Sebelumnya, Vietman menggunakan sistem subsisi dilang untuk menurunkan biaya tarif listrik industri melalui bea masuk perumahan yang lebih tinggi untuk menarik investasi dan menciptakan lingkungan pro bisnis.
Lebih lanjut, faktor lain yang mendorong kenaikan harga listrik adalah upaya perusahaan pembangkit listrik dan utilitas milik negara untuk memulihkan kerugian yang mereka alami dari tahun 2021 hingga 2023, selama krisis energi global.
Meningkatnya impor gas alam cair (LNG) juga diperkirakan akan mendorong kenaikan harga yang moderat di Asia.
BMI memperkirakan permintaan impor LNG akan tumbuh dari 573,3 miliar meter kubik (m3) pada tahun 2025 menjadi 803,4 miliar m3 pada tahun 2034, dengan pangsa Asia meningkat dari 66,8 persen menjadi 78 persen.
“Kenaikan harga gas menaikkan biaya listrik di seluruh Asia karena pasar negara berkembang semakin beralih dari batu bara ke gas alam untuk pembangkit listrik beban dasar,” catat laporan tersebut.
sumber https://www.businesstimes.com.sg/esg/asias-electricity-prices-be-increasingly-impacted-renewables-bmi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya