JAKARTA, KOMPAS.com - Tahukah Anda, berapa jumlah telepon seluler (ponsel) saat ini? Melebihi jumlah manusia di Planet Bumi, atau dua banding satu.
Bahkan, pada tahun 2025 nanti, jumlah ponsel bakal menunjukkan angka lebih fantastis, yakni 18 miliar unit!
Kendati memudahkan dan merupakan "pusat kehidupan" manusia, namun ponsel merupakan salah satu yang berkontribusi besar dalam timbulan limbah elektronik.
Hal ini karena waktu penggunaan ponsel hanya sekitar dua hingga tiga tahun. Setelah itu, buang. Kalaupun ada yang didaur ulang, hanya 20 persen dari total penjualan 1,5 miliar unit per tahun.
Selain masa pakai singkat, ponsel dalam proses produksinya juga memiliki sisi gelap yang kerap kali dituding sebagai pencemar lingkungan.
Baca juga: Waspada, 7 dari 10 Sumber Air Rumah Tangga Tercemar Limbah
Menurut studi Fairphone, sekitar 60 mineral dan logam berbeda membentuk berbagai komponen menjadi ponsel. Emas, misalnya, ada di lebih dari 20 komponen berbeda pada gawai kita.
Untuk diketahui Fairphone adalah produsen elektronik Belanda sekaligus perusahaan sosial yang mendesain dan memproduksi ponsel pintar dengan tujuan memiliki jejak lingkungan yang lebih rendah dan dampak sosial yang lebih baik.
Direktur Inovasi Dampak Fairphone Monique Lempers menjelaskan, ada dua “kebenaran yang sangat kelam” pada industri ponsel, terutama ponsel pintar atau smartphone.
Salah satunya adalah melupakan jutaan orang yang mengekstraksi unsur-unsur mineral dan logam ini, seringkali dalam kondisi yang sangat berbahaya.
“Oleh karena itu, kita perlu mengambil tanggung jawab sebagai sebuah industri,” kata Lempers seperti dikutip dari Euronews, Jumat (9/6/2023).
Baca juga: Bagaimana Proses Pengolahan Air Limbah di Jakarta? Ini Caranya
Inilah mengapa, lanjut Lempers, Fairphone didirikan untuk membuka dan mengungkap kebenaran kelam di balik rantai pasokan dan kemudian memberikan solusi dan menunjukkan bahwa industri ponsel pintar dapat melakukannya secara berbeda.
Perusahaan mengidentifikasi 14 'bahan fokus' yang ingin diperoleh dalam bentuk daur ulang, atau bersumber dari tambang yang adil.
Lempers mengungkapkan, sebagian besar produksi ponsel pintar dilakukan di China, yang juga merupakan tempat sebagian besar komponen ponsel dibuat.
Sekali lagi, Fairphone berpikir itu dapat memiliki "dampak positif" di negara tersebut, menggunakan daya belinya untuk meningkatkan kondisi pekerja di jalur perakitan.
Mengatasi limbah elektronik
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya