Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar Taman Nasional di Bali dan Nusa Tenggara

Kompas.com, 22 Mei 2023, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Beberapa flora dan fauna yang ada di Taman Nasional Gunung Rinjani yang terkenal contohnya adalah celepuk rinjani, monyet, elang flores, dan bunga anggrek.

Informasi lebih lanjut mengenai Taman Nasional Gunung Rinjani dapat dilihat di sini.

  • Lokasi: Nusa Tenggara Barat
  • Pengelola: Balai Taman Nasional Gunung Rinjani

Baca juga: Daftar Taman Nasional di Pulau Jawa

3. Taman Nasional Manupeu Tanah Daru Laiwangi Wanggameti (Matalawa)

Taman nasional ini terdiri dari dua yaitu Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti disingkat menjadi Taman Nasional Matalawa.

Total luas Taman Nasional Matalawa sebesar 92.086,69 ha yang terdiri atas Manupeu Tanah Daru dengan 50.077,30 ha dan Laiwangi Wanggameti 42.009,39 ha.

Taman Nasional Matalawa menjadi satu-satunya kawasan konservasi yang terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Ada dua jenis satwa terancam punah di Taman Nasional Matalawa yang menjadi prioritas yaitu kakatua sumba dan julang sumba.

Taman nasional ini JUGA memiliki lebih dari 159 jenis burung, 41 jenis capung, 6 jenis amfibi, 30 jenis reptil, dan 28 jenis mamalia. Selain keanekaragaman hayati jenis satwa, kawasan ini memiliki beberapa objek wisata yang indah.

Informasi lebih lanjut mengenai Taman Nasional Matalawa dapat dilihat di sini.

  • Lokasi: Nusa Tenggara Timur
  • Pengelola: Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru Laiwangi Wanggameti

Baca juga: Menparekraf Tanggapi Kenaikan Tarif Pemandu Taman Nasional Komodo

4. Taman Nasional Kelimutu

Wisatawan Nusantara asal Manggarai Timur berburu Sunrise di Puncak Danau Kelimutu, Kabupaten Ende, NTT, Sabtu, (22/4/2023). (KOMPAS.com/DOK WISATAWAN MATIM/RATNA DJABUR)KOMPAS.COM/DOK/WISATAWAN MATIM/RATNA DJABUR Wisatawan Nusantara asal Manggarai Timur berburu Sunrise di Puncak Danau Kelimutu, Kabupaten Ende, NTT, Sabtu, (22/4/2023). (KOMPAS.com/DOK WISATAWAN MATIM/RATNA DJABUR)

Taman Nasional Kelimutu terletak di wilayah Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Luas Taman Nasional Kelimutu adalah 5.356,50 ha.

Taman Nasional Kelimutu terkenal akan dananunya yang memiliki tiga warga berbeda di puncak Gunung Kelimutu.

Seiring berjalannya waktu, warna-warna tersebut kerubah berubah. Perubahan warna air dalam danau tersebut memiliki jadwal.

Perubahan warna umumnya terjadi karena adanya perubahan aktivitas vulkanik, geologi, dan faktor luar seperti hujan atau matahari. Hal ini memengaruhi komposisi kandungan air.

Informasi lebih lanjut mengenai Taman Nasional Kelimutu dapat dilihat di sini.

  • Lokasi: Nusa Tenggara Timur
  • Pengelola: Balai Taman Nasional Kelimutu

Baca juga: Wisata Alam Taman Nasional Gunung Merapi Buka Lagi mulai 17 April

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau