Di sektor pertanian, dampak perubahan iklim menyebabkan periode ulang variasi iklim semakin singkat.
Baca juga: Gender dan Perubahan Iklim Jadi Topik dalam Dialog Nasional yang Digelar KPPPA dan KLHK
Salah satunya ialah siklus variasi El Nino–Southern Oscillation yang semestinya terjadi setiap tiba hingga tujuh tahun sekali, tetapi sudah menjadi lebih singkat menjadi dua sampai lima tahun sekali.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memberikan imbauan bahwa fenomena El Nino akan berlangsung cukup panjang hingga akhir Desember 2023.
Karena itu, dampak dari fenomena tersebut perlu dimitigasi agar tidak terjadi kelangkaan air, potensi kebakaran hutan dan lahan, serta penurunan produktivitas pangan.
Perubahan iklim menyebabkan pula kesulitan dalam menentukan waktu tanam mengingat terjadi pergeseran awal puncak musim hujan.
"FAO (Food and Agriculture Organization) memproyeksikan potensi penurunan produksi padi di Indonesia akibat fenomena El Nino sebesar 1,13 hingga 1,89 juta ton, sehingga akan menurunkan pendapatan petani 9 sampai 20 persen," ungkap Suharso.
Baca juga: Jadi Tuan Rumah Temu Pejabat Lingkungan ASEAN, Indonesia Ajak Atasi Perubahan Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya