KOMPAS.com - Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Arsjad Rasjid menegaskan komitmen untuk mempercepat transisi menuju nol emisi atau net zero emission (NZE) di ASEAN.
Percepatan transisi energi tersebut melaui promosi energi terbarukan, efisiensi energi, dan pembangunan infrastruktur berkelanjutan, sebagaimana dilansir Antara, Jumat (14/7/2023).
Arsjad menyampaikan, NZE perlu dicapai demi masa depan pembangunan berkelanjutan dalam peningkatan bisnis dan usaha di kawasan.
Baca juga: Percepat Transisi Energi Perlu Kerja Sama Semua Pihak
Penerapan strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan mendorong penggunaan solusi inovatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dalam kegiatan bisnis di kawasan ASEAN sangat dianjurkan.
Dalam laporan Sustainable Development Report 2023, terdapat enam negara ASEAN yang masuk 100 besar negara yang mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan.
Keenam negara tersebut adalah Thailand, Vietnam, Singapura, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Namun, beberapa negara ASEAN lain seperti Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, dan Myanmar secara berurutan masih berada di peringkat di bawah 100, masing-masing 102, 103, 115, dan 125.
Baca juga: Transisi Energi Berkeadilan, Indonesia Perlu Siapkan Paket Pembiayaan Komprehensif
“Dengan usaha bersama, seluruh negara ASEAN bahu membahu untuk bisa membangun kawasan yang lebih mengutamakan proses bisnis yang berkelanjutan serta dengan adanya penggunaan energi yang lebih bersih,” kata Arsjad.
Di sisi lain, negara anggota ASEAN juga telah menggunakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masing-masing untuk mempercepat integrasi energi terbarukan.
Indonesia misalnya, menargetkan untuk menambah kapasitas energi terbarukan sebesar 20,9 gigawatt pada 2030 dan mengharapkan 60 persen energinya berasal dari sumber terbarukan pada 2060.
Laos telah mencapai kemajuan dalam pengembangan tenaga listrik dan ekspor energi, yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut sebesar lebih dari 3 persen.
Baca juga: Akselerasi Transisi Energi dengan Interkoneksi Jaringan dan Teknologi Penyimpanan
Malaysia telah mengusulkan pembangunan tiga pulau energi hijau dan sedang menjelajahi sumber energi terbarukan dari laut.
Brunei Darussalam berencana meningkatkan kapasitas energi terbarukan menjadi setidaknya 300 megawatt (MW) pada 2035 melalui proyek kolaborasi.
Sementara di Kamboja, energi terbarukan saat ini memiliki pangsa pasar sebesar 40 persen dan bersumber dari tenaga air, tenaga surya, dan biomassa.
Thailand telah meluncurkan instalasi hibrida surya-hidro terapung terbesar di dunia dan berencana untuk menginstal tambahan 24 MW.
Baca juga: Bumikan Transisi Energi, IESR Luncurkan Pembelajaran Lewat Website
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya