Terkait produk olahan nanas, Gilda menyebut dodol nanas menjadi produk paling diminati, meski pembuatannya memakan waktu seharian.
"Pernah kami memasak dodol dari pagi hingga tengah malam untuk mendapatkan tekstur yang pas," kenang Gilda sambil tertawa.
Baca juga: Kata Vale Indonesia soal Dirty Nickel
Selain produk kuliner, Vale juga melatih pemanfaatan serat daun nanas untuk membuat tas dan kain tenun. Bahkan kertas dari serat nanas pun telah berhasil dibuat sebagai prototipe.
Bagi ibu-ibu anggota kelompok, program pengolahan produk turunan nanas membawa dampak positif ganda. Mereka yang sebelumnya hanya ibu rumah tangga kini memiliki kegiatan produktif dan tambahan penghasilan.
"Kami mendapat ilmu baru dan bisa berkumpul secara positif. Harapan kami, produk ini bisa punya merek sendiri dan pasar yang jelas," ujar Gilda.
Desa Tabarano memiliki struktur alam yang berbukit dan menantang. Kondisi ini, dinilai Yohanis, bisa membuka lebar pintu potensi wisata lain. Ia menyebut glamping dan wisata petualangan, seperti atraksi off-road. Ini mengingat, di sekitar Tabarano, terdapat masyarakat yang mencintai otomotif.
Baca juga: Vale Indonesia Klaim Telah Rehabilitasi 2,5 Kali Lahan Tambangnya
Selain itu, lanjut Yohanis, Desa Tabarano juga bisa dikembangkan menjadi destinasi edu-ecotourism yang holistik. Pasalnya, selain nanas, kebun juga digabungkan dengan tanaman lain seperti jagung, pisang, dan sukun untuk penahan air dan pendukung keanekaragaman hayati.
Apalagi, saat ini, desa sedang menyiapkan fasilitas pendukung bersama PT Vale Indonesia, seperti rumah kompos, rumah maggot, dan nursery. Fasilitas ini akan dijadikan sarana edukasi bagi pengunjung dan anak sekolah yang ingin belajar tentang pertanian berkelanjutan dan praktik sirkular.
Sainab menjelaskan, fasilitas itu dibangun juga untuk mendukung kemandirian kelompok tani. Rumah maggot berfungsi mengolah limbah organik menjadi pakan ternak, sementara nursery menyediakan bibit nanas bagi masyarakat yang ingin menanam di pekarangan rumah.
“Kami hanya katalis. Tujuannya adalah kemandirian masyarakat. Ketika Vale exit, masyarakat sudah siap berjalan sendiri,” tegas Sainab.
Baca juga: Menitip Asa Masa Depan Tambang Berkelanjutan Vale Indonesia di Danau Matano
Dari lahan kritis yang rawan terbakar, Desa Tabarano kini bangkit dengan kebun nanas yang hijau dan produktif. Program ini membuktikan bahwa kolaborasi antara pemerintah desa, perusahaan, dan masyarakat mampu menghadirkan perubahan nyata.
Transformasi tersebut juga mengantarkan Desa Tabarano resmi menjadi “Desa Mandiri” dari “Desa Tertinggal”.
Wasuponda kembali menjadi tempat di mana nanas tumbuh subur, bahkan di atas batu.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya