Ketika belahan dunia menghadapi cuaca panas dan kering, beberapa wilayah justru mengalami tingkat curah hujan yang jauh lebih tinggi dari biasanya.
Tingginya curah hujan dirasakan oleh Amerika Utara bagian barat, sebagian Asia Barat Daya, Jepang, Afrika Selatan, Brasil, Chile, Selandia Baru, dan sebagian Australia.
Bahkan, Jepang dilanda Topan Mawar dan Pakistan dilanda Topan Biparjoy. Di Eropa Selatan dan sebagian Rusia barat, curah hujan yang lebih tinggi dari perkiraan menyebabkan banjir bandang.
Baca juga: Krisis Keanekaragaman Hayati Tak Lepas dari Perubahan Iklim
Para ilmuwan iklim sangat prihatin dengan kenaikan suhu laut yang tak terduga, terutama di Atlantik Utara.
Kepala Divisi Riset Iklim Dunia WMO Michael Sparrow mengatakan, suhu di Atlantik Utara belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat memprihatinkan.
“(Suhu di sana) jauh lebih tinggi dari apa pun yang diprediksi. Ini akan berdampak pada ekosistem dan perikanan dan pada cuaca kita,” ucap Sparrow.
Baca juga: Eropa Jadi Benua yang Menghangat Paling Cepat karena Pemanasan Global
Temperatur yang lebih tinggi di Atlantik Utara menimbulkan konsekuensi yang besar berupa bencana yang lebih dahsyat, termasuk badai yang secara teratur melanda AS bagian timur.
Para ilmuwan juga mencatat mencairnya es laut di Antarktika secara masif. Es laut di Kutub Selatan tersebut mencapai level terendah sejak pemantauan satelit dimulai.
Ada selisih 2,6 juta kilometer persegi es Antarktika dibandingkan rata-rata, lebih dari dua kali penurunan yang terjadi pada 2022.
Kondisi berkurangnya laut es di Antarktika saat ini merupakan tahun terburuk dalam catatan.
Baca juga: Tahun 2023, Inggris Alami Juni Paling Panas Sepanjang Sejarah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya