KOMPAS.com - Penambahan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara global pada 2024 mencapai titik terendahnya dalam 20 tahun terakhir.
Sepanjang 2024, "hanya" ada 44 gigawatt (GW) kapasitas PLTU batu bara terpasang yang online di seluruh dunia.
Temuan tersebut mengemuka berdasarkan analisis terbaru lembaga think tank Global Energy Monitor (GEM dalam laporan berjudul Boom and Bust Coal.
Baca juga: Berkapasitas 1.320 MW, PLTU Tanjung Lalang akan Pasok Listrik di Sumatera
Menurut analisis tersebut, kapasitas PLTU batu bara baru naik kurang dari 1 persen pada tahun 2024 dibandingkan 2023.
Hanya delapan negara yang mengusulkan pembangkit listrik batu bara baru pada tahun 2024, turun dari dua belas negara pada tahun 2023.
Di 38 negara-negara kaya yang tergabung dalam Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), usulan pembangunan PLTU batu bara dari 142 pada tahun 2015 menjadi lima saat ini.
Proposal PLTU batu bara baru juga telah menyusut di Asia Tenggara, karena berbagai kebijakan seperti penghentian bertahap, moratorium perizinan, dan pengembangan perencanaan transisi energi yang adil.
Manajer Proyek Global Coal Plant Tracker GEM Christine Shearer mengatakan, tahun lalu lalu menjadi pertanda akan datangnya masa depan bagi batu bara seiring dengan transisi energi bersih.
Baca juga: Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya
"Namun, masih diperlukan upaya untuk memastikan tenaga batubara dihapuskan sesuai dengan perjanjian iklim Paris, khususnya di negara-negara terkaya di dunia," kata Shearer dikutip dari siaran pers, Rabu (2/4/2025).
Di sisi lain, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang mengusulkan pembangunan PLTU batu bara baru di Asia Tenggara pada 2024, yang mana semuanya adalah captive.
PLTU batu bara captive adalah pembangkit yang dioperasikan dan dimiliki oleh perusahaan tertentu untuk menyuplai kebutuhan listriknya sendiri.
GEM menyebutkan, PLTU captive menjadi jalan penambahan kapasitas PLTU batu bara baru yang signifikan di Indonesia.
Baca juga: Cirebon Power Siap Ikuti Tahapan Pensiun Dini PLTU Unit 1
Data tahun 2024 menunjukkan PLTU batu bara captive menyumbang lebih dari 80 persen dari penambahan kapasitas baru sebesar 1,9 GW di Indonesia.
Tambahan kapasitas PLTU batu bara sebesar 1,1 GW mulai dibangun pada tahun 2024, yang semuanya direncanakan untuk penggunaan captive.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, kapasitas terpasang PLTU batu bara captive di Indonesia meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir dan terus bertambah.
Menurut analisis Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) dan GEM, kapasitas PLTU captive di Indonesia pada 2026 bisa menyalip kapasitas terpasang PLTU di Australia.
Selama setahun saja, antara Juli 2023 hingga Juli 2024, kapasitas terpasang PLTU captive di Indonesia telah bertambah 4,5 gigawatt (GW).
Baca juga: Tutup PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu: Cuan Rp 115 T, Beban Ekonomi Berkurang
Menurut analisis CREA dan GEM, penambahan PLTU captive akan terus berlanjut. Estimasinya, akan ada tambahan 11,04 GW hingga 2026.
Estimasi tersebut didasarkan pada PLTU captive dari semua tahapan mulai dari konstruksi, pra-izin, dan pengumuman.
Sampai saat ini, sudah ada sekitar 15,2 GW PLTU captive yang telah terpasang. Jika estimasi tersebut ditambahkan, kapasitas terpasang PLTU captive di Indonesia bisa mencapai 26,24 GW pada 2026.
Jumlah tersebut lebih besar dari total kapasitas terpasang PLTU batu bara di seluruh Australia per 2023.
Sebagian besar penambahan PLTU batu bara captive di Indonesia dimanfaatkan untuk menyuplai kebutuhan energi industri padat energi, seperti nikel.
Baca juga: PLN Indonesia Power Berhasil Uji Coba Campuran Amonia Hijau di PLTU Labuan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya