Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/06/2023, 08:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Perubahan pola pikir dalam memilah sampah merupakan hal penting untuk mengatasi masalah timbulan sampah di Indonesia.

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), sampah sisa makanan mendominasi tumpukan sampah di 41,8 persen.

Sedangkan sektor rumah tangga menjadi kontributor utama dalam tumpukan sampah nasional yaitu 38,1 persen.

Baca juga: Iriana Ajak Masyarakat Kelola Sampah Organik Jadi Kompos

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Vivien Ratnawati mengatakan, pemilahan sampah organik dan anorganik harus dimulai dari rumah.

"Kita harus merubah pola pikir bahwa kita harus memilah sampah organik dan anorganik di rumah," ujar Vivien di Jakarta, Selasa (13/6/2023), sebagaimana dilansir Antara.

Dia mengakui bahwa mengubah pola pikir tidak mudah, sehingga hal itu masih menjadi tantangan dalam upaya penanganan sampah.

Vivien menuturkan, pemerintah terus berupaya menumbuhkan kesadaran masyarakat agar mandiri mengolah sampah melalui kegiatan pemilahan sampah di level rumah tangga.

Baca juga: Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Landfill Sudah Waktunya Ditinggalkan

Sampah-sampah yang dihasilkan dari ruang dapur harus dilakukan pemilahan agar memudahkan proses pengelolaan sampah selanjutnya.

Sampah organik terpilah bisa diolah melalui kegiatan pengomposan untuk menjadi pupuk dan juga bisa melalui budi daya maggot lalat tentara hitam untuk pakan ternak.

Apabila seluruh masyarakat Indonesia dapat melakukan pengomposan sampah organik sisa makanan, maka KLHK memperkirakan ada 10,92 juta ton sampah organik setiap tahun tidak dibawa ke TPA.

Hal ini dapat menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 6,8 juta ton setara karbon dioksida.

Baca juga: Super Indo Patok Sampah Plastik Rp 2.500 hingga Rp 5.000 Per Kilogram

Adapun sampah anorganik terpilah, kata dia, bisa juga dimanfaatkan sebagai bahan baku daur ulang untuk menghasilkan produk plastik, kertas, logam, hingga gelas baru.

"Pemerintah mendalami dan memperluas strategi reduce, reuse, dan recycle dengan tujuan mengurangi beban pemrosesan akhir dan mengolah sampah melalui pemanfaatan teknologi, pendekatan sosial-budaya, elaborasi konsep usaha ekonomi hijau, dan didukung oleh kebijakan yang koheren serta penguatan kelembagaan," ucapVivien.

Pemerintah menargetkan Indonesia bersih sampah melalui pengurangan sampah sebesar 30 persen dan penanganan sampah sebesar 70 persen pada tahun 2025.

Baca juga: Agincourt Resources Tingkatkan Daur Ulang Sampah Plastik 64 Persen

Pada 13-16 Juni 2023 KLHK menggelar Festival Peduli Sampah Nasional di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat.

Festival Peduli Sampah Nasional tersebut menjadi platform dan forum bersama dalam memberikan solusi dalam pelaksanaan rencana aksi untuk mencapai sejumlah target nasional.

Target-target tersebut antara lain penurunan emisi, menuntaskan persoalan sampah di Indonesia, memperkuat posisi sektor pengelolaan sampah sebagai pendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia, sekaligus manifestasi dari salah satu prinsip pengelolaan sampah berkelanjutan.

Baca juga: Tingkatkan Kesadaran Pengelolaan Sampah, SBI Gelar Aksi Sesama

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com