Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan "Hidupkan" Serigala Purba "Dire Wolf" yang Punah 10.000 Tahun Lalu

Kompas.com - 09/04/2025, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sejumlah ilmuwan dari perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat (AS) berhasil "menghidupkan" kembali serigala purba dire wolf yang sudah punah melalui rekayasa genetika dari DNA serigala abu-abu.

Dari upaya yang mereka lakukan, ada tiga anak serigala purba dire wolf yang kini hidup karena rekayasa genetika oleh ilmuwan dari perusahaan Colossal Biosciences.

Ketiga anak serigala tersebut masing-masing diberi nama Romulus, Remus, dan Khaleesi.  

Baca juga: Perubahan Iklim dan Deforestasi Sebabkan Sejumlah Jamur Terancam Punah

Romulus dan Remus adalah jantan yang lahir pada 1 Oktober 2024. Sedangkan Khaleesi adalah betina yang lahir pada 30 Januari 2025.

Video dua anak serigala hasil rekayas genetika tersebut bisa dilihat melalui tautan video dari akun X (dulu Twitter) Colossal Biosciences di bawah ini.

Ketiga anak serigala tersebut memiliki bulu putih yang panjang, rahang berotot, dan berat sekitar 36 kilogram.

Diperkirakan, mereka akan memiliki berat mencapai 63 kilogram saat berusia dewasa, sebagaimana dilansir Associated Press, Selasa (8/4/2025).

Serigala purba dire wolf memiliki ukuran yang jauh lebih besar daripada serigala abu-abu, kerabat terdekat mereka yang masih hidup saat ini.

Spesies tersebut hidup di bentang alam Amerika Utara. Diperkirakan, serigala purba dire wolf punah 10.000 tahun lalu.

Baca juga: 411 Spesies Jamur Terancam Punah karena Perubahan Iklim

Rekayasa genetika

Untuk "menghidupkan" serigala purba dire wolf tersebut, para ilmuwan dari Colossal Biosciences terlebih dahulu mempelajari spesies itu.

Mereka mempelajari gigi serigala purba berusia 13.000 tahun yang ditemukan di Ohio, AS, dan fragmen tengkorak berusia 72.000 tahun yang ditemukan di Idaho, AS.

Kepala ilmuwan Colossal Biosciences Beth Shapiro menuturkan, para peneliti kemudian mengambil sel darah dari serigala abu-abu yang masih hidup dan menerapkan teknologi Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats (CRISPR).

CRISPR merupakan sebuah teknologi rekayasa genetika yang memungkinkan ilmuwan untuk memodifikasi DNA.

Dalam proses tersebut, para ilmuwan yang terlibat melakukan rekayasa genetika di 20 titik yang berbeda. 

Setelah itu, mereka memindahkan materi genetik itu ke sel telur anjing domestik. Ketika sudah siap, embrio dipindahkan ke induk pengganti yang juga merupakan anjing domestik.

Dari rahim induk anjing itulah, embrio tersebut berkembang dan lahir 62 hari kemudian.

Menteri Dalam Negeri AS Doug Burgum memuji rekayasa genetika serigala purba dire wolf tersebut sebagai era baru yang mendebarkan dari keajaiban ilmiah.

Baca juga: Terdampak Perubahan Iklim, 40 Persen Amfibi Terancam Punah

Skeptisisme

Di sisi lain, sejumlah ilmuwan menegaskan sangat sulit dan sangat terbatas untuk benar-benar menghidupkan kembali spesies yang telah punah.

Seorang ilmuwan independen, ahli biologi dari University at Buffalo Vincent Lynch, berujar yang bisa dilakukan lmuwan saat ini adalah membuat sesuatu tampak berbeda saja.

"Bukan menghidupkan kembali spesies yang telah punah sepenuhnya," kata Lynch dikutip dari Associated Press.

"Apapun fungsi ekologi yang dilakukan serigala sebelum punah, ia tidak dapat menjalankan fungsi tersebut di bentang alam yang ada saat ini," sambungnya.

Di satu sisi, ahli perawatan hewan Colossal Biosciences Matt James menuturkan, meski secara fisik ketiga dire wolf hasil rekayasa genetika itu menyerupai serigala purba, tetap ada kecenderungan yang hilang.

"Apa yang mungkin tidak akan pernah mereka pelajari adalah gerakan terakhir tentang cara membunuh rusa besar," kata James.

Baca juga: Hutan Lindung Saja Tak Jamin Kelestarian Spesies Terancam Punah

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Ini Tantangan Pariwisata Ramah Lingkungan di Indonesia

Ini Tantangan Pariwisata Ramah Lingkungan di Indonesia

Pemerintah
Plataran Indonesia Tanam 45.000 Pohon dari Tamu yang Datang

Plataran Indonesia Tanam 45.000 Pohon dari Tamu yang Datang

Swasta
4 Perubahan Perilaku yang Paling Efektif untuk Menurunkan Emisi Karbon

4 Perubahan Perilaku yang Paling Efektif untuk Menurunkan Emisi Karbon

LSM/Figur
Penurunan Emisi Sektor Pelayaran Bakal Mentok di 75 Persen pada 2050

Penurunan Emisi Sektor Pelayaran Bakal Mentok di 75 Persen pada 2050

Swasta
Gelar 'Earth Festival 2025', Kemenpar Ajak Ubah Kebiasaan untuk Bumi Lebih Baik

Gelar "Earth Festival 2025", Kemenpar Ajak Ubah Kebiasaan untuk Bumi Lebih Baik

Pemerintah
Transformasi Industri Elektronik, Gandeng UMKM dan Kurangi Emisi Karbon

Transformasi Industri Elektronik, Gandeng UMKM dan Kurangi Emisi Karbon

Swasta
Earth AI, Kini Kecerdasan Buatan Bisa Bantu Eksplorasi Mineral Kritis

Earth AI, Kini Kecerdasan Buatan Bisa Bantu Eksplorasi Mineral Kritis

Swasta
'Matahari Buatan' China Pecahkan Rekor, Suhu Menyala 100 Juta Derajat Celsius

"Matahari Buatan" China Pecahkan Rekor, Suhu Menyala 100 Juta Derajat Celsius

Pemerintah
Melihat Bank Sampah Induk Gesit di Jaksel yang Berdayakan Kaum Ibu

Melihat Bank Sampah Induk Gesit di Jaksel yang Berdayakan Kaum Ibu

LSM/Figur
Dorong Pelaporan, UE Sederhanakan Aturan Keberlanjutan

Dorong Pelaporan, UE Sederhanakan Aturan Keberlanjutan

Pemerintah
ASEAN Tertinggal, Cuma 23 Persen Listrik dari Energi Terbarukan

ASEAN Tertinggal, Cuma 23 Persen Listrik dari Energi Terbarukan

LSM/Figur
Emisi Industri Bahan Bakar Fosil Picu Kenaikan Signifikan Permukaan Laut

Emisi Industri Bahan Bakar Fosil Picu Kenaikan Signifikan Permukaan Laut

Pemerintah
4 Tahun Lagi, Indonesia Berambisi Jadi Negara dengan PLTP Terbesar di Dunia

4 Tahun Lagi, Indonesia Berambisi Jadi Negara dengan PLTP Terbesar di Dunia

Pemerintah
Sektor Pelayaran Terancam Denda 380 Dollar AS per Metrik Ton CO2 jika Lebihi Batas Emisi

Sektor Pelayaran Terancam Denda 380 Dollar AS per Metrik Ton CO2 jika Lebihi Batas Emisi

Pemerintah
Makna Tema Hari Bumi 2025: Energi Kita, Planet Kita

Makna Tema Hari Bumi 2025: Energi Kita, Planet Kita

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau