Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Separuh Negara di Dunia Alami Degradasi Sistem Air Tawar

Kompas.com - 04/09/2024, 14:32 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setengah dari negara di dunia menurut laporan dari UN-Water dan Program Lingkungan PBB (UNEP) mengalami degradasi sistem air tawar.

Dalam laporan tersebut, UNEP menjelaskan satu atau lebih jenis ekosistem air tawar, termasuk sungai, danau, dan akuifer menurun secara signifikan.

Sementara badan air menyusut atau hilang, air sekitar semakin tercemar, dan pengelolaan air tidak sesuai rencana.

Serangkaian laporan tiga tahunan dari UNEP ini sendiri difokuskan pada kemajuan menuju pencapaian tujuan air bersih dan sanitasi untuk semua (SDG 6) melalui perlindungan dan pemulihan sumber air tawar.

"Planet kita sedang mengalami kekurangan sumber daya dan badan air tawar yang sehat, dengan prospek yang suram bagi ketahanan pangan, perubahan iklim, dan keanekaragaman hayati,” kata Dianna Kopansky, Kepala Unit Air Tawar dan Lahan Basah, Divisi Ekosistem di UNEP, dikutip dari Eco Business, Rabu (4/9/2024).

Baca juga: Mengendalikan Ekosistem Air Tawar

Menurut Kopansky, komitmen politik global untuk pengelolaan air berkelanjutan tidak pernah setinggi seperti sekarang ini termasuk melalui pengesahan resolusi air pada Sidang Lingkungan PBB terakhir pada bulan Februari.

Tetapi komitmen tersebut tidak diimbangi dengan pendanaan atau tindakan yang diperlukan. Kita juga memerlukan kebijakan perlindungan dan pemulihan untuk menghentikan degradasi tersebut.

Degradasi yang Meluas

Laporan UNEP membeberkan pula bahwa 90 negara, sebagian besar di Afrika, Asia Tengah dan Tenggara, mengalami degradasi satu atau lebih ekosistem air tawar. Sedangkan wilayah lain seperti Oseania, mengalami perbaikan.

Polusi bendungan, alih fungsi lahan, pengambilan air secara berlebihan, dan perubahan iklim berkontribusi terhadap degradasi ekosistem air tawar.

Pengaruh perubahan iklim dan penggunaan lahan bahkan membuat aliran sungai telah menurun di 402 cekungan di seluruh dunia. Jumlah ini meningkat lima kali lipat sejak tahun 2000.

Selain itu, Hilangnya hutan bakau akibat aktivitas manusia (misalnya, akuakultur dan pertanian) menimbulkan risiko bagi masyarakat pesisir, sumber daya air tawar, keanekaragaman hayati, dan iklim karena sifat penyaringan air dan penyerapan karbonnya.

Baca juga: Studi: Kelompok Rentan Paling Banyak Menanggung Dampak Perubahan Iklim

Penurunan hutan bakau yang signifikan dilaporkan terjadi di Asia Tenggara, meskipun tingkat deforestasi bersih secara keseluruhan telah mendatar dalam dekade terakhir.

Danau dan badan air permukaan lainnya juga menyusut atau hilang seluruhnya di 364 cekungan di seluruh dunia.

Tingkat partikel dan nutrisi yang terus tinggi di banyak danau besar dapat menyebabkan mekarnya alga dan air dengan oksigen rendah, yang terutama disebabkan oleh pembukaan lahan dan urbanisasi, serta peristiwa cuaca tertentu.

Meskipun demikian, pembangunan waduk berkontribusi pada perolehan bersih air permanen global, terutama di wilayah seperti Amerika Utara, Eropa, dan Asia.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Roadshow di Bandung, SRECharged Dorong Percepatan Adopsi Motor Listrik Tanah Air

Roadshow di Bandung, SRECharged Dorong Percepatan Adopsi Motor Listrik Tanah Air

LSM/Figur
Pasar Teknologi Bersih Meningkat Tiga Kali Lipat pada 2035

Pasar Teknologi Bersih Meningkat Tiga Kali Lipat pada 2035

Pemerintah
50 Diskusi dan 44 Pembicara Hadir dalam Acara Langkah Membumi Festival 2024

50 Diskusi dan 44 Pembicara Hadir dalam Acara Langkah Membumi Festival 2024

Swasta
Pusat Data Ramah Lingkungan Bantu Dorong Investasi Hijau di Asia Tenggara

Pusat Data Ramah Lingkungan Bantu Dorong Investasi Hijau di Asia Tenggara

Pemerintah
Dorong Keberlanjutan, Blibli Kembali Gelar Langkah Membumi Festival

Dorong Keberlanjutan, Blibli Kembali Gelar Langkah Membumi Festival

Swasta
Setengah Kota Besar Dunia Hadapi Risiko Iklim Parah pada 2050

Setengah Kota Besar Dunia Hadapi Risiko Iklim Parah pada 2050

Pemerintah
Jumlah Mikroplastik di Air Tawar Meningkat

Jumlah Mikroplastik di Air Tawar Meningkat

Pemerintah
Dorong Irigasi Berkelanjutan, Balai Teknik Irigasi Kementerian PU Jalin Kerja Sama dengan MRC

Dorong Irigasi Berkelanjutan, Balai Teknik Irigasi Kementerian PU Jalin Kerja Sama dengan MRC

Pemerintah
Dorong Pemakaian EV, Penempatan Stasiun Pengisian Listrik Perlu Diperhatikan

Dorong Pemakaian EV, Penempatan Stasiun Pengisian Listrik Perlu Diperhatikan

Pemerintah
Ilmuwan Peringatkan Bumi Makin Tidak Layak Huni

Ilmuwan Peringatkan Bumi Makin Tidak Layak Huni

Pemerintah
Greenpeace: Restorasi Lahan Gambut 10 Tahun Terakhir Tidak Memuaskan

Greenpeace: Restorasi Lahan Gambut 10 Tahun Terakhir Tidak Memuaskan

LSM/Figur
Presiden Prabowo Didorong Jadikan Transisi Energi Misi Nasional

Presiden Prabowo Didorong Jadikan Transisi Energi Misi Nasional

LSM/Figur
Di COP16 Kolombia, Masyarakat Sipil Desak Pemerintah RI Batasi Produksi Nikel

Di COP16 Kolombia, Masyarakat Sipil Desak Pemerintah RI Batasi Produksi Nikel

LSM/Figur
Kali Pertama dalam 130 Tahun Gunung Fuji Telat Bersalju, Pertanda Buruk?

Kali Pertama dalam 130 Tahun Gunung Fuji Telat Bersalju, Pertanda Buruk?

Pemerintah
Perubahan Iklim Bikin Ekonomi Negara Asia dan Pasifik Rugi Besar

Perubahan Iklim Bikin Ekonomi Negara Asia dan Pasifik Rugi Besar

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau