Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar PLTU Batu Bara dengan Dampak Biaya Kesehatan Tertinggi

Kompas.com - 20/07/2023, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Pembangkit listruk tenaga uap (PLTU) batu bara adalah salah satu sumber emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar.

Selain menghasilkan emisi, PLTU batu bara juga mengeluarkan polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan.

Polutan udara yang berbahaya dari PLTU batu bara adalah partikel halus PM2,5, sulfur dioksida, nitrogen oksida, merkuri, dan logam-logam berat lainnya.

Baca juga: Pembatalan Proyek PLTU Batu Bara Dapat Selamatkan 180.000 Jiwa

Menurut penelitian terbaru berjudul "Health Benefits of Just Energy Transition and Coal Phase-out in Indonesia" DARI Center for Research on Energy and Clean Air (CREA) dan Institute for Essential Services Reform (IESR), sebagian besar PLTU batu bara di Indonesia tidak memiliki teknologi pengendalian polutan udara untuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida.

Hal tersebut membuat kehadiran PLTU batu bara di dekat kawasan padat penduduk berpotensi membahayakan warga setempat.

Menurut penelitian tersebut, polusi udara dari PLTU batu bara bertanggung jawab atas 10.500 kematian di Indonesia pada 2022 dan biaya kesehatan sebesar 7,4 miliar dollar AS.

Dampak kesehatan ini akan terus meningkat dengan beroperasinya PLTU batu bara yang baru.

Oleh karenanya, perlu untuk segera mempensiunkan PLTU batu bara dan menggantinya dengan sumber energi terbarukan yang tidak menimbulkan emisi.

Baca juga: Ini Bahaya PLTU sebagai Silent Killer bagi Negara yang Luput dari Perhatian

Daftar PLTU dengan dampak biaya kesehatan tertinggi

Dalam penelitian Health Benefits of Just Energy Transition and Coal Phase-out in Indonesia, IESR dan CREA turut menyusun daftar PLTU batu bara dengan dampak biaya kesehatan tertinggi.

Daftar PLTU batu bara dengan dampak biaya kesehatan tertinggi terletak di atau dekat dengan daerah padat penduduk.

Populasi di dekatnya terkena paparan tinggi dari polutan, misalnya karena arah dari angin permukaan yang bertiup dari arah tertentu dalam waktu lama serta kinerja kontrol emisi yang buruk.

Daftar PLTU batu bara dengan dampak biaya kesehatan tertinggi dibagi menjadi dua yaitu tersambung dengan jaringan dan PLTU batu bara captive alias kepunyaan industri untuk mencukupi energinya.

Berikut daftar PLTU batu bara dengan dampak biaya kesehatan tertinggi yang tersambung dengan jaringan.

Baca juga: Rencana Pensiun Dini PLTU Batu Bara Perlu Libatkan Pemerintah Daerah

  • PLTU Muara Karang

Provinsi: DKI Jakarta, 400 MW

  • PLTU Lontar

Provinsi: Banten, 1260 MW

  • PLTU Cirebon

Provinsi: Jawa Barat, 660 MW

  • PLTU Jawa-1/Cirebon-2

Provinsi: Jawa Barat, 924 MW

  • PLTU Cilacap

Provinsi: Jawa Tengah, 2.260 MW

  • PLTU Atambua

Provinsi: NTT, 24 MW

  • PLTU Ekspansi Parit Buaya

Provinsi: Kalimantan Barat, 100 MW

  • PLTU Pantai Kura-Kura

Provinsi: Kalimantan Barat, 55 MW

  • PLTU Embalut

Provinsi: Kalimantan Timur, 100 MW

  • PLTU Asam-Asam

Provinsi: Kalimantan Selatan, 460 MW

  • PLTU Sumbawa Barat

Provinsi: NTB, 14 MW

  • PLTU Rote Ndao

Provinsi: NTB, 6 MW

  • PLTU Bima

Provinsi: NTB, 20 MW

  • PLTU Alor

Provinsi: NTT, 6 MW

  • PLTU Ropa

Provinsi: NTT, 14 MW

  • PLTU Nii Tanasa

Provinsi: Sulawesi Tenggara, 30 MW

  • PLTU Punagaya

Provinsi: Sulawesi Selatan, 30 MW

  • PLTU Sulsel Barru

Provinsi: Sulawesi Selatan, 200 MW

  • PLTU Jeneponto

Provinsi: Sulawesi Selatan, 450 MW

  • PLTU Talaud

Provinsi: Sulawesi Utara, 6 MW

Baca juga: Pensiun PLTU Batu Bara dan Pengembangan Energi Terbarukan Jadi PR Masa Depan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com