Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ASA KEBERLANJUTAN

Smelter MMP 100 Persen PMDN, Dorong Hilirisasi Industri Nikel Berbasis ESG

Kompas.com, 11 Juni 2025, 13:31 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak dicanangkan sebagai strategi nasional, hilirisasi nikel telah mengubah peta industri logam strategis di Indonesia.

Secara tidak langsung, hal itu mendorong tumbuhnya puluhan smelter, peningkatan produksi, dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.

Meski demikian, mayoritas fasilitas peleburan masih didominasi oleh penanaman modal asing (PMA).

Hal itu terjadi karena kebutuhan investasi yang besar dan teknologi yang kompleks sehingga menarik banyak pelaku global untuk masuk lebih dulu.

Kendati demikian, sejumlah perusahaan dalam negeri tetap mengambil peran penting dalam industri ini. Salah satunya adalah PT Mitra Murni Perkasa (MMP) yang berada di bawah naungan MMS Group Indonesia (MMSGI).

Saat ditemui pada ajang Indonesia Critical Minerals (ICM) Conference and Expo 2025 yang diadakan di Hotel Pullman Jakarta, Selasa (3/6/2025), Direktur Keuangan PT Mitra Murni Perkasa (MMP) Dadik Achmad Zuhraidi mengatakan bahwa MMP adalah salah satu smelter pertama di Indonesia dengan 100 persen penanaman modal dalam negeri (PMDN).

MMP hadir untuk mendukung hilirisasi nikel nasional melalui produksi high-grade nickel matte untuk bahan baku baterai melalui smelter yang berlokasi di Balikpapan, Kalimantan Timur.

“Kami 100 persen PMDN. Semua pemiliknya dari Indonesia. Kami ingin membuktikan bahwa proyek strategis bisa dibangun dengan kekuatan lokal,” ujar Dadik saat wawancara usai menjadi pembicara pada sesi CXO Panel bertema “Corporate Visionaries Chart Courses for Critical Mineral Evolution in Indonesia” di ajang ICM 2025.

Keputusan sebagai 100 persen PMDN, tambah Dadik, memberikan keleluasaan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan strategis.

Baca juga: Jadikan ESG sebagai Standar, MMSGI Bangun Masa Depan Tambang Berkelanjutan

Hal tersebut juga membuktikan bahwa industri hilirisasi bisa digerakkan oleh entitas nasional secara mandiri.

Lebih dari sekadar soal struktur kepemilikan, pendekatan yang dipilih MMP juga menunjukkan bahwa Indonesia mampu menghadirkan proyek dengan standar teknologi, lingkungan, dan operasional yang dapat bersaing.

Dalam operasionalnya, smelter milik MMP menggunakan teknologi canggih Reduction Kiln Electric Furnace (RKEF) berkapasitas 2x48 MVA.

Ada pula converter untuk memproduksi 26.000 MT high-grade nickel matte setiap tahunnya. Produk ini merupakan produk utama yang menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.

Teknologi itu dirancang untuk dapat memproduksi nikel jenis lain, seperti feronikel dan nickel matte agar dapat menyesuaikan dengan permintaan industri.

Selain keunggulan dari sisi teknologi dan fleksibilitas produksi, salah satu nilai tambah lain yang ditawarkan MMP adalah keterlibatan besar sumber daya manusia (SDM) lokal.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IATA Prediksi Produksi SAF 2025 1,9 Juta Ton, Masih Jauh dari Target
IATA Prediksi Produksi SAF 2025 1,9 Juta Ton, Masih Jauh dari Target
Pemerintah
Dorong Keselamatan Kerja, Intiwi Pamerkan Teknologi Las Berbasis VR Manufacturing Indonesia 2025
Dorong Keselamatan Kerja, Intiwi Pamerkan Teknologi Las Berbasis VR Manufacturing Indonesia 2025
Swasta
Gelondong Bernomor Di Banjir Sumatera
Gelondong Bernomor Di Banjir Sumatera
Pemerintah
Permata Bank dan PT Mitra Natura Raya Dorong Konservasi Alam lewat Tour de Kebun Raya
Permata Bank dan PT Mitra Natura Raya Dorong Konservasi Alam lewat Tour de Kebun Raya
Swasta
Hujan Lebat Desember–Januari, PVMBG Ingatkan Siaga Longsor dan Banjir Saat Nataru
Hujan Lebat Desember–Januari, PVMBG Ingatkan Siaga Longsor dan Banjir Saat Nataru
Pemerintah
89 Persen Masyarakat Indonesia Dukung EBT untuk Listrik Menurut Studi Terbaru
89 Persen Masyarakat Indonesia Dukung EBT untuk Listrik Menurut Studi Terbaru
Pemerintah
Teluk Saleh NTB jadi Habitat Hiu Paus Melahirkan dan Melakukan Pengasuhan
Teluk Saleh NTB jadi Habitat Hiu Paus Melahirkan dan Melakukan Pengasuhan
LSM/Figur
3 Siklon Bergerak Lintasi Indonesia, Bakal Picu Cuaca Ekstrem
3 Siklon Bergerak Lintasi Indonesia, Bakal Picu Cuaca Ekstrem
Pemerintah
Hadapi Puncak Musim Hujan, BMKG Siapkan Operasi Modifikasi Cuaca
Hadapi Puncak Musim Hujan, BMKG Siapkan Operasi Modifikasi Cuaca
Pemerintah
Riset CELIOS Sebut Kasus Keracunan MBG Bisa Capai 22.000 pada 2026 Jika Tak Diperbaiki
Riset CELIOS Sebut Kasus Keracunan MBG Bisa Capai 22.000 pada 2026 Jika Tak Diperbaiki
LSM/Figur
Penumpang Pesawat Berisiko Terpapar Partikel Ultrahalus Berbahaya
Penumpang Pesawat Berisiko Terpapar Partikel Ultrahalus Berbahaya
LSM/Figur
Ratusan Gelondongan Kayu Ilegal Diangkut dari Hutan Tapanuli Selatan
Ratusan Gelondongan Kayu Ilegal Diangkut dari Hutan Tapanuli Selatan
Pemerintah
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau