KOMPAS.com – Industri kelapa sawit Indonesia tengah bersiap melakukan peningkatan produktivitas tanpa harus membuka lahan baru.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengungkapkan, tiga jenis serangga penyerbuk baru asal Tanzania yang didatangkan bisa memperbaiki kualitas dan kuantitas tandan buah segar (TBS) kelapa sawit nasional.
“Kita berhasil mengambil serangga penyepuk dari Tanzania. Ada tiga serangga penyepuk yaitu Herodotus cambronicus, Herodotus lachitatus, dan Herodotus supitatus. Ketiganya saat ini sedang kita kembangbiakkan di PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) Medan,” kata Hadi Sugeng, perwakilan GAPKI.
Hadi menjelaskan, ketiga jenis serangga tersebut diharapkan mampu meningkatkan efisiensi penyerbukan bunga sawit, yang selama ini menjadi salah satu faktor penentu produktivitas.
“Kita berharap nanti dengan datangnya serangga penyerbuk ini akan bisa meningkatkan rukset buah kita sehingga kita tidak perlu menambah luasan tetapi sudah ada peningkatan produksi,” ujarnya.
Hadi menambahkan, pengembangbiakan serangga penyerbuk tersebut membutuhkan waktu sekitar dua tahun sebelum siap disebarkan ke kebun-kebun anggota GAPKI. Peningkatan produktivitas sawit diperkirakan mulai terlihat pada 2027.
“Paling lama di sekitar dua tahun depan kita sudah bisa distribusikan ke kebun-kebun anggota GAPKI dan itu akan berkorelasi dengan peningkatan produksi di tahun depan,” katanya.
Selain inovasi biologis melalui serangga penyerbuk, GAPKI juga memperkuat penerapan praktik pertanian berkelanjutan di tingkat perkebunan, termasuk lewat otomasi, digitalisasi, dan mekanisasi.
“Saya tetap optimis, di tahun depan ada peningkatan produksi karena di samping cuaca juga karena kita ada mendatangkan serangga penyerbuk yang baru,” kata Hadi.
Dengan langkah inovatif ini, industri sawit Indonesia menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas bisa berjalan seiring dengan efisiensi lahan dan prinsip keberlanjutan.
Baca juga: Berkaca dari Kejatuhan Karet, Petani Kalbar Enggan Ubah Semua Lahannya Jadi Sawit
Data GAPKI menunjukkan bahwa produksi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) tetap menunjukkan tren positif secara tahunan (year on year/YoY), meskipun ada sedikit fluktuasi bulanan.
Produksi CPO pada Agustus 2025 tercatat 5,06 juta ton, turun tipis 1,00 persen dibandingkan Juli yang mencapai 5,11 juta ton. Produksi PKO juga menurun menjadi 481 ribu ton dari 493 ribu ton bulan sebelumnya.
Namun secara tahunan, kinerja industri sawit tetap menguat. Hingga Agustus 2025, total produksi CPO dan PKO mencapai 39,04 juta ton, naik 13,08 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar 34,52 juta ton.
Di sisi lain, konsumsi domestik minyak sawit meningkat, dari 2,03 juta ton pada Juli menjadi 2,10 juta ton pada Agustus 2025. Lonjakan terbesar terjadi pada sektor biodiesel yang naik 5,71 persen menjadi 1,11 juta ton, sementara konsumsi pangan meningkat 1,00 persen menjadi 806 ribu ton.
Adapun konsumsi oleokimia sedikit menurun sebesar 1,08 persen menjadi 183 ribu ton.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya