Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/03/2025, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Emisi gas rumah kaca (GRK) Jerman turun sekitar 3,4 persen year-on-year (yoy) pada 2024.

Penurunan emisi GRK di Jerman membuat negara tersebut berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai target iklimnya pada 2030.

Jerman menargetkan dapat memangkas emisi GRK 65 persen pada 2030 dibandingkan dengan 1990. Lebih jauh lagi, negara tersebut menargetkan dapat mencapai netral karbon pada 2045.

Baca juga: Ukur Emisi, Google Beri Data Jejak Karbon pada Pengiklan

Badan Lingkungan Federal Jerman melaporkan, emisi karbon dioksida turun menjadi 649 juta ton pada 2024.

Penurunan tersebut lebih rendah daripada perkiraan lembaga think tank Agora Energiewende yang memprediksi emisi karbon dioksida Jerman adalah 656 juta ton pada 2024.

"Melihat ke depan hingga tahun 2030, saya tetap yakin bahwa kita akan mencapai target iklim nasional kita," kata Menteri Aksi Iklim dan Ekonomi Jerman Robert Habeck, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (14/3/2025).

Pengurangan energi fosil mendorong penurunan emisi Jerman pada 2024, berkat peningkatan tajam dalam perluasan energi terbarukan.

Saat ini, energi terbarukan berkontribusi sekitar 54 persen dari konsumsi listrik negara tersebut.

Baca juga: Tekan Polusi Udara dari Kawasan Industri, Pemerintah Uji Emisi Kendaraan Besar

Di sisi lain, pengurangan emisi di sektor transportasi dan bangunan masihlah rendah, masing-masing sebesar 1,4 persen dan 2,3 persen.

Resep Jerman

Jerman berambisi untuk mencapai netral karbon pada 2045 dan menjabarkan ambisi tersebut ke dalam berbagai upaya.

Dilansir dari situs web Kabinet Jerman atau Bundesregierung, setidaknya ada tiga rencana besar yang diusung negara tersebut untuk mencapai ambisi iklimnya.

Pertama, kebijakan iklim. Kedua, penghentian bertahap batu bara dalam ketenagalistrikan. Ketiga, restrukturisasi mobilitas.

Dalam kebijakan iklim, Pemerintah Jerman menyusun berbagai aturan yang memperketat keluaran emisi. Salah satunya adalah kewajiban trader bahan bakar fosil untuk membayar harga karbon dioksida.

Baca juga: Pemilik Kendaraan Tak Lolos Uji Emisi Bisa Kena Sanksi Pidana

Dalam aturan tersebut, perusahaan yang berdagang minyak untuk pemanas, gas, bensin, atau solar diharuskan membayar harga karbon dioksida di Jerman mulai Januari 2021.

Harga tersebut naik bertahap dari harga awal 25 euro per ton karbon dioksida menjadi 55 euro per ton karbon dioksida pada 2025.

Sementara itu, untuk penghentian bertahap batu bara dalam ketenagalistrikan, Jerman berambisi untuk menggantikannya dengan energi terbarukan.

Pada 2019 saja, 43 persen energi listrik yang diproduksi di Jerman berasal dari sumber terbarukan seperti angin dan surya.

Sementara itu dalam restrukturisasi mobiltas, Pemerintah Jerman mendukung pengenalan mobilitas listrik, mempromosikan teknologi mesin alternatif, dan memperluas transportasi umum lokal serta kereta api.

Baca juga: Pertamina Targetkan Pangkas Emisi hingga 1,6 Juta Metrik Ton CO2 pada 2025

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau