Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 9 Oktober 2025, 19:21 WIB
HTRMN,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

Terkait produk olahan nanas, Gilda menyebut dodol nanas menjadi produk paling diminati, meski pembuatannya memakan waktu seharian.

"Pernah kami memasak dodol dari pagi hingga tengah malam untuk mendapatkan tekstur yang pas," kenang Gilda sambil tertawa.

Baca juga: Kata Vale Indonesia soal Dirty Nickel

Selain produk kuliner, Vale juga melatih pemanfaatan serat daun nanas untuk membuat tas dan kain tenun. Bahkan kertas dari serat nanas pun telah berhasil dibuat sebagai prototipe.

Bagi ibu-ibu anggota kelompok, program pengolahan produk turunan nanas membawa dampak positif ganda. Mereka yang sebelumnya hanya ibu rumah tangga kini memiliki kegiatan produktif dan tambahan penghasilan.

"Kami mendapat ilmu baru dan bisa berkumpul secara positif. Harapan kami, produk ini bisa punya merek sendiri dan pasar yang jelas," ujar Gilda.

Buka peluang potensi wisata lain

Desa Tabarano memiliki struktur alam yang berbukit dan menantang. Kondisi ini, dinilai Yohanis, bisa membuka lebar pintu potensi wisata lain. Ia menyebut glamping dan wisata petualangan, seperti atraksi off-road. Ini mengingat, di sekitar Tabarano, terdapat masyarakat yang mencintai otomotif.

Baca juga: Vale Indonesia Klaim Telah Rehabilitasi 2,5 Kali Lahan Tambangnya

Selain itu, lanjut Yohanis, Desa Tabarano juga bisa dikembangkan menjadi destinasi edu-ecotourism yang holistik. Pasalnya, selain nanas, kebun juga digabungkan dengan tanaman lain seperti jagung, pisang, dan sukun untuk penahan air dan pendukung keanekaragaman hayati.

Apalagi, saat ini, desa sedang menyiapkan fasilitas pendukung bersama PT Vale Indonesia, seperti rumah kompos, rumah maggot, dan nursery. Fasilitas ini akan dijadikan sarana edukasi bagi pengunjung dan anak sekolah yang ingin belajar tentang pertanian berkelanjutan dan praktik sirkular.

Sainab menjelaskan, fasilitas itu dibangun juga untuk mendukung kemandirian kelompok tani. Rumah maggot berfungsi mengolah limbah organik menjadi pakan ternak, sementara nursery menyediakan bibit nanas bagi masyarakat yang ingin menanam di pekarangan rumah.

“Kami hanya katalis. Tujuannya adalah kemandirian masyarakat. Ketika Vale exit, masyarakat sudah siap berjalan sendiri,” tegas Sainab.

Baca juga: Menitip Asa Masa Depan Tambang Berkelanjutan Vale Indonesia di Danau Matano

Dari lahan kritis yang rawan terbakar, Desa Tabarano kini bangkit dengan kebun nanas yang hijau dan produktif. Program ini membuktikan bahwa kolaborasi antara pemerintah desa, perusahaan, dan masyarakat mampu menghadirkan perubahan nyata.

Transformasi tersebut juga mengantarkan Desa Tabarano resmi menjadi “Desa Mandiri” dari “Desa Tertinggal”.

Wasuponda kembali menjadi tempat di mana nanas tumbuh subur, bahkan di atas batu.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Ketika Indonesia Sibuk Menyelamatkan Bisnis, Bukan Bumi
Ketika Indonesia Sibuk Menyelamatkan Bisnis, Bukan Bumi
Pemerintah
Iran Alami Kekeringan Parah, 14 Juta Warga Teheran Berisiko Direlokasi
Iran Alami Kekeringan Parah, 14 Juta Warga Teheran Berisiko Direlokasi
Pemerintah
Studi Sebut Mobil Murah Jauh Lebih Berpolusi
Studi Sebut Mobil Murah Jauh Lebih Berpolusi
LSM/Figur
Uni Eropa Tunda Setahun Penerapan Regulasi Deforestasi EUDR
Uni Eropa Tunda Setahun Penerapan Regulasi Deforestasi EUDR
Pemerintah
Dekan FEM IPB Beri Masukan untuk Pembangunan Afrika dengan Manfaatkan Kerja Sama Syariah
Dekan FEM IPB Beri Masukan untuk Pembangunan Afrika dengan Manfaatkan Kerja Sama Syariah
LSM/Figur
Studi: Negara-negara Kaya Kompak Pangkas Bantuan untuk Negara Miskin
Studi: Negara-negara Kaya Kompak Pangkas Bantuan untuk Negara Miskin
Pemerintah
Baru 2 Bandara Pakai BTT Listrik, Kemenhub Siapkan Revisi Standar Nasional
Baru 2 Bandara Pakai BTT Listrik, Kemenhub Siapkan Revisi Standar Nasional
Pemerintah
BRIN: Peralihan ke BTT Listrik Pangkas Emisi Bandara hingga 31 Persen
BRIN: Peralihan ke BTT Listrik Pangkas Emisi Bandara hingga 31 Persen
LSM/Figur
Etika Keadilan Masyarakat dan Iklim
Etika Keadilan Masyarakat dan Iklim
Pemerintah
Akhiri Krisis Air, Vinilon Group dan Solar Chapter Alirkan Air Bersih ke Desa Fafinesu NTT
Akhiri Krisis Air, Vinilon Group dan Solar Chapter Alirkan Air Bersih ke Desa Fafinesu NTT
Swasta
Kisah Kampung Berseri Astra Cidadap, Ubah Tambang Ilegal Jadi Ekowisata
Kisah Kampung Berseri Astra Cidadap, Ubah Tambang Ilegal Jadi Ekowisata
Swasta
IEA: Dunia Menjadi Lebih Hemat Energi, tetapi Belum Cukup Cepat
IEA: Dunia Menjadi Lebih Hemat Energi, tetapi Belum Cukup Cepat
Pemerintah
Intensifikasi Lahan Tanpa Memperluas Area Tanam Kunci Keberlanjutan Perkebunan Sawit
Intensifikasi Lahan Tanpa Memperluas Area Tanam Kunci Keberlanjutan Perkebunan Sawit
Swasta
Industri Penerbangan Asia Pasifik Siap Penuhi Target 5 Persen Avtur Berkelanjutan
Industri Penerbangan Asia Pasifik Siap Penuhi Target 5 Persen Avtur Berkelanjutan
Pemerintah
Indonesia Ingin Bangun PLTN, tapi Geopolitik Jadi Pertimbangan Utama
Indonesia Ingin Bangun PLTN, tapi Geopolitik Jadi Pertimbangan Utama
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau