Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB Peringatkan 900 Juta Penduduk Miskin Terancam Krisis Iklim

Kompas.com, 20 Oktober 2025, 17:07 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Euronews

KOMPAS.com - Laporan terbaru PBB mengungkapkan hampir 900 juta jiwa di seluruh dunia secara bersamaan menghadapi dampak krisis iklim yang makin parah.

Dampak tersebut mencakup gelombang panas dan banjir ekstrem, kekeringan, serta polusi udara yang beracun.

Laporan ’Indeks Kemiskinan Multidimensi Global 2025', yang disusun oleh UNDP dan OPHI sebelum Konferensi Tingkat Tinggi Iklim PBB (COP30) di Brasil bulan depan, memberikan gambaran yang jelas mengenai semakin eratnya hubungan antara kemiskinan dan perubahan iklim.

Laporan tersebut menemukan bahwa kemiskinan bukan sekedar masalah ekonomi, tetapi masalah yang terkait erat dengan tekanan dan ketidakstabilan lingkungan global.

Melansir Euro News, Jumat (17/10/2025) secara detail laporan ini mengungkapkan bahwa dari total 887 juta jiwa yang hidup dalam kemiskinan multidimensi parah dan berhadapan dengan minimal satu bencana iklim, sebanyak 651 juta di antaranya menghadapi dua atau lebih ancaman sekaligus.

Baca juga: Perubahan Iklim Picu Musim Kebakaran Hutan Makin Parah

Sementara itu, laporan menyebutkan bahwa sekitar 309 juta penduduk menghuni daerah yang terkena tiga hingga empat jenis ancaman iklim secara bersamaan.

Kondisi ini disebut sebagai 'beban ganda atau empat kali lipat' yang memperparah kerentanan masyarakat setempat.

Ancaman iklim yang paling banyak dihadapi adalah gelombang panas ekstrem yang berdampak pada 608 juta orang miskin dan polusi udara yang memberi dampak pada 577 juta orang.

Selain itu, banjir menjadi ancaman bagi 465 juta penduduk, dan sekitar 207 juta orang hidup di wilayah yang terkena kekeringan.

"Memahami wilayah mana di Bumi yang paling tertekan dan di mana masyarakat menanggung beban tambahan akibat tantangan iklim sangatlah krusial untuk merumuskan strategi pembangunan yang komprehensif dan menjadikan faktor kemanusiaan sebagai inti dari setiap aksi iklim," papar Sabina Alkire, direktur OPHI dan salah satu penulis laporan.

Laporan tersebut juga menetapkan Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara sebagai kawasan paling berisiko di dunia karena adanya kombinasi kemiskinan dan ancaman iklim.

Khusus di Asia Selatan, paparan terhadap ancaman iklim hampir merata. Sebanyak 99,1 persen dari penduduk miskin di kawasan itu atau sekitar 380 juta jiwa tinggal di area yang terkena minimal satu bencana iklim.

Baca juga: Negara Pulau Kecil Perlu 12 Miliar Dolar AS per Tahun untuk Hadapi Perubahan Iklim

Di Afrika Sub-Sahara, sebanyak 344 juta jiwa menghadapi gabungan ancaman iklim yang kompleks serupa dengan Asia Selatan.

"Negara berpenghasilan menengah ke bawah adalah pihak yang paling terpukul. Sebanyak 548 juta penduduk miskin di negara-negara ini terpapar minimal satu ancaman iklim, dan hampir 470 juta di antaranya menghadapi dua ancaman atau lebih," kata Alkire lagi.

Laporan tersebut mengingatkan bahwa semua dampak negatif ini akan bertambah parah seiring dengan kenaikan suhu global.

Oleh karena itu, menjelang KTT iklim bulan depan, UNDP mendesak para pengambil kebijakan agar segera memerhatikan gabungan ancaman kemiskinan dan bahaya iklim sebelum situasinya semakin tidak terkendali.

"Penelitian baru kami menunjukkan bahwa untuk mengatasi kemiskinan global dan menciptakan dunia yang lebih stabil bagi semua orang, kita harus menghadapi risiko iklim yang mengancam hampir 900 juta orang miskin," tambah Haoliang Xu, pelaksana tugas (Plt) administrator UNDP.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
LSM/Figur
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau