Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangutan Mampu Obati Luka dengan Racikan Herbal Sendiri

Kompas.com, 6 Mei 2024, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Orangutan ternyata mampu meracik obat herbal sendiri untuk mengobati luka pada dirinya.

Temuan tersebut mengemuka menurut riset terbaru dari para ahli biologi Max Planck Institute of Animal Behavior, Jerman dan Universitas Nasional, Indonesia.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di Scientific Reports tersebut, para ahli melakukan pengamatan terhadap seekor orangutan sumatera jantan bernama Rakus.

Penelitian yang dipimpin oleh Caroline Schuppli dan Isabelle Laumer ini berlangsung di lokasi penelitian Suaq Balimbing, Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh pada 2022.

Kawasan tersebut merupakan hutan hujan lindung yang menjadi rumah bagi sekitar 150 orangutan sumatera yang terancam punah.

Baca juga: Bak Manusia, Orangutan Dapat Manfaatkan Tanaman sebagai Obat

Obat yang ampuh

Saat melakukan pengamatan, para peneliti melihat Rakus mengalami luka besar di bagian wajah yang kemungkinan besar disebabkan oleh perkelahiannya dengan pejantan lain.

Tiga hari setelah mendapatkan luka itu, Rakus mencari daun tanaman liana dengan nama umum akar kuning (Fibraurea tinctoria) lalu mengunyahnya.

Setelah mengunyah daun tersebut, Rakus mengoleskan sari-sarinya ke luka di mukanya selama beberapa menit.

Terakhir, dia menutupi seluruh lukanya dengan daun akar kuning yang sudah dikunyah itu.

Laumer menuturkan, daun liana dan spesies terkait lainnya yang dapat ditemukan di hutan tropis Asia Tenggara dikenal karena efek analgesik dan antipiretiknya.

Baca juga: Orangutan Obati Sendiri Lukanya dengan Tanaman Herbal, Bukti Primata Cerdas

"Digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai penyakit, seperti malaria," kata Laumer dilansir dari Science Daily, Kamis (2/5/2024).

Laumer menambahkan, daun akar kuning mengandung senyawa kimia furanoditerpenoid dan alkaloid protoberberine yang diketahui mempunyai sifat antibakteri, antiinflamasi, antijamur, antioksidan, dan aktivitas biologis lainnya yang relevan dengan penyembuhan luka.

Setelah melakukan pengamatan di hari-hari berikutnya, para ahli mendapati tidak adanya tanda-tanda infeksi dari luka Rakus.

Lima hari kemudian, luka di wajah Rakus telah tertutup. Rakus juga beristirahat lebih banyak dari biasanya saat terluka. 

Baca juga: Perusahaan Tambang Beri Orangutan Rumah Baru di Lahan Reklamasi

Pembelajaran

Kolase foto yang menunjukkan proses penyembuhan luka pada seekor orangutan bernama Rakus. Rakus mengunyah lalu mengoleskan daun Fibraurea tinctoria ke luka di wajahnya pada 25 Juni 2022. Pada 26 Juni 2022, dia kembali terlihat sedang memakan daun Fibraurea tinctoria. Pada 30 Juni 2022, lukanya telah tertutup dan pada 25 Agustus 2022 lukanya hampir tidak terlihat lagi.SCIENTIFIC REPORT Kolase foto yang menunjukkan proses penyembuhan luka pada seekor orangutan bernama Rakus. Rakus mengunyah lalu mengoleskan daun Fibraurea tinctoria ke luka di wajahnya pada 25 Juni 2022. Pada 26 Juni 2022, dia kembali terlihat sedang memakan daun Fibraurea tinctoria. Pada 30 Juni 2022, lukanya telah tertutup dan pada 25 Agustus 2022 lukanya hampir tidak terlihat lagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IBF dan AKCI Resmi Jalin Kolaborasi Perdana untuk Pelestarian Ekosistem di Lombok
IBF dan AKCI Resmi Jalin Kolaborasi Perdana untuk Pelestarian Ekosistem di Lombok
LSM/Figur
RSPO Belum Terima Laporan Dugaan Anggota Sebabkan Banjir Sumatera
RSPO Belum Terima Laporan Dugaan Anggota Sebabkan Banjir Sumatera
Swasta
KLH Telusuri Sumber Gelondongan Kayu yang Terbawa Banjir Sumatera
KLH Telusuri Sumber Gelondongan Kayu yang Terbawa Banjir Sumatera
Pemerintah
AI Jadi Ancaman Jutaan Pekerjaan di Asia, Ini Peringatan PBB
AI Jadi Ancaman Jutaan Pekerjaan di Asia, Ini Peringatan PBB
Pemerintah
Asia Pasifik Diprediksi Makin Panas, Ancaman untuk Kesehatan dan Infrastruktur
Asia Pasifik Diprediksi Makin Panas, Ancaman untuk Kesehatan dan Infrastruktur
Pemerintah
Mikroplastik Cemari Pakan Ternak, Bisa Masuk ke Produk Susu dan Daging
Mikroplastik Cemari Pakan Ternak, Bisa Masuk ke Produk Susu dan Daging
LSM/Figur
Krisis Iklim Perparah Bencana di Asia Tenggara, Ketergantungan Energi Fosil Harus Dihentikan
Krisis Iklim Perparah Bencana di Asia Tenggara, Ketergantungan Energi Fosil Harus Dihentikan
LSM/Figur
Ada Perusahaan Sawit Diduga Beroperasi di Area Hutan dan Tak Lolos Verifikasi, Sertifikasi Dipertanyakan
Ada Perusahaan Sawit Diduga Beroperasi di Area Hutan dan Tak Lolos Verifikasi, Sertifikasi Dipertanyakan
Swasta
Emisi Kebakaran Hutan Global Jauh Lebih Tinggi dari Prediksi
Emisi Kebakaran Hutan Global Jauh Lebih Tinggi dari Prediksi
LSM/Figur
Indonesia Berpotensi Manfaatkan Panas Bumi Generasi Terbaru, Bisa Penuhi 90 Persen Kebutuhan Industri
Indonesia Berpotensi Manfaatkan Panas Bumi Generasi Terbaru, Bisa Penuhi 90 Persen Kebutuhan Industri
LSM/Figur
Banjir Ancam Kota Pesisir di Dunia, Risikonya Terus Meningkat
Banjir Ancam Kota Pesisir di Dunia, Risikonya Terus Meningkat
Pemerintah
Lubang Ozon di Antartika Menyusut, Tanda Bumi Mulai Pulih?
Lubang Ozon di Antartika Menyusut, Tanda Bumi Mulai Pulih?
Pemerintah
Tanah, Tangan, dan Tutur: Model Komunikasi Budaya Lokal Melawan Komodifikasi
Tanah, Tangan, dan Tutur: Model Komunikasi Budaya Lokal Melawan Komodifikasi
LSM/Figur
Penelitian Ungkap Kaitan Terumbu Karang dan Kenaikan Suhu Bumi
Penelitian Ungkap Kaitan Terumbu Karang dan Kenaikan Suhu Bumi
Swasta
Ekoteologi Didorong jadi Gerakan Pendidikan Nasional
Ekoteologi Didorong jadi Gerakan Pendidikan Nasional
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau