Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Urban Heat Island Bikin Panas Makin Membakar, Ini Penyebab dan Upaya Menangkalnya

Kompas.com - 04/05/2023, 14:30 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Suhu rata-rata di berbagai perkotaan di Indonesia beberapa pekan terakhir terasa sangat panas dan cenderung membakar.

Beberapa waktu lalu, pada 17 April 2023, Ciputat didapuk menjadi kota paling panas di Indonesia dengan suhu mencapai 37,2 derajat celsius.

Hingga akhir April, diwartakan Kompas.com, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis suhu maksimum yang berada dalam kisaran 34 derajat celsius hingga 36 derajat celsius di beberapa lokasi.

Baca juga: Pemanasan Global: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya

Di satu sisi, suhu panas seringkali terasa lebih panas di perkotaan. Fenomena ini disebut sebagai Urban Heat Island (UHI).

Fenomena UHI umumnya terjadi di perkotaan karena minimnya tutupan lahan dan banyaknya infrastruktur yang menyerap panas.

Koordinator Observasi dan Informasi BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang Giyarto menjelaskan, UHI adalah fenomena yang membuat suhu panas menjadi semakin panas di tempat tertentu.

Giyarto mencontohkan, apabila pengukuran suhu di suatu kota tercatat 32 derajat celsius, karena adanya fenomena UHI suhu yang dirasakan bisa terasa 34 derajat celsius.

“Sebagai gambaran jelas, suhu yang dirasakan ketika berhenti di lampu merah akan lebih terasa menyengat,” kata Giyarto saat dihubungi Kompas.com, Kamis (4/5/2023).

Baca juga: Mengenal Emisi Gas Rumah Kaca yang Sumbang Laju Pemanasan Global

Fenomena UHI membuat suhu yang dirasakan di perkotaan berbeda dengan suhu yang dirasakan di kawasan lain meski pengukuran suhunya menunjukkan hasil yang sama.

Giyarto menuturkan, peningkatan suhu rata-rata di Indonesia tak bisa dilepaskan karena efek pemanasan global yang semakin parah.

Pemanasan global disebabkan oleh menipisnya lapisan ozon hingga membuat sinar ultraviolet yang menembus Bumi semakin tinggi.

Saat musim kemarau, suhu rata-rata normal di kawasan tropis seperti Indonesia anatar 32 derajat celsius hingga 34 derajat celsius. Karena perubahan iklim, suhu bisa memanas antara 34 derajat celsius hingga 36 derajat celsius.

Suhu Bumi yang sudah panas akibat perubahan iklim diperparah oleh fenomena UHI yang membuat suhu terasa semakin menyengat di perkotaan.

Baca juga: Apa Penyebab Pemanasan Global?

Faktor penyebab UHI

Dilansir dari situs web Institut Teknologi Bandung (ITB), UHI adalah fenomena di daerah perkotaan yang menyebabkan suhu yang signifikan dengan daerah di sekitarnya.

Secara umum, penyebab dari UHI dapat dibagi menjadi lima faktor yaitu:

  • Struktur geometris kota yang rumit
  • Kapasitas termal yang tinggi dari material bangunan
  • Efek rumah kaca
  • Berkurangnya kecepatan angin di daerah perkotaan
  • Berkurangnya ruang terbuka hijau

Dilansir dari publikasi yang berjudul Urban Heat Island dan Upaya Penanganannya yang dirilis Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan Makassar, 29 Januari 2015, UHI telah dikaji di berbagai kota besar di dunia.

Kebanyakan dari kota-kota besar yang sudah dikaji, termasuk Jakarta, menyimpulkan bahwa sudah terjadi fenomena UHI.

Fenomena UHI di perkotaan juga menyebabkan meningkatnya penggunaan listrik di perkotaan, utamanya untuk pemakaian pendingin ruangan atau AC.

Baca juga: 12 Dampak Pemanasan Global Bagi Kehidupan

Upanya menangkal UHI

UHI telah menjadi fenomena yang serius. Pasalnya, suhu udara yang sudah panas akibat perubahan iklim menjadi semakin menyengat di perkotaan karena fenomena ini.

Dirangkum dari buku Shaharuddin Ahmad yang Berjudul Mikroiklim Bandar :Perkembangan dan Impak Pulau Haba Bandar di Malaysia (2012), berikut upaya untuk menekan fenomena UHI.

  • Menyesuaikan geometri kota
  • Meningkatkan pantulan panas di kota melalui penggunaan permukaan yang berwarna cerah
  • Menghemat penggunaan listrik
  • Merencanakan sistem pengangkutan yang baik
  • Memperbanyak permukaan yang mampu menyerap air
  • Memperbanyak ruang terbuka hijau

Dalam publikasi ilmiah berjudul Study of green areas and urban heat island in a tropical city yang diterbitkan jurnal Habitat International (2004), pemeliharaan dan pembangunan kawasan hijau adalah upaya efektif.

Studi tersebut didasarkan pada penelitian di Singapura. Dalam studi itu, peneliti yaitu NH Wong dan C Yu menyimpulkan bahwa ruang terbuka hijau sangat baik dan ekfektif menangkal fenomena UHI dengan cepat.

Baca juga: Pakistan Hanya Sumbang Kurang dari 1 Persen Pemanasan Global, tapi Saat Ini Tenggelam oleh Banjir

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com