Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/12/2023, 20:21 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komitmen Indonesia untuk mencapai nol emisi karbon sebagaimana disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Conference of The Parties 28 (COP 28) di Dubai, Uni Emirat Arab, dinilai kurang ambisius.

Pendapat ini dilontarkan oleh Manajer Kampanye Hutan dan Kebun Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nasional Uli Arta Siagian dalam diskusi Basa-basi Komitmen Iklim Pemerintah Lewat Kebijakan Folu Net Sink 2030 di Jakarta, Jumat (8/12/2023).

"Pertama, seperti yang kita dengar kemarin, pidatonya Pak Jokowi sebenarnya kalau kita simak, enggak ada hal yang ambisius yang disampaikan. Hanya gimmick penuh mimpi," tegas Uli.

Selain itu, apa yang disampaikan Jokowi dinilai hampir sama dengan komitmen-komitmen Indonesia di COP pada tahun-tahun sebelumnya.

Bahkan menurutnya, komitmen perubahan iklim Indonesia kontradiktif dengan kondisi ekonomi, politik, dan hukum yang berlaku saat ini.

"Selama misalnya ada Undang-undang (UU) Cipta Kerja, UU Mineral dan Batubara (Minerba) yang sekarang masih beroperasi, maka sebenarnya semua komitmen yang disampaikan di ruang-ruang internasional akan hilang begitu saja atau gimmick saja," imbuh Uli.

Baca juga: Kualitas Hutan Indonesia

Sebagai informasi, Presiden Jokowi menyampaikan komitmen Indonesia dalam memperbaiki pengelolaan forest and other land use (FOLU), serta mempercepat transisi energi menuju energi baru terbarukan. 

"Dalam hal pengelolaan FOLU, Indonesia terus menjaga dan memperluas hutan mangrove serta merehabilitasi hutan dan lahan,” ucapnya, Jumat (1/12/2023).

Selain itu, Indonesia juga telah berhasil menurunkan angka deforestasi pada titik terendah dalam 20 tahun terakhir. 

Hal ini juga diikuti dengan pembangunan persemaian yang telah dilakukan dalam skala besar dan sudah mulai efektif untuk berproduksi.

Dalam hal transisi energi, Presiden menuturkan bahwa upaya Indonesia untuk mempercepat pengembangan energi baru terbarukan. 

"Pengembangan energi baru terbarukan terutama energi surya, air, angin, panas bumi, dan arus laut, serta pengembangan biodiesel, bioethanol, dan bioaftur juga makin luas," tuturnya. 

Untuk mewujudkan komitmen tersebut, Presiden pun mengundang sejumlah pihak seperti mitra bilateral, investasi swasta, filantropi, dan negara sahabat untuk menjalin kolaborasi pendanaan dalam mewujudkan nol karbon emisi pada 2060.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com