Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB Tetapkan 2025 Jadi Tahun Internasional Pelestarian Gletser

Kompas.com - 24/01/2025, 18:42 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gletser menghilang dengan laju yang mengkhawatirkan akibat perubahan iklim.

Hal itu membuat Majelis Umum PBB menetapkan tahun 2025 sebagai Tahun Pelestarian Gletser Internasional (IYGP).

Inisiatif global ini berupaya menyatukan seluruh dunia untuk melindungi sumber air penting tersebut.

Seperti yang kita ketahui, gletser dan lapisan es menampung sekitar 70 persen air tawar dunia dan menyediakan air tawar bagi lebih dari 2 miliar orang.

Hilangnya gletser secara cepat dapat menimbulkan krisis lingkungan dan kemanusian yang mendesak.

“Es dan gletser yang mencair mengancam keamanan air jangka panjang bagi jutaan orang. Tahun internasional ini harus menjadi peringatan bagi dunia,” ungkap Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Celeste Saulo, dikutip dari laman resmi United Nations, Jumat (24/1/2025).

Baca juga: Gletser Terluas di Dunia Mencair Cepat, Permukaan Laut Bisa Naik 3 Meter

Data yang Mengkhawatirkan

Pada tahun 2023, gletser mengalami pencairan terbesar dalam lebih dari 50 tahun. Itu menandai tahun kedua berturut-turut di mana semua wilayah gletser di seluruh dunia melaporkan pencairan es.

Swiss, misalnya, mengalami pencairan es 10 persen dari total massa gletsernya antara tahun 2022 dan 2023.

Dr. Lydia Brito, Asisten Direktur Jenderal UNESCO untuk Ilmu Pengetahuan Alam mengatakan, 50 situs warisan UNESCO dengan gletser mewakili hampir 10 persen dari wilayah gletser Bumi.

Namun, sebuah studi baru-baru ini memperingatkan bahwa gletser di sepertiga dari situs tersebut diproyeksikan akan menghilang pada tahun 2050.

Dengan tahun 2024 dipastikan sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat, kebutuhan akan tindakan untuk melakukan penyelamatan gletser harus segera dilakukan.

Fokus utama adalah meningkatkan kesadaran global tentang peran penting gletser, salju, dan es dalam mengatur iklim dan mendukung ekosistem dan masyarakat.

Baca juga: Separuh Negara di Dunia Alami Degradasi Sistem Air Tawar

Inisiatif ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman ilmiah melalui program-program seperti Global Cryosphere Watch, yang memastikan bahwa data memandu tindakan iklim yang efektif.

Selanjutnya adalah memperkuat kerangka kebijakan yang mengintegrasikan pelestarian gletser ke dalam strategi iklim global dan nasional, seperti Perjanjian Paris.

Selain itu juga perlu untuk memobilisasi sumber daya keuangan untuk mendukung masyarakat yang rentan dan mendanai upaya adaptasi dan mitigasi.

Lebih lanjut, laporan singkat IYGP menyebut tingkat hilangnya gletser tetap tidak dapat dihindari mengingat tingkat pencairan yang dialami saat ini yang menurut pemodelan akan terus berlanjut hingga suhu stabil.

“Kita harus bersiap menghadapi kerusakan kriosfer melalui perubahan kebijakan yang mendesak,” jelas Dr. John Pomeroy dari Universitas Saskatchewan, Kanada.

“Namun sejarah akan mencatat bahwa tahun 2025 adalah titik kritis di mana umat manusia mengubah arah dan akhirnya menyelamatkan gletser, diri kita sendiri, dan planet kita,” pungkas Dr. Pomeroy.

Hari Gletser Sedunia pertama akan dirayakan pada tanggal 21 Maret 2025.

Baca juga: Korporasi Targetkan Ulang Sasaran Iklim karena AI

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Meski Dianggap Imperialisme, EUDR Bisa Jadi Jalan Perbaikan Tata Kelola Komoditas
Meski Dianggap Imperialisme, EUDR Bisa Jadi Jalan Perbaikan Tata Kelola Komoditas
Pemerintah
Austria Segera Punya Fasilitas Hidrogen Hijau Raksasa, Potong Emisi 150.000 Ton Per Tahun
Austria Segera Punya Fasilitas Hidrogen Hijau Raksasa, Potong Emisi 150.000 Ton Per Tahun
Pemerintah
Hutan Mangrove Lebih Kuat dari Dugaan, Tahan Badai akibat Perubahan Iklim
Hutan Mangrove Lebih Kuat dari Dugaan, Tahan Badai akibat Perubahan Iklim
Pemerintah
Perubahan Iklim Bikin Separuh Dunia Rasakan Panas Ekstrem Sebulan
Perubahan Iklim Bikin Separuh Dunia Rasakan Panas Ekstrem Sebulan
LSM/Figur
IESR Dorong ASEAN JETP, Potensi Dana Transisi Energi Capai Rp 2.000 Triliun
IESR Dorong ASEAN JETP, Potensi Dana Transisi Energi Capai Rp 2.000 Triliun
LSM/Figur
Janji Besar, Nyatanya Nol, Bank-bank Inggris Masih Danai Energi Fosil
Janji Besar, Nyatanya Nol, Bank-bank Inggris Masih Danai Energi Fosil
Swasta
Terlibat Perdagangan 80 Kg Sisik Trenggiling, 3 Pria Terancam 15 Tahun Penjara
Terlibat Perdagangan 80 Kg Sisik Trenggiling, 3 Pria Terancam 15 Tahun Penjara
Pemerintah
PFAS Berbahaya di Jaket hingga Wajan, Bisakah Nanofiber Jadi Penggantinya?
PFAS Berbahaya di Jaket hingga Wajan, Bisakah Nanofiber Jadi Penggantinya?
LSM/Figur
Riau Bisa Dongkrak Ekonomi Biru, Bersaing dengan Singapura
Riau Bisa Dongkrak Ekonomi Biru, Bersaing dengan Singapura
LSM/Figur
Longsor Gunung Kuda, Bukti Tambang Legal Belum Tentu Profesional
Longsor Gunung Kuda, Bukti Tambang Legal Belum Tentu Profesional
LSM/Figur
Makan Korban, Pemda Cabut Izin Tambang Galian C di Gunung Kuda
Makan Korban, Pemda Cabut Izin Tambang Galian C di Gunung Kuda
Pemerintah
Dorong Kesetaraan Pendidikan, TenarisSPIJ Salurkan Beasiswa untuk Pelajar Cilegon
Dorong Kesetaraan Pendidikan, TenarisSPIJ Salurkan Beasiswa untuk Pelajar Cilegon
Swasta
Badan Geologi Ungkap Pemicu Tambang Galian C di Cirebon Longsor dan Tewaskan 14 Orang
Badan Geologi Ungkap Pemicu Tambang Galian C di Cirebon Longsor dan Tewaskan 14 Orang
Pemerintah
Peningkatan Kekuatan Militer Global Jadi Ancaman Tujuan Iklim
Peningkatan Kekuatan Militer Global Jadi Ancaman Tujuan Iklim
Pemerintah
Permudah Calon Jemaah Haji Disabilitas dan Lanjut Usia, Wings Air Operasikan Penerbangan Feeder
Permudah Calon Jemaah Haji Disabilitas dan Lanjut Usia, Wings Air Operasikan Penerbangan Feeder
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau