Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 12 April 2025, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Machine Learning menemukan, pelatihan model OpenAI ChatGPT menghabiskan 1.287 megawatt jam (MWh) listrik.

Konsumsi listrik tersebut menghasilkan karbon dioksida setara 80 penerbangan jarak pendek di Eropa.

Computing and Climate Impact Fellow dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Noman Bashir menyampaikan, AI membutuhkan kepadatan energi yang lebih besar dibandingkan proses komputasi biasanya,

"Pada dasarnya, ini hanyalah komputasi. Tetapi klaster pelatihan AI generatif mungkin mengonsumsi energi tujuh atau delapan kali lebih banyak daripada beban kerja komputasi biasa," kata Bashir, dikutip dari Euronews.

Kecanggihan AI juga perlu menjadi perhatian. Penggunaan AI untuk video, gambar, dan audio kemungkinan akan lebih haus energi.

Baca juga: Peneliti UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini TBC Berbasis AI

Berlebihan

Di sisi lain, menurut IEA, kekhawatiran bahwa AI akan memperparah krisis iklim karena borosnya konsumsi listriknya adalah berlebihan.

Meski AI dan emisi yang dihasilkannya meningkat, pusat datanya masih akan menjadi kontributor kecil terhadap emisi dunia yang diperkirakan 1,5 persen.

Lebih lanjut, adopsi AI yang meluas dapat membuat sejumlah aktivitas lebih efisien, mengurangi emisi di sektor lain.

IEA memperkirakan, penerapan AI yang lebih luas dapat menghasilkan pengurangan emisi hingga 5 persen pada 2035. Diklaim bahwa ini akan mengimbangi peningkatan emisi yang dihasilkan oleh permintaan pusat data.

Laporan terpisah dari Energy Intelligence memperkirakan, permintaan energi akan berlipat ganda. Di sini, AI berperan sebagai pendorong utama transisi energi bersih.

Baca juga: Bisnis Jajaki AI untuk Keberlanjutan, tetapi Khawatir Biaya Energi

Peran AI dalam transisi energi adalah penggunaannya adalah manajemen jaringan yang lebih cerdas, pengurangan biaya teknologi rendah karbon, dan peningkatan integrasi energi terbarukan.

Meskipun laporan IEA memandang positif masa depan AI dan dampaknya terhadap iklim, laporan tersebut mewanti-wanti hasil implementasinya di tahun-tahun mendatang.

"Penting untuk dicatat bahwa saat ini tidak ada momentum yang dapat memastikan adopsi aplikasi AI ini secara luas," kata laporan tersebut.

Mempertimbangkan gagasan AI yang dapat "menebus" emisi dari pusat datanya juga perlu dipertimbangkan dalam konteksnya. 

Karbon dioksida tetap berada di atmosfer selama ratusan tahun. Apabila AI akhirnya menemukan cara untuk mengurangi emisi lebih banyak daripada yang dihasilkannya, teknologi ini tidak akan bisa menghilangkan dampaknya atas prosesnya.

"Penerapan aplikasi AI yang ada secara luas dapat menghasilkan pengurangan emisi yang jauh lebih besar daripada emisi dari pusat data, tetapi juga jauh lebih kecil daripada yang dibutuhkan untuk mengatasi perubahan iklim," bunyi laporan IEA menyimpulkan.

Baca juga: Mengapa Perusahaan AI Seolah Berubah Menjadi Perusahaan Energi?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Pemerintah
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
LSM/Figur
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
LSM/Figur
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
Pemerintah
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
LSM/Figur
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
LSM/Figur
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
LSM/Figur
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Pemerintah
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Pemerintah
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Pemerintah
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Pemerintah
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Pemerintah
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
LSM/Figur
Waspada Hujan Lebat hingga 22 Desember, BMKG Pantau 3 Siklon Tropis
Waspada Hujan Lebat hingga 22 Desember, BMKG Pantau 3 Siklon Tropis
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau