Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLTP Kamojang, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Tertua di Indonesia, Bekas Jejak Penjajah

Kompas.com, 12 Mei 2023, 10:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Sejarah pengembangan energi panas bumi tanah tidak bisa dilepaskan dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, PLTP tertua di Indonesia.

PLTP Kamojang terletak di Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan dikelola oleh lintas Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

PLTP Kamojang termasuk dalam Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Kamojang-Darajat dengan izin pengelolaan panas bumi (IPB) dipegang oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).

Baca juga: 10 PLTP Terbesar di Dunia, 2 Ada di Indonesia

Energi panas bumi adalah salah satu sumber energi terbarukan dan tidak melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer. Kehadiran PLTP Kamojang mampu menahan lepasnya 1,2 juta ton setara karbon dioksida setiap tahunnya.

Pembangkit listrik tenaga panas bumi tertua di Indonesia ini masih terus beroperasi hingga kini dan memasok listrik untuk 260.000 rumah.

Berikut kisah tentang PLTP Kamojang.

Baca juga: Potensi Panas Bumi di Jawa Barat, Terbesar se-Indonesia

Sejarah PLTP Kamojang

Sejarah mengenai PLTP Kamojang bisa ditelusur bahkan sejak zaman penjajahan Belanda pada awal abad ke-20.

Mulanya, pemerintah kolonial Belanda menemukan adanya potensi panas bumi di sekitar Gunung Gajah gugusan Gunung Guntur Bandung pada 1918, sebagaimana dilansir Kompas.com.

Saat itu, potensi energi panas bumi yang diidentifikasi diperkirakan mencapai 300 megawatt (MW). Berbagai diskusi dilakukan, hingga pada 1926 dilakukan pengeboran pertama.

Setelah Indonesia merdeka dari cengkeraman penjajah, penggarapan potensi panas bumi tidak serta merta ditinggalkan. Bahkan, sempat ada kerja sama dengan Selandia Baru untuk eksplorasi lanjutan.

Baca juga: 10 Negara dengan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Terbanyak di Dunia, Indonesia Nomor 2

Dilansir dari situs web Kementerian ESDM, pada 1970-an dilakukan pengeboran 14 sumur eksplorasi di wilayah tersebut, melibatkan kerja sama antara Geothermal Survey of Indonesia dengan New Zealand Geothermal Project.

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Selain itu, dibangunglah unit pembangkit panas bumi di sana. Pada 1978 energi panas bumi di Kamojang untuk pertama kalinya menghasilkan energi listrik sebesar 0,25 MW.

Pada 1981, pembangkit unit 1 di PLTP Kamojang berhasil beroperasi dan menyalurkan uap 30 MW.

Sejak saat itu, pengembangan PLTP Kamojang terus ditingkatkan hingga memiliki lima unit pembangkit dengan total kapasitas terpasang 235 MW.

PLTP Kamojang saat ini masih terus beroperasi dan menjadi pembangkit listrik tenaga panas bumi tertua di Indonesia yang terus aktif.

Baca juga: Peta Potensi Panas Bumi Jawa Tengah

Kelebihan PLTP Kamojang

Prinsip kerja dari PLTP adalah memanfaatkan uap panas bumi untuk memutar turbin. Turbin ini kemudian memutar generator sehingga menghasilkan listrik.

Salah satu keunggulan PLTP Kamojang adalah uap panas bumi yang keluar sangat kering dengan kelembapan yang sangat rendah.

Karena kualitas uap yang baik inilah, tidak perlu chemical treatment atau perlakuan tambahan terhadap uap panas bumi untuk memutar turbin di dalam PLTP Kamojang.

Meski demikian, tetap dilakukan pemantauan dan analisa secara periodik untuk memonitor kandungan uap seperti kandungan kimia, lumpur, dan material lain yang dapat mengganggu atau bahkan merusan kinerja komponen-komponen pembangkitan.

Baca juga: Daftar Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Indonesia Beserta Lokasinya

Pengelolaan lintas BUMN

PLTP Kamojang dikelola oleh sejumlah BUMN, di antaranya adalah PT PGE dan PT Indonesia Power, anak perusahaan PT PLN.

Sebanyak tiga unit pembangkit sebesar 140 MW di dalam PLTP Kamojang diintegrasikan ke dalam PLTP Kamojang Power Generation O&M Services Unit (POMU) yang secara total memiliki kapasitas 375 MW.

PLTP Kamojang POMU ini menjadi salah satu pembangkit andalan dalam sistem ketenagalistrikan nasional yang dimiliki PT PLN.

Selain itu, di dalam PLTP Kamojang juga disediakan berbagai informasi panas bumi bernama Geothermal Information Center (GIC) oleh PT PGE.

GIC di PLTP Kamojang merupakan pusat museum dan informasi mengenai kegiatan panas bumi yang banyak menjadi referensi masyarakat maupun sekolah-sekilah di sekitar Jawa Barat.

Baca juga: Potensi Panas Bumi di Indonesia Berdasarkan Pulau

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau