Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/08/2023, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.comAsia Tenggara mempunyai potensi yang melimpah dalam menghadapi perubahan iklim melalui carbon offset.

Carbon offset atau tebus karbon adalah kompensasi emisi karbon yang dikeluarkan dari perusahaan. Dalam skema ini, perusahaan menyuntikkan proyek lingkungan untuk menyeimbangkan jejak karbonnya di tempat lain.

Potensi carbon offset di Asia Tenggara mencapai 30 persen secara global pada 2030 meski luas wilayah daratannya kurang dari 1 persen dari total luas daratan dunia.

Baca juga: Jakarta Bisa Tiru Stockholm Bangun Kota Berkelanjutan

Penghitungan tersebut mengemuka dalam sebuah laporan terbaru berjudul Climate Technology in Southeast Asia: Key to Unlocking the World’s Carbon Sink yang dibuat oleh Fairatmos dan Boston Consulting Group (BCG).

Climate Technology in Southeast Asia: Key to Unlocking the World’s Carbon Sink diluncurkan dalam Indonesia Future of Climate Summit 2023 di the Dharmawangsa Hotel Jakarta, Kamis (10/8/2023).

CEO Fairatmos Natalia Rialucky mengatakan, Asia Tenggara mempunyai potensi yang melimpah dalam menghadapi perubahan iklim melalui solusi berbasis alam.

“Fairatmos bangga bekerja sama dengan BCG untuk menghadirkan laporan transformatif ini,” papar Natalia dalam keterangan tertulis.

“Sebagai perusahaan teknologi iklim pionir di Asia Tenggara, kami tergerak oleh visi bersama dalam membangun masa depan yang berkelanjutan dan berkomitmen untuk menjadi pelopor dalam solusi-solusi yang memberikan manfaat lingkungan dan sosial yang nyata,” sambung Natalia.

Baca juga: Resep Sukses Stockholm, Kota Paling Hijau dan Berkelanjutan di Dunia

Managing Director dan Senior Partner BCG Yulius Yulius menuturkan, keberhasilan perlawanan perubahan iklim tidak mungkin tercapai tanpa adanya kolaborasi dari semua pihak.

“Yang kita perlukan dengan mendesak sekarang adalah tindakan kolektif dari para penyedia teknologi, pemimpin industri, pihak keuangan, pemerintah, dan regulator,” ucap Yulius.

Dia menambahkan, setiap penundaan aksi perlawanan perubahan iklim akan menimbulkan konsekuensi yang besar bagi manusia dan generasi mendatang.

Laporan tersebut menyebutkan, Asia Tenggara memiliki potensi besar namun belum termanfaatkan dalam mengurangi dampak perubahan iklim melalui adopsi solusi berbasis alam atau nature-based Solutions (NbS).

Baca juga: 10 Kota Paling Berkelanjutan di Dunia, Tak Ada Jakarta

NbS adalah pendekatan untuk mengatasi berbagai masalah lingkungan, sosial, dan ekonomi, dengan menggunakan prinsip-prinsip alam dan ekosistem.

Solusi-solusi ini mencakup beragam inisiatif termasuk reboisasi, penanaman hutan, restorasi lahan basah, dan pertanian berkelanjutan. Berbagai inisiatif tersebut berkontribusi pada penyimpanan karbon dan konservasi biodiversitas.

Laporan tersebut menyebutkan, Asia Tenggara akan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi global.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Badan Geologi Temukan Lokasi Layak untuk Relokasi Korban Gempa
Badan Geologi Temukan Lokasi Layak untuk Relokasi Korban Gempa
Pemerintah
Menteri LH: Kampung Samtama Jakpus Contoh Pengelolaan Sampah Berbasis Warga
Menteri LH: Kampung Samtama Jakpus Contoh Pengelolaan Sampah Berbasis Warga
Pemerintah
Dorong Daur Ulang Plastik di Sekolah, Mesin Penukar Sampah Pertama Hadir di Sukabumi
Dorong Daur Ulang Plastik di Sekolah, Mesin Penukar Sampah Pertama Hadir di Sukabumi
LSM/Figur
Bertemu Raja Inggris, Menteri LH Bahas Komitmen RI Lindungi Biodiversitas
Bertemu Raja Inggris, Menteri LH Bahas Komitmen RI Lindungi Biodiversitas
Pemerintah
Transisi Energi Indonesia: Hijau dalam Narasi, Abu-abu dalam Praktik
Transisi Energi Indonesia: Hijau dalam Narasi, Abu-abu dalam Praktik
LSM/Figur
Cek Kesehatan Gratis Masuk Desa, Periksa 133 Warga di Cipelah
Cek Kesehatan Gratis Masuk Desa, Periksa 133 Warga di Cipelah
Pemerintah
Kurangi E-Waste, UE Terapkan Sistem Pelabelan Ponsel Anyar
Kurangi E-Waste, UE Terapkan Sistem Pelabelan Ponsel Anyar
Pemerintah
Membangun Tanpa Merusak, Masyarakat Adat Aru Raih Penghargaan Kelas Dunia
Membangun Tanpa Merusak, Masyarakat Adat Aru Raih Penghargaan Kelas Dunia
LSM/Figur
2025 World Investment Report: Kesenjangan Investasi SDG Kian Melebar
2025 World Investment Report: Kesenjangan Investasi SDG Kian Melebar
Pemerintah
Menteri LH: Jakarta Butuh 5 PLTSa jika Ingin Masalah Sampah Selesai
Menteri LH: Jakarta Butuh 5 PLTSa jika Ingin Masalah Sampah Selesai
Pemerintah
KLH Perkuat Regulasi Sampah, Sebut yang Pertanyakan Insentif Tak Tanggung Jawab
KLH Perkuat Regulasi Sampah, Sebut yang Pertanyakan Insentif Tak Tanggung Jawab
Pemerintah
PLTA Dunia Kembali Menggeliat, Didorong Pompa Penyimpan Energi
PLTA Dunia Kembali Menggeliat, Didorong Pompa Penyimpan Energi
LSM/Figur
Ancaman Krisis Besar di Balik Kasus Tesso Nilo
Ancaman Krisis Besar di Balik Kasus Tesso Nilo
Pemerintah
Greenpeace: Baru 50 dari 5000 Produsen Setor Peta Jalan Pengurangan Sampah
Greenpeace: Baru 50 dari 5000 Produsen Setor Peta Jalan Pengurangan Sampah
LSM/Figur
Tambang Ganggu Ekosistem Terumbu Karang, Ancam Ikan Napoleon
Tambang Ganggu Ekosistem Terumbu Karang, Ancam Ikan Napoleon
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau