengisi kesenjangan pengetahuan tentang dampak MNP terhadap ekosistem darat, terutama pada tumbuhan dan jaring makanan atas-bawah tanah (AG-BG).

Dikutip dari Phys, Jumat (3/1/2024) peneliti menemukan bahwa MNP banyak terdapat di ekosistem darat.

Baca juga: Hati-hati, Kantong Teh Bisa Sebarkan Mikroplastik dan Nanoplastik di Minuman

MNP terakumulasi secara biologis di seluruh tanaman dan biota AG-BG terkait, yang menyebabkan efek ekotoksikologi di berbagai tingkat trofik.

Setelah diserap oleh tanaman, MNP berinteraksi dengan herbivora, penyerbuk, dan mikoriza.

MNP kemudian juga berpindah lintas tingkat trofik melalui berbagai jalur potensial, dan dapat memengaruhi pola keanekaragaman hayati, proses ekosistem, dan multifungsi ekosistem.

Peneliti mengatakan, studi ekosistem terestrial sangat dibutuhkan untuk menilai sepenuhnya dampak ekologi MNP. Selain itu, perlu juga mengembangkan strategi mengurangi dampaknya terhadap tanaman dan jaring makanan yang saling berhubungan.

Studi ini dipublikasikan di Trends in Plant Science.

Organ Manusia

Imbas MNP tidak berhenti sampai situ saja. Dalam studi yang terpisah, penelitian yang dipimpin oleh Universitas Pertanian dan Kehutanan Zhejiang di Tiongkok melaporkan hubungan yang mengkhawatirkan antara MNP dan jaringan organ manusia.

Baca juga: Kendaraan di Dunia Lepaskan 6 Juta Ton Serpihan Mikroplastik Per Tahun

Masih dari Phys, Studi yang dipublikasikan dalam TrAC Trends in Analytical Chemistry tersebut mendokumentasikan partikel yang terdeteksi di kulit, arteri, vena, trombus, sumsum tulang, testis, air mani, rahim, dan plasenta.

MNP ditemukan pula dalam sistem pencernaan, dari air liur hingga feses, hati, dan batu empedu.

Sementara dalam sistem pernapasan, MNP ada di mana-mana, termasuk jaringan paru-paru, dengan serat mikroskopis yang umum dalam cairan lavage bronkoalveolar dan dahak.

Namun, yang lebih penting adalah penemuan kadar MNP yang cenderung lebih tinggi pada jaringan dengan lesi (kerusakan) daripada yang tidak.

Hal tersebut membuat peneliti menduga bahwa MNP berkontribusi terhadap peradangan, stres oksidatif, dan kerusakan sel, yang dapat menyebabkan atau memperburuk lesi jaringan.

Kemungkinan lain, lesi tersebut mengumpulkan lebih banyak MNP di area jaringan yang sudah rusak.

Penggunaan plastik sendiri terus mengalami lonjakan dari tahun ke tahun. Data mencatat ada pertambahan 1,5 juta metrik ton plastik pada 1950 menjadi hampir 390,7 juta pada 2021.

Dengan meningkatnya penggunaan dalam produk konsumen, polusi plastik mikroskopis yang beredar di tanah dan saluran air pun meningkat, yang akhirnya terakumulasi di lingkungan, jaring makanan, dan jaringan manusia.

Baca juga: Kerugian Ganda Insentif Pajak Industri Plastik: Pendapatan Negara Hilang dan Rusak Lingkungan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
CIMB Niaga Salurkan 'Green Financing' Syariah ke IKPT untuk Dukung Transisi Energi
CIMB Niaga Salurkan "Green Financing" Syariah ke IKPT untuk Dukung Transisi Energi
Swasta
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Pemerintah
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
LSM/Figur
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
LSM/Figur
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
Pemerintah
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
LSM/Figur
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
LSM/Figur
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
LSM/Figur
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Pemerintah
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Pemerintah
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Pemerintah
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Pemerintah
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Pemerintah
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau