KOMPAS.com - World Bank atau Bank Dunia bakal menerbitkan obligasi baru untuk mendukung kegiatan keberlanjutan dan reboisasi di Amazon, Brasil.
Obligasi tersebut diharapkan dapat menghimpun dana sekitar 200 juta dollar AS. Bank Dunia juga telah memilih HSBC untuk menyusun transaksi tersebut.
Obligasi ini akan mendukung kegiatan pembangunan berkelanjutan Bank Dunia dan menyediakan pembiayaan untuk proyek reboisasi yang dilakukan oleh startup asal Brasil, Mombak.
Baca juga: Trenggalek Lirik Perdagangan Karbon untuk Pendapatan Daerah
Mombak beroperasi dengan membeli lahan terdegradasi dari petani dan peternak atau bermitra dengan mereka, lalu menanam kembali tanaman asli di hutan Amazon, hutan hujan terbesar di dunia.
Dari hasil aktivitas tersebut, perusahaan rintisan ini menghasilkan kredit karbon yang dapat dijual di pasar karbon.
"Transaksi ini merupakan kelanjutan dari pasar yang sedang kami coba kembangkan," kata Wakil Presiden Bank Dunia Jorge Familiar kepada Reuters, Kamis (13/6/2024).
Obligasi yang digalang oleh Bank Duni tersebut memungkinkan investor mendukung proyek dan hasil tertentu yang berkelanjutan, sebaimana dilansir Reuters.
Baca juga: BRIN-Untirta Kerjasama Riset dan Pembangunan Rendah Karbon
Skema ini memanfaatkan modal swasta dan mentransfer risiko kinerja proyek kepada investor, yang akan diberi imbalan jika kegiatan tersebut berhasil.
Mombak sendiri didukung oleh sejumlah investor seperti Bain Capital dan AXA. Perusahaan rintisan ini juga telah menjual kredit karbon kepada sejumlah perusahaan seperti McLaren dan Microsoft.
Mombak berharap, penerbitan obligasi tersebut akan menjadi terobosan baru bagi industri carbon offset alias pengurangan karbon di Brasil.
Salah satu pendiri Mombak, Peter Fernandez, menyampaikan, selama ini pihaknya kesulitan mendapatkan pinjaman guna mengurangi biaya modal dan membiayai operasi yang mahal karena perusahaan perlu membeli tanah dan menanam pohon.
Baca juga: Pupuk Kujang Sukses Mencegah 53.000 Ton Karbon Terbuang ke Udara
"Anda memerlukan banyak uang untuk melakukan reboisasi. Dan karena ini merupakan hal yang baru, biaya modalnya cukup tinggi," kata Fernandez.
Dia menambahkan, transaksi tersebut mungkin membantu membuka pasar utang bagi pihak lain di industri ini.
Di sisi lain, bursa karbon dan skema carbon offset mendapat kritik dari sejumlah pihak, termasuk Greenpeace.
Pasalnya, skema tersebut bakal terus melanggengkan para penghasil emisi untuk terus melepaskan gas rumah kaca.
Baca juga: Keputusan Pengadilan Maritim PBB: Emisi Karbon Jadi Polusi Lautan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya