Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Sebabkan Badai Menguat dengan Cepat

Kompas.com - 23/10/2023, 21:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Menurut penelitian terbaru, pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan kondisi yang membuat penguatan badai terjadi lebih cepat.

Selain itu, badai yang tercipta membawa lebih banyak air dan lebih besar. Penelitian tersebut diterbitkan baru-baru ini oleh jurnal Scientific Reports.

Untuk diketahui, badai tercipta dari memanasnya permukaan air laut ditambah rotasi Bumi. Jika suhu air laut semakin tinggi, maka potensi terciptanya badai juga semakin besar.

Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Kehidupan Tumbuhan Jadi Punah

Di satu sisi, berbagai aktivitas manusia saat ini telah membuat suhu Bumi meningkat sehingga memicu pemanasan global dan perubahan iklim.

Memanasnya suhu Bumi turut meningkatkan temperatur lautan. Beberapa tahun terakhir, suhu lautan semakin meningkat dan telah menyerap lebih dari 90 persen kelebihan panas.

Dalam penelitian terbaru tersebut, semua badai dari Samudera Atlantik yang terjadi belakangan ini rata-rata menguat dengan lebih cepat.

“Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat penguatan badai, dan frekuensi peralihan dari badai yang relatif lemah menjadi badai besar, telah meningkat secara signifikan hanya dalam 50 tahun terakhir,” kata salah satu peneliti dalam studi tersebut, Andra Garner, dari Rowan University, sebagaimana dilansir AFP, Kamis (19/10/2023).

Baca juga: Negara Kepulauan Paling Terdampak Perubahan Iklim, PDB Dihantam Keras

Dia menambahkan, hal ini terjadi karena suhu permukaan air laut menghangat seiring dengan memburuknya pemanasan global dan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Garner menganalisis bagaimana kecepatan angin menjadi meningkat di setiap badai Atlantik antara tahun 1970 hingga 2020.

Ditemukan bahwa badai Atlantik kini memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menguat dari badai Kategori 1 yang relatif lemah menjadi badai besar Kategori 3 atau lebih kuat dalam periode 24 jam dibandingkan pada 1970-an dan 1980-an.

Garner mengatakan, temuan tersebut menimbulkan kekhawatiran serius, khususnya bagi masyarakat pesisir karena semakin cepat badai terjadi, semakin sulit untuk memperkirakannya.

Baca juga: Ancaman Perubahan Iklim Makin Nyata, Green Building Perlu Diprioritaskan

Dia mencatat bahwa ada empat dari lima badai Atlantik yang paling berdampak terhadap perekonomian terjadi sejak 2017, yakni Harvey, Ian, Maria dan Irma.

Keempat badai dengan daya rusak yang tinggi tersebut mengalami penguatan yang cepat.

Garner mengatakan, temuan dalam penelitian tersebut seharusnya benar-benar menjadi peringatan yang mendesak.

“Tanpa perubahan besar dalam perilaku kita, dan transisi cepat dari bahan bakar fosil untuk membatasi pemanasan laut di masa depan, saya pikir tren ini akan terus menjadi lebih ekstrem,” kata Garner.

Studi tersebut menemukan bahwa badai dengan intensitas paling cepat kemungkinan besar terjadi di lepas pantai Atlantik AS dan di Laut Karibia, dan lebih kecil kemungkinannya terjadi di Teluk Meksiko.

Baca juga: 6 Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Manusia

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com