Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Garudafood Luncurkan Program Biokonversi Maggot untuk Pengolahan Sampah Berkelanjutan di Depok

Kompas.com - 22/02/2025, 11:04 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com – PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (Garudafood) menggelar program pengolahan sampah dengan biokonversi maggot bagi masyarakat Depok, Jawa Barat sebagai bentuk komitmen terhadap pengolahan sampah berkelanjutan bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional 21 Februari 2025.

Garudafood meluncurkan program pengolahan sampah organik dengan biokonversi maggot yang mengadopsi pendekatan pengolahan sampah berbasis masyarakat.

Program ini diikuti 30 peserta dari enam kelurahan di Kota Depok dan diresmikan secara langsung Lurah Jatijajar, Mujahidin. Program ini tidak hanya bertujuan mengurangi timbunan sampah rumah tangga organik, tetapi juga mendorong ekonomi sirkular bagi masyarakat setempat.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024 mengungkapkan, sampah rumah tangga merupakan penyumbang sampah terbesar secara nasional, mencapai 54,58 persen dari total produksi sampah.

Komposisi sampah didominasi oleh sampah organik atau sisa makanan, yaitu sebesar 39,94 persen.

Head of Corporate Communication & External Relations Garudafood, Dian Astriana mengatakan, kontribusi dan kerja sama dari berbagai pihak seperti pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat sangat diperlukan.

Garudafood melalui program pengolahan sampah dengan biokonversi maggot, telah berupaya memberikan edukasi mengenai pengolahan sampah rumah tangga kepada masyarakat dan akses ke pihak off-taker, sehingga dapat menjadi sumber alternatif pendapatan masyarakat.

“Kami melihat potensi besar dalam biokonversi maggot sebagai solusi pengelolaan sampah organik sekaligus upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ungkap Dian Astriana.

"Melalui edukasi dan dukungan teknis, kami berharap masyarakat dapat mengelola sampah secara mandiri dan berkelanjutan,” lanjutnya.

“Tahun lalu, melalui program ini kami berhasil mengajak masyarakat Jatijajar Depok untuk mengolah sampah organik rumah tangga sekitar 35-ton dan menghasilkan 3-ton maggot,” imbuh Dian Astriana.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, permasalahan sampah organik dapat diatasi dengan menerapkan prinsip ekonomi sirkular, salah satunya melalui pengolahan sampah menggunakan larva Black Soldier Fly (BSF).

“Larva ini mampu mengurai sampah organik menjadi kompos yang bermanfaat bagi pertanian, serta memiliki nilai ekonomis tinggi karena dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan berkat kandungan proteinnya yang melimpah,” tambahnya kemudian.

Lurah Jatijajar, Mujahidin menyambut baik program budi daya maggot inisiasi dari Garudafood.

"Budi daya maggot BSF ini sangat potensial, modalnya hanya kemauan untuk belajar. Saya harap warga-warga yang lain juga tertarik dan bersemangat untuk mengikuti program ini,” tutur Mujahidin.

“Terlebih, budi daya maggot ini juga sejalan dengan Program Kampung Iklim (Proklim) yang merupakan program pemerintah pusat dalam rangka mengantisipasi dan mengadaptasi perubahan iklim dan penurunan emisi gas rumah kaca,” lanjut Mujahidin.

Lebih dari itu, potensi diversifikasi produk turunan maggot juga sangat beragam dan menjanjikan nilai ekonomi yang tinggi, antara lain dapat diolah pakan ternak, pupuk kasgot untuk perkebunan, lilin aromaterapi (berbahan dasar minyak maggot), dan maggot kering untuk pakan ikan hias.

Penggunaan maggot sebagai alternatif pakan terbukti mampu menghemat biaya pakan hingga 50 persen.

Selain itu, maggot juga diketahui dapat meningkatkan kecerahan warna ikan hias dan mempercepat pertumbuhan ikan lele. Tidak hanya bermanfaat bagi sektor perikanan, maggot yang diolah menjadi pupuk juga mampu memperbaiki kualitas daun tanaman.

Baca juga: Wujudkan Kota Bersih, Pemkot Semarang Bakal Luncurkan Program Pilah Sampah Berbasis RT

Dengan berbagai manfaat yang dimilikinya, maggot memberikan nilai tambah yang signifikan bagi masyarakat yang terlibat dalam program pengembangannya.

Program ini juga diharapkan mampu mendorong praktik ramah lingkungan dengan memanfaatkan sampah organik rumah tangga sebagai bahan baku produksi maggot, sehingga mampu mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Unhans dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

Unhans dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

LSM/Figur
Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Pemerintah
MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

BUMN
Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Swasta
Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

LSM/Figur
Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Pemerintah
Pengesahan UU Masyarakat Adat Jadi Wujud Nyata Amanat Konstitusi

Pengesahan UU Masyarakat Adat Jadi Wujud Nyata Amanat Konstitusi

LSM/Figur
KLH Tempatkan Tim Khusus Tangani Sampah Laut di Bali

KLH Tempatkan Tim Khusus Tangani Sampah Laut di Bali

Pemerintah
75 Tahun Hubungan RI-China Jadi Momentum Perkuat Pembangunan Hijau

75 Tahun Hubungan RI-China Jadi Momentum Perkuat Pembangunan Hijau

LSM/Figur
Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemerintah
KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

Swasta
Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Pemerintah
Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

LSM/Figur
Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

LSM/Figur
Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau