KOMPAS.com - Survei yang dilakukan oleh Bloomberg Intelligence mencatat bahwa investor masih sangat yakin dengan masa depan investasi ESG.
Buktinya, sekitar 85 persen dari responden survei percaya bahwa aset yang dikelola (AUM) untuk investasi ESG akan tumbuh dalam dua tahun ke depan, meskipun belakangan ini ada beberapa penolakan terhadap prinsip-prinsip ESG.
Melansir Know ESG, Selasa (26/8/2025), dua per tiga investor juga mengharapkan pertumbuhan pada aset yang dikelola (AUM) yang berfokus pada iklim.
Selain itu, hampir separuh dari mereka berencana mengalokasikan lebih dari 15 persen portofolio mereka untuk produk-produk terkait ESG dan iklim.
Investasi ESG sendiri adalah pendekatan investasi yang mempertimbangkan faktor Lingkungan (Environmental), Sosial (Social), dan Tata Kelola Perusahaan (Governance) di samping faktor-faktor keuangan tradisional.
Baca juga: Transparansi ESG Jadi Sorotan Baru Dunia Usaha, Bagaimana di Tanah Air?
Lebih lanjut, para investor melihat adanya manfaat jangka panjang yang jelas dari investasi ESG.
Mereka mengatakan bahwa investasi ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang industri dan perusahaan, membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih terinformasi, dan menghasilkan pengembalian yang disesuaikan dengan risiko (risk-adjusted returns) yang lebih baik.
Manfaat-manfaat ini membuat strategi ESG menarik tidak hanya untuk tujuan keberlanjutan, tetapi juga untuk meningkatkan kinerja investasi seiring waktu.
Pertimbangan iklim adalah prioritas utama bagi para investor. Sekitar 90 persen dari mereka melacak jejak karbon pada portofolio mereka, yang menunjukkan perhatian besar terhadap emisi.
Namun, banyak investor juga menunjukkan adanya celah dalam data iklim, terutama di area seperti emisi Scope 3 (emisi tidak langsung dari rantai pasok), risiko iklim fisik, dan analisis skenario.
Meskipun menghadapi tantangan tersebut, mayoritas investor tetap menggunakan data dan skor ESG untuk menilai bagaimana perusahaan mengelola strategi iklim mereka.
Terlebih lagi, 71 persen investor mengatakan bahwa strategi transisi energi yang kuat dapat meningkatkan daya saing suatu perusahaan, sementara 59 persen mengaitkannya dengan potensi pendapatan yang lebih tinggi.
Survei tersebut juga mengeksplorasi tema-tema baru dalam investasi ESG.
Baca juga: ESG Bukan Lagi Kewajiban tetapi Mesin Inovasi dan Pertumbuhan
Respons yang paling umum adalah Kecerdasan Buatan (AI), yang diharapkan oleh lebih dari 45 persen investor akan menjadi tema ESG besar berikutnya.
Sementara keamanan siber menyusul di urutan kedua dengan 39 persen, sementara air disebutkan oleh 25 persen responden.
Faktanya, para investor menempatkan risiko dan peluang AI sebagai fokus ESG utama untuk tahun 2025, yang menunjukkan bagaimana teknologi semakin erat kaitannya dengan diskusi seputar keberlanjutan.
Untuk mendapatkan data survei ini, Bloomberg Intelligence bekerja sama dengan Attest dan melakukan survei terhadap 252 pakar investasi antara Maret dan Mei 2025.
Semua peserta, yang berasal dari berbagai kawasan seperti Amerika Utara, Eropa, APAC, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan, memiliki pengalaman setidaknya delapan tahun dan terlibat langsung dalam manajemen atau analisis investasi.
Baca juga: Earth AI, Kini Kecerdasan Buatan Bisa Bantu Eksplorasi Mineral Kritis
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya