Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Perempuan Petani di Kalbar Andalkan Gotong Royong untuk RIngankan Pekerjaan Keluarga...

Kompas.com - 24/10/2025, 14:00 WIB
Manda Firmansyah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KETAPANG, KALBAR, KOMPAS.com - Perempuan yang berprofesi petani di Desa Kenanga, Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, dituntut menggarap ladang sekaligus mengurus pekerjaan rumah tangga.

Namun, beban ganda tersebut setidaknya berkurang karena mereka melestarikan sistem gotong royong dalam berladang yang merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang.

Bahkan, sistem gotong royong itu bisa melibatkan puluhan perempuan petani untuk menggarap ladang masing-masing secara bergiliran.

Baca juga: Pemberdayaan Difabel Rungu: Rumah Batik Pekalongan Jadi Wadah Inklusif

"Sistem gotong royong-nya itu ya sangat meringankan bagi kami di sini. Jadi bergilir, tadi kan ke ladang Ibu Naiman. Besok atau lusa, jadwalnya giliran ke ladang saya. Kalau ada gotong royong ke dia, dia balas lagi ke saya ketika saya ada kerjaan di ladang," ujar Disri Prigitta seorang warga Desa Kenanga, Kecamatan Simpang Hulu, Kamis (23/10/2025).

Menurut Disri, perempuan petani di wilayah ini lebih aktif dalam berladang daripada laki-laki. Mulai dari merumput, merawat ladang, sampai panen.

Sedangkan para suami biasanya menebang pohon untuk membuka lahan, menghalau hewan pengganggu atau membasmi hama perusak ladang, serta berfokus mencari uang melalui pekerjaan lain.

"Kalau dilihat dari pekerjaannya, memang lebih berat perempuan. Biasanya kalau merumput, laki-laki dari dulu lebih tidak suka, karena sakit pinggang," tutur Disri.

Sejumlah perempuan petani di Desa Kenanga, kata dia, mengeluhkan pembagian peran tradisional berdasarkan gender tersebut, mengingat keuangan rumah tangga mereka ternyata masih dibantu istri.

Menurut Disri, saat ini beberapa suami di Desa Kenanga sudah mau mengurus pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian, sampai membersihkan lantai.

Ia mengaku bersyukur suaminya termasuk laki-laki yang mau membantunya dan memberinya kesempatan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan pemberdayaan perempuan.

Disri merupakan fasilitator pemberdayaan perempuan untuk Desa Kenanga usai mengikuti serangkaian pelatihan dari Tropenbos Indonesia di Pontianak.

Baca juga: Masjid Bisa Jadi Pusat Pemberdayaan EKonomi atasi Tantangan Bonus Demografi

Di tingkat kabupaten, Disri tergabung dalam Aliansi Perempuan Penggerak Perubahan di Kabupaten Ketapang yang baru dibentuk pada Juli 2025.

"Banyak suami di sini melarang istrinya ikut (pelatihan) FPAR, takut melawan. Kalau dulu laki-laki di rumah itu duduk saja, enggak ngapa-ngapain. Sekarang sebagian juga laki-laki sudah ada yang ketika istrinya sibuk, dia bisa masak sendiri, kadang pun kalau ke ladang, dia sendiri pergi," ucapnya.

Krisis iklim

Meski hanya 12 kilometer dari jalan utama Kabupaten Ketapang, perjalanan menuju Desa Kenanga sangat sulit, terutama usai hujan mengguyur.

Sebagai daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), dampak krisis iklim di Desa Kenanga tampak nyata. Cuaca ekstrem yang tidak bisa diprediksi dengan musim kemarau berkepanjangan atau curah hujan tinggi, berdampak pada hasil panen.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Marine Safari Bali, Gerbang Edukasi dan Konservasi Laut Nusantara
Marine Safari Bali, Gerbang Edukasi dan Konservasi Laut Nusantara
Swasta
Dari Data Kesehatan Memprihatinkan ke Budaya Hidup Sehat, Begini Transformasi PLN UID Banten lewat Program GELORA
Dari Data Kesehatan Memprihatinkan ke Budaya Hidup Sehat, Begini Transformasi PLN UID Banten lewat Program GELORA
Pemerintah
Bali Luncurkan Unit Layanan Disabilitas untuk Penanggulangan Bencana
Bali Luncurkan Unit Layanan Disabilitas untuk Penanggulangan Bencana
Pemerintah
DLH Jakarta Akui Sulit Setop 'Open Dumping' di TPS Bantargebang
DLH Jakarta Akui Sulit Setop "Open Dumping" di TPS Bantargebang
Pemerintah
DKI Gadang Sunter Jadi Lokasi Waste to Energy, Kelola 2.200 Ton Sampah
DKI Gadang Sunter Jadi Lokasi Waste to Energy, Kelola 2.200 Ton Sampah
Pemerintah
RDF Rorotan Beroperasi November, Diklaim Bisa Redam Sebaran Mikroplastik
RDF Rorotan Beroperasi November, Diklaim Bisa Redam Sebaran Mikroplastik
Pemerintah
United Tractors Dorong Inovasi Berkelanjutan Lewat SOBAT Competition 2025
United Tractors Dorong Inovasi Berkelanjutan Lewat SOBAT Competition 2025
Swasta
Mikroplastik Ada di Udara dan Hujan, Menteri LH Minta TPA Lakukan Capping
Mikroplastik Ada di Udara dan Hujan, Menteri LH Minta TPA Lakukan Capping
Pemerintah
Ironis, Udara Kita Tercemar Mikroplastik, Bernafas pun Bisa Berarti Cari Penyakit
Ironis, Udara Kita Tercemar Mikroplastik, Bernafas pun Bisa Berarti Cari Penyakit
LSM/Figur
Second NDC Indonesia Dinilai Tak Partisipatif, Lemah Substansi
Second NDC Indonesia Dinilai Tak Partisipatif, Lemah Substansi
LSM/Figur
Nyamuk Muncul di Islandia, Tanda Nyata Dampak Perubahan Iklim
Nyamuk Muncul di Islandia, Tanda Nyata Dampak Perubahan Iklim
Pemerintah
WMO: Peringatan Dini Bencana Hak Asasi Manusia, Tak Boleh Ada yang Mati Sia-sia
WMO: Peringatan Dini Bencana Hak Asasi Manusia, Tak Boleh Ada yang Mati Sia-sia
Pemerintah
Ketika Perempuan Petani di Kalbar Andalkan Gotong Royong untuk RIngankan Pekerjaan Keluarga...
Ketika Perempuan Petani di Kalbar Andalkan Gotong Royong untuk RIngankan Pekerjaan Keluarga...
LSM/Figur
DBS Ungkap 5 Tren yang Akan Bentuk Masa Depan Pembiayaan Berkelanjutan
DBS Ungkap 5 Tren yang Akan Bentuk Masa Depan Pembiayaan Berkelanjutan
Swasta
BRIN Jelaskan Bagaimana Bakar Sampah Bisa Datangkan Hujan Mikroplastik
BRIN Jelaskan Bagaimana Bakar Sampah Bisa Datangkan Hujan Mikroplastik
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau