BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan APRIL Asia Group

Tingkatkan Produktivitas, Ini Inovasi APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Kompas.com - 18/02/2025, 18:37 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Praktik pengelolaan hutan produksi secara berkelanjutan adalah kunci dalam mendukung keberlanjutan ekosistem hutan. 

Saat ini, berbagai inovasi kian diperlukan guna memastikan sektor kehutanan tetap memberikan manfaat bagi masyarakat sekaligus menjaga keseimbangan alam. 

Salah satu teknologi bioteknologi yang memiliki potensi besar dalam mendukung keberlanjutan sektor kehutanan adalah kultur jaringan atau tissue culture. Untuk diketahui, tissue culture adalah teknik budi daya tanaman dengan memperbanyak sel atau jaringan tanaman di dalam wadah khusus.

Teknologi tersebut memungkinkan multiplikasi tanaman berkualitas tinggi melalui perbanyakan bagian tanaman, menghasilkan bibit bebas penyakit, tumbuh cepat, dan berkualitas. 

Baca juga: Capaian Proyek Restorasi Ekosistem Riau Lindungi Lahan Basah di Riau

Berdasarkan potensi tersebut, International Service for the Acquisition of Agri-biotech Applications (ISAAA) menilai bahwa kultur jaringan merupakan teknologi yang penting bagi negara berkembang. 

Bagi sektor kehutanan yang berfokus pada produksi, tissue culture mampu mendukung dalam peningkatan jumlah produksi tanaman baru secara lebih efektif dan efisien dalam hal kuantitas, penggunaan lahan yang lebih efisien, sekaligus menjaga keragaman genetik yang sangat penting bagi keberlanjutan sumber daya alam.

Di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau, terdapat fasilitas laboratorium kultur jaringan yang dikenal sebagai Kerinci Tissue Culture Lab (KTC). Laboratorium seluas 3.200 meter persegi ini merupakan salah satu dari dua fasilitas sejenis yang ada di Indonesia. 

Diinisiasi pada 2019 oleh produsen kertas PaperOne, APRIL Group, laboratorium KTC menyimpan keragaman genetik dua spesies pohon yang tumbuh di hutan tanaman industri (HTI) yang dikelola oleh APRIL, yaitu eucalyptus dan Acacia crassicarpa

Baca juga: Peringati Hari HAM, APRIL Group Tingkatkan Akses Kesehatan dan Pendidikan Anak-anak di Riau

Fasilitas laboratorium kultur jaringan Kerinci Tissue Culture Lab (KTC). Dibangun produsen kertas PaperOne, laboratorium seluas 3.200 meter persegi ini mampu memproduksi sekitar 1.000 bibit per hari atau 50 juta bibit per tahun. Dok. APRIL Group Fasilitas laboratorium kultur jaringan Kerinci Tissue Culture Lab (KTC). Dibangun produsen kertas PaperOne, laboratorium seluas 3.200 meter persegi ini mampu memproduksi sekitar 1.000 bibit per hari atau 50 juta bibit per tahun.

Di dalam laboratorium KTC, bibit-bibit tersebut dikembangkan dalam botol-botol kecil sehingga terlihat seperti “hutan dalam botol”.

Dengan kondisi laboratorium yang dapat dikontrol secara presisi, seperti suhu, kelembapan, dan pencahayaan, tim peneliti dapat memantau kualitas dan pertumbuhan tanaman secara akurat. 

Pada awalnya, laboratorium tersebut mampu produksi sekitar 36 juta bibit eucalyptus dan Acacia crassicarpa per tahun. Namun, berkat upaya optimalisasi dan pengembangan penelitian, laboratorium KTC kini mampu memproduksi sekitar 1.000 bibit per hari atau 50 juta bibit per tahun. 

Capaian tersebut merupakan kemajuan yang signifikan karena KTC mampu memenuhi kebutuhan bibit yang sangat besar untuk HTI APRIL yang setiap tahun membutuhkan lebih dari 200 juta bibit. 

Baca juga: Langkah Strategis Indonesia di COP29, Rehabilitasi dan Restorasi Hutan Terdegradasi

HTI hasil kloning pertama di dunia

Hutan tanaman industri (HTI) Acacia crassicarpa hasil kloning pertama di dunia milik APRIL Group. Dok. APRIL Group Hutan tanaman industri (HTI) Acacia crassicarpa hasil kloning pertama di dunia milik APRIL Group.

APRIL Group telah mencetak sejarah baru dengan memperkenalkan hutan tanaman industri (HTI) Acacia crassicarpa hasil kloning pertama di dunia pada 2023. Teknologi kloning pohon ini memungkinkan APRIL menghasilkan pohon yang lebih cepat tumbuh, tahan terhadap hama, dan adaptif terhadap berbagai kondisi lingkungan.

Adapun KTC menjadi pendorong utama tercapainya tonggak sejarah itu. Selanjutnya, bibit-bibit yang dihasilkan di laboratorium KTC dikembangkan sebagai mother plant atau tanaman induk yang akan dikembangkan di nursery milik APRIL.

HTI hasil kloning ini merupakan hasil penelitian tim riset APRIL selama dua dekade dalam menghasilkan pohon Acacia crassicarpa dengan kualitas yang lebih baik. 

Pada 2023, APRIL telah menanami 250 hektare (ha) HTI dengan hasil kloning dan berkomitmen meningkatkan luas area penanaman hingga 1.800 ha.  

Baca juga: Luncurkan Laporan Keberlanjutan 2023, Berikut Capaian APRIL Dukung SDGs

Peningkatan produktivitas 

Pada 2020, APRIL meluncurkan komitmen satu dekade APRIL2030. Komitmen ini bertujuan untuk memberikan dampak positif terhadap iklim, alam, dan masyarakat, sembari tumbuh menjadi perusahaan yang berkelanjutan.  

Salah satu komitmen utama dalam pilar “Lanskap yang Berkembang” adalah meningkatkan 50 persen produktivitas serat dari HTI pada 2030. 

Per Desember 2023, APRIL berhasil meningkatkan produktivitas atau mean annual increment (MAI) menjadi 22,4 ton per ha per tahun yang merupakan peningkatan sebesar 10 persen dibandingkan dengan garis dasar pada 2019. 

Pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-29 atau COP29 yang diadakan di Baku, Azerbaijan, pada November 2024, Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper–unit operasional APRIL Group–Sihol Aritonang menjelaskan bahwa sektor kehutanan memiliki peran penting dalam mencapai target FOLU Net Sink 2030 pemerintah Indonesia. 

Baca juga: APRIL Group Terjun ke Bisnis Kemasan Berkelanjutan, Salah Satu Investasi Terbesar di Sumatra dalam Satu Dekade

Salah satu strategi APRIL dalam mendukung pencapaian target tersebut adalah meningkatkan produktivitas dengan meminimalkan jejak lingkungan.  

“Komitmen kami adalah untuk mempromosikan upaya konservasi sekaligus meningkatkan produktivitas konsesi hutan tanaman industri kami,” ujar Sihol dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (18/2/2025). 

Dalam menjalankan bisnis dan mengelola hutan secara berkelanjutan, APRIL mengedepankan pendekatan produksi-proteksi. 

Praktik pengelolaan hutan secara berkelanjutan juga dipertegas lewat Sustainable Forest Management Policy (SFMP) 2.0 yang dirilis perusahaan pada 2015, yang berisi komitmen 1-for 1.

Melalui komitmen 1-for-1, APRIL mengonservasi area hutan alam seluas area hutan tanaman industri yang dikelola. Berdasarkan Sustainability Report APRIL 2023, 80 persen dari target tersebut telah tercapai.

 

 

 

 

 

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau