Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/03/2025, 14:41 WIB
Sri Noviyanti,
Hotria Mariana,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

KLATEN, KOMPAS.comAir bersih menjadi kebutuhan utama manusia. Namun, di tengah meningkatnya permintaan, tantangan mendapatkan air minum berkualitas semakin nyata.

Hasil Surveilans Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKMRT) 2023 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa masih banyak rumah tangga di Indonesia yang mengonsumsi air yang tidak memenuhi standar kesehatan.

Kontaminasi ini terjadi akibat berbagai faktor, seperti pencemaran sumber air, sistem pengolahan yang tidak memadai, hingga penyimpanan air yang kurang higienis. Akibatnya, air yang dikonsumsi masyarakat masih berisiko mengandung bakteri seperti E coli atau zat berbahaya lainnya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, teknologi pengelolaan air tanah seperti sumur artesis menjadi salah satu solusi dalam menjaga ketersediaan air yang aman dan berkelanjutan.

Sumur artesis bekerja berdasarkan prinsip tekanan hidrostatik dalam akuifer tertutup. Air yang terjebak di antara dua lapisan batuan impermeabel mendapatkan tekanan alami. Jadi, ketika sumur dibor, air akan mengalir sendiri ke permukaan tanpa perlu pompa.

Menurut Pakar Hidrogeologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Heru Hendrayana, sumur artesis adalah salah satu bentuk pemanfaatan air tanah yang berkelanjutan, asalkan dikelola dengan baik.

Baca juga: Menjaga Kemurnian Sumber Air Jadi Investasi untuk Masa Depan

Manfaatkan sumur artesis demi dapatkan air murni dan terlindungi

Di Indonesia, hal tersebut bisa dilihat pada pabrik AQUA Klaten, Jawa Tengah. Air yang digunakan perusahaan dalam proses produksi berasal dari sumur artesis yang bersifat self-flowing. Artinya, air mengalir sendiri ke permukaan tanpa pompa karena tekanan alami dalam akuifer.

Stakeholder Relation Manager Pabrik AQUA Klaten Rama Zakaria menerangkan, air sumur artesis dialirkan ke pabrik menggunakan sistem gravitasi karena terdapat perbedaan ketinggian sekitar satu meter.

Sistem itu, lanjut Rama, membuat pompa tidak diperlukan. Dengan begitu penggunaan energi menjadi lebih efisien di samping mengontrol pemanfaatan air tanah.

Selain itu, karena air yang diambil berasal dari air tanah dalam yang terjaga ekosistemnya alias murni, air AQUA memiliki kualitas baik.

"Kami memastikan bahwa air yang kami ambil berasal dari sumber alami yang terlindungi. Dengan teknologi self-flowing, air mengalir sendiri tanpa bantuan pompa sehingga ekosistem tetap terjaga dan pemanfaatannya lebih efisien," ujar Rama.

Lebih lanjut, Rama menuturkan, pemanfaatan air tanah oleh AQUA Klaten sesuai dengan sistem izin pengambilan air (SIPA) yang diatur ketat oleh pemerintah.

Izin tersebut hanya diberikan setelah pihaknya melalui serangkaian uji kelayakan, termasuk pumping test, analisis debit air, serta studi lingkungan untuk memastikan bahwa eksploitasi air tanah tidak berdampak negatif terhadap pasokan air di daerah sekitar.

Baca juga: Menjaga Anggrek, Menjaga Air

“Setiap tahun, kami melakukan pemantauan debit air untuk memastikan pengambilan air tetap sesuai regulasi dan tidak merusak keseimbangan air tanah,” terang Rama.

Selain itu, perusahaan juga bekerja sama dengan akademisi untuk meneliti efektivitas berbagai strategi konservasi air guna memastikan pemanfaatan sumber daya tetap berkelanjutan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang


Terkini Lainnya

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

LSM/Figur
Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Pemerintah
Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Pemerintah
China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau