Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/04/2024, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - 57 perusahaan swasta dan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang minyak, gas, batu bara, dan semen secara langsung terkait dengan 80 persen emisi dunia sejak 2016 hingga 2023.

Temuan tersebut muncul dalam laporan terbaru dari Carbon Majors, database global yang memantau emisi dari 122 produsen minyak, gas, batu bara, dan semen di dunia.

Dari 57 perusahaan tersebut, ExxonMobil dari Amerika Serikat (AS) menjadi perusahaan penyumbang emisi terbesar yakni 3,6 gigaton karbon dioksida selama tujuh tahun.

Baca juga: Kontribusi Emisi Besar, Kota Perlu Didekarbonisasi

Jumlah tersebut setara 1,4 persen dari total emisi karbon dioksida global, sebagaimana dilansir The Guardian, Kamis (4/4/2024).

Setelah ExxonMobil, perusahaan lain yang menempati peringkat teratas sebagai penghasil emisi terbesar yakni Shell, BP, Chevron, dan TotalEnergies.

Masing-masing dari empat perusahaan energi tersebut berkontribusi setidaknya 1 persen dari roral emisi global menurut Carbon Majors.

Di satu sisi, Carbon Majors juga melaporkan sejumlah perusahaan milik negara di Asia, khususnya yang bergrak di bidang batu bara, melaporkan pertumbuhan emisi yang cepat.

Di sisi lain, temuan tersebut kontras dengan peringatan Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) yang menyerukan untuk tidak lagi mengeksploitasi bahan bakar fosil guna mencegah kenaikan suhu Bumi lebih lanjut.

Berdasarkan Perjanjian Paris 2015, dunia sepakat untuk membatasi suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius di atas era pra-industri guna mencegah kerusakan lingkungan secara permanen akibat perubahan iklim.

Baca juga: Komitmen Nol Emisi, PLN Siapkan Gasifikasi Pembangkit Listrik Sulawesi-Maluku

Tanggung jawab

Richard Heede, pendiri dari Carbon Majors, menyebutkan beban paling besar perlu ditanggung pihak produsen yang memperoleh keuntungan dari penggunaan bahan bakar fosil, bukannya menyerahkan tanggung jawab kepada pihak-pihak mengonsumsinya.

"Jangan salahkan konsumen. Mereka terpaksa bergantung pada minyak dan gas karena dikuasai oleh perusahaan," ujar Heede.

The Guardian melaporkan, penelitian dari Carbon Majors tersebut membantu mengubah narasi mengenai tanggung jawab atas krisis iklim yang terjadi saat ini.

Heede menuturkan, produsen bahan bakar fosil mempunyai kewajiban moral untuk membayar kerugian yang mereka timbulkan dan diperparah melalui taktik penundaan mereka.

Baca juga: SCG Siap Rilis Semen Rendah Karbon Generasi Kedua, Tekan 15 Persen Emisi

Dia mengutip usulan Perdana Menteri Barbados Mia Mottley yang menuntut perusahaan minyak dan gas menyumbang setidaknya 10 sen dari setiap dollar yang mereka peroleh untuk dana kerugian dan kerusakan.

"Ini adalah ancaman terhadap peradaban kita. Jika keadaan seperti biasa terus berlanjut, kita tidak akan memiliki planet yang layak huni untuk anak dan cucu kita," ucap Heede.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

LSM/Figur
Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Pemerintah
BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BUMN
Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Swasta
Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Pemerintah
Dua Pertiga Bisnis Dunia Tingkatkan Anggaran Keberlanjutan pada 2025

Dua Pertiga Bisnis Dunia Tingkatkan Anggaran Keberlanjutan pada 2025

Swasta
'Bahan Kimia Abadi' PFAS Mengancam Kita, Eropa Berencana Melarangnya

"Bahan Kimia Abadi" PFAS Mengancam Kita, Eropa Berencana Melarangnya

Pemerintah
Mahasiswa Desa Lingkar Tambang Raih Beasiswa MHU: Menuju Masa Depan Cerah dan Berkelanjutan

Mahasiswa Desa Lingkar Tambang Raih Beasiswa MHU: Menuju Masa Depan Cerah dan Berkelanjutan

Swasta
Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar

Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar

Pemerintah
Menilik Inovasi Dekarbonasi Generasi Muda di Toyota Eco Youth Ke-13

Menilik Inovasi Dekarbonasi Generasi Muda di Toyota Eco Youth Ke-13

BrandzView
China Luncurkan Kereta Komuter Serat Karbon, Kecepatannya 140 Km/Jam

China Luncurkan Kereta Komuter Serat Karbon, Kecepatannya 140 Km/Jam

Pemerintah
Kembangkan Rumput Laut, Start Up Banyu Raih pendanaan dari Intudo Ventures

Kembangkan Rumput Laut, Start Up Banyu Raih pendanaan dari Intudo Ventures

Swasta
100 Hari Prabowo-Gibran, Ini Pejabat Energi dan Lingkungan dengan Skor Tertinggi hingga Terendah

100 Hari Prabowo-Gibran, Ini Pejabat Energi dan Lingkungan dengan Skor Tertinggi hingga Terendah

LSM/Figur
Menag Dorong Integrasi Isu Lingkungan dengan Pendidikan Agama

Menag Dorong Integrasi Isu Lingkungan dengan Pendidikan Agama

Pemerintah
Pengamat Ekonomi Energi Desak Perguruan Tinggi Tolak Konsesi Tambang

Pengamat Ekonomi Energi Desak Perguruan Tinggi Tolak Konsesi Tambang

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau