KOMPAS.com - Sebanyak 89 persen masyarakat Indonesia mendukung energi baru terbarukan (EBT) untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional pada tahun 2040, menurut studi Yale Program on Climate Change Communication.
Laporan berjudul Climate Change and Energy in the Indonesian Mind itu juga menunjukkan, 79 persen di antaranya mendukung pelarangan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru oleh pemerintah, sekaligus mendorong pensiun dini PLTU dan menggantinya dengan energi surya atau angin.
Baca juga:
Tidak hanya itu, sebanyak 83 persen responden mendukung komitmen pemerintah menurunkan emisi karbon Indonesia atau net zero emission 2060.
“Masyarakat Indonesia sangat mendukung upaya menurunkan emisi karbon dan mempercepat pemanfaatan energi terbarukan secara nasional,” kata peneliti Yale University, Anthony Leiserowitz dalam keterangannya, Selasa (16/12/2025).
Sebanyak 89 persen masyarakat Indonesia mendukung energi baru terbarukan (EBT), menurut studi Yale Program on Climate Change Communication.Di sisi lain, peneliti menemukan 73 persen responden mengaku hanya mengetahui sedikit tentang perubahan iklim dan 21 persen belum pernah mendengarnya sama sekali
Sementara itu, hanya dua persen masyarakat Indonesia yang merasa mengetahui banyak terkait isu tersebut.
Leiserowitz menyampaikan, 86 persen responden meyakini adanya perubahan iklim setelah mendapatkan penjelasan singkat, dengan 83 persen masyarakat merasa cemas terhadap dampaknya.
“Meskipun banyak yang masih memiliki pengetahuan terbatas tentang perubahan iklim, mayoritas masyarakat yakin bahwa perubahan iklim sedang terjadi dan merasa cemas terhadap dampaknya," tutur Leiserowitz.
Studi mencatat, mayoritas masyarakat Indonesia mendorong berbagai kebijakan energi lain yakni program nasional untuk pelatihan kerja di industri baru energi terbarukan dan pembangunan jaringan transmisi listrik baru untuk menjangkau seluruh Indonesia (94 persen).
Kemudian, kewajiban penggunaan bahan bakar kendaraan dengan campuran biodiesel 60 persen untuk mobil, truk, dan kendaraan lainnya (78 persen), serta pemberian subsidi pajak bagi kendaraan listrik (74 persen).
Baca juga:
Sebanyak 56 persen dari mereka menilai langkah terbaik untuk mewujudkan masa depan yang sehat, aman, dan sejahtera bagi Indonesia adalah membiarkan sebagian besar batu bara Indonesia tetap berada di dalam tanah.
Selain itu, studi ini mengemukakan mayoritas umat Muslim di Indonesia (79 persen) mendukung pemanfaatan dana zakat dan sedekah untuk mendukung transisi nasional menuju energi terbarukan.
Baca juga: 100 GW PLTS oleh Kopdes Bisa menjadi Pembangkit EBT Terbesar di Asia Tenggara
Sebanyak 89 persen masyarakat Indonesia mendukung energi baru terbarukan (EBT), menurut studi Yale Program on Climate Change Communication.Direktur Negara Indonesia di Purpose, Longgena Ginting berpandangan temuan itu menunjukkan masyarakat siap bergerak menuju energi bersih.
“Yang juga penting, survei ini menyoroti besarnya potensi filantropi Islam sebagai kekuatan untuk mendorong perubahan, sejalan dengan nilai-nilai kebaikan dan keberlanjutan yang diyakini oleh masyarakat. Ini adalah momentum bagi pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk bekerja bersama memperluas solusi energi bersih yang adil dan dapat diakses semua orang," jelas Longgena.
Dalam studinya, Yale Program on Climate Change Communication melakukan survei nasional tatap muka terhadap 2.000 responden Indonesia berusia 18 tahun ke atas periode Juni 2025 sampai Juli 2025, tepatnya dari Minggu (15/6/2025) sampai Kamis (17/7/2025).
Baca juga: BBM E10 Tingkatkan Bauran EBT, tapi Bahan Bakunya Bersaing Kebutuhan Pangan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya